Tim peneliti dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada yang diketuai oleh Dr. Indranova Suhendro, S. T., M. Sc. mengungkapkan bahwa kandungan potasium dalam magma mempengaruhi perubahan bentuk gunung berapi.
Nova, nama panggilan ketua tim penelitian, menganalisis 40 gunung berapi, termasuk yang paling aktif di Pulau Jawa.
Ada beberapa bentuk gunung berapi di Pulau Jawa, yaitu stratovolcano (kerucut), tersusun beberapa kerucut dan bentuknya kompleks (compound), dan kaldera yang memiliki cekungan besar. Kaldera terbentuk karena adanya letusan besar yang terjadi di masa lalu.
Pengaruh Kadar Potasium ke Evolusi Bentuk Gunung Berapi
Nova bersama tim mengumpulkan berbagai jurnal ilmiah terkait kadar silika (SiO₂), magnesium (MgO), dan potasium (K₂O) yang mewakili proses diferensiasi magma. Selama ini silika yang dianggap penting paling mempengaruhi eksplosivitas gunung api.
Ternyata, semua tipe gunung api di Jawa (strato, compound, dan kaldera) mempunyai kadar silika yang sama. Hasil studi menunjukkan gunung berapi berbentuk kaldera, seperti Ijen, Raung, Bromo, hingga Dieng, memiliki kandungan potasium yang lebih tinggi.
Ada 3 jalur evolusi bentuk gunung berapi. Pertama, stratovolcano langsung menjadi kaldera karena lonjakan drastis kadar potasium. Kedua, gunung berapi compound menjadi kaldera karena evolusi magma menuju kadar potasium tinggi. Ketiga, stratovolcano hanya berubah menjadi compound karena kadar potasium rendah.
Hasil penelitian ini dapat memperkaya kajian geosains. Kandungan potasium dalam gunung api bisa menjadi indikator pemantauan aktivitas vulkanik yang baru, terutama pada potensi munculnya letusan besar.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News