Awal Ramadan 2025 atau 1446 H di Indonesia akan segera diumumkan pada akhir bulan Februari ini. Dalam menentukan awal Ramadan tersebut, terdapat metode khusus yang perlu dilakukan.
Metode khusus untuk menentukan awal Ramadan di Indonesia antara lain hisab dan rukyat. Metode ini yang dipakai oleh beberapa organisasi masyarakat (ormas) besar Islam hingga pemerintah di Indonesia untuk menentukan awal Ramadan.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai penggunaan metode penentuan awal Ramadan hisab dan rukyat di Indonesia. Namun, pemerintah Indonesia sendiri menggunakan metode penyatuan hisab dan rukyat untuk menentukan awal Ramadan guna memberikan kepastian dan menjaga kemaslahatan umat.
Baca juga: Malam Nisfu Syaban Penuh Keistimewaan, Mengapa Dianjurkan Baca Surah Yasin 3 Kali?
Metode Penentuan Awal Ramadan Hisab, Rukyat, dan Penyatuan Keduanya
Penentuan awal Ramadan menjadi hal penting, sebab menyangkut pelaksanaan ibadah wajib umat Islam yakni puasa. Berikut penjelasan metode penentuan awal Ramadan di Indonesia.
1. Metode Hisab
Hisab (wujudul hilal) merupakan metode penentuan awal Ramadan dengan cara menghitung dari aspek waktu dan posisi hilal awal bulan. Mengenai posisi hilal awal bulan, metode hisab tidak bisa memberikan kepastian bahwa hilal pada posisi tertentu pasti atau mustahil kelihatan.
Adapun dasar digunakannya metode hisab untuk menentukan awal Ramadan adalah al-Qur'an surah Yunus ayat 5.
...هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَ
Artinya: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Dialah pula yang menetapkan tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)..." (QS Yunus [10]: 5).
Kemudian, metode ini dilakukan saat terjadi ijtimak (konjungsi) menjelang pergantian bulan baru. Metode hisab dilakukan untuk mengukur posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi.
Terdapat tiga kriteria penentuan hilal dengan metode hisab. Tiga kriteria tersebut antara lain sebagai berikut.
- Telah terjadi ijtimak (konjungsi).
- Ijtimak (konjungsi) terjadi sebelum matahari terbenam.
- Saat matahari terbenam piringan atas bulan berada di atas ufuk (menandakan bulan baru telah wujud).
Kriteria di atas harus terpenuhi untuk menandakan telah masuk pada awal bulan Hijriah Ramadan. Tetapi, dengan catatan jika memakai metode hisab hakiki kriteria ijtimak sebelum gurub (al-ijtima qabla al-gurub), tidak perlu lagi mempertimbangkan keberadaan bulan ketika matahari terbenam di atas ufuk atau bukan.
2. Metode Rukyat
Rukyat (rukyatul hilal) merupakan metode penentuan awal Ramadan dengan cara melihat posisi hilal saat matahari terbenam tanggal 29 bulan Syaban. Metode rukyat dilakukan dengan cara mengobservasi hilal menggunakan alat-alat astronomi.
Jika hilal sudah bisa dilihat atau dirukyat, maka sejak matahari terbenam tersebut bisa dihitung sebagai bulan baru. Jika hilal tidak terlihat, maka malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang sedang berlangsung, yakni genap berumur 30 hari (istikmal).
Adapun dasar digunakannya metode rukyat untuk menentukan awal Ramadan adalah hadis riwayat Bukhari dan Abu Hurairah.
صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِيْنَ
Artinya: "Berpuasalah (Ramadan) karena melihat tanggal (satu Ramadan). Dan berbukalah (mengakhiri puasa Ramadan) karena melihat tanggal (satu Syawal). Apabila kamu terhalangi, sehingga tidak dapat melihatnya maka sempurnakanlah bilangan Syakban tiga puluh hari." (Bukhari Muslim dan Abu Hurairah).
Kemudian, untuk metode Rukyat dilakukan dengan cara mengobservasi hilal di bagian langit sebelah barat saat menjelang bulan baru.Untuk mengobservasinya, perlu melokalisir kedudukan hilal menurut perhitungan yang cermat. Penentuan kedudukan tersebut antara lain sebagai berikut.
- Ditentukan berapa tinggi HM.
- Ditentukan berapa azimutnya.
- Ditentukan berapa miringnya falak bulan dari ekliptika.
Berdasarkan kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada tahun 2021, imkan rukyat (kemungkinan bisa dirukyat) ketika hilal memenuhi ketinggian 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Ketika hilal sudah dapat dilihat, maka keesokan harinya dapat dinyatakan sebagai awal bulan Ramadan.
3. Metode Penyatuan Keduanya
Secara syariat, hisab dan rukyat memiliki dasar masing-masing. Kemudian, secara keilmuan, dua metode ini memiliki keterbatasan. Ini di mana hisab memiliki keterbatasan dalam memberikan kepastian posisi hilal dan rukyat memiliki keterbatasan sebab sulitnya melihat bentuk hilal yang demikian tipis.
Maka dari itu, perlu metode penyatuan keduanya agar saling melengkapi dan menutupi kekurangan sama lain. Dengan penyatuan hisab dan rukyat dapat memperkuat kualitas penentuan awal Ramadan.
Penyatuan keduanya dapat memberikan kepastian yang utuh sehingga dapat mengatasi adanya perdebatan pendapat dalam masyarakat. Dari alasan ini, pemerintah di Indonesia menggunakan metode penyatuan hisab dan rukyat untuk menjaga kemaslahatan umat.
Hal ini ditetapkan dalam fatwa MUI nomor 2 tahun 2004 yang menyatakan bahwa penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah didasarkan pada metode rukyat dan hisab oleh pemerintah dalam hal ini menteri agama. Keputusan pemerintah untuk menyatukan dua metode penentuan awal Ramadan sesuai dengan kaidah fikih sebagai berikut.
حُكْمُ الْحَاكِمِ إِلْزَامٌ وَيَرْفَعُ الْخِلَافَ
Artinya: "Keputusan pemerintah itu mengikat (wajib dipatuhi) dan menghilangkan silang pendapat".
Sementara itu, untuk menetapkan awal Ramadan, pemerintah akan melakukan sidang isbat.
Penetapan Awal Ramadan oleh Pemerintah
Untuk menetapkan awal Ramadan, pemerintah perlu melakukan sidang isbat. Sidang isbat akan dipimpin oleh menteri agama dengan menghadirkan beberapa pihak seperti ormas Islam, MUI, BMKG, ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung.
Pada sidang ini, akan dilaksanakan pemaparan hasil perhitungan astronomi dan hasil rukyatul hilal dari berbagai titik di Indonesia. Setelah itu, dilakukan pengambilan keputusan dan pengumuman kepada publik.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Bulan Ramadan yang Wajib Diketahui
Untuk menetapkan awal Ramadan 2025 atau 1446 H, sidang isbat akan dilaksanakan pada Jumat, 28 Februari 2025. Berdasarkan hasil hisab dan rukyat pada hari itu, awal Ramadan 2025 dapat ditentukan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News