Tahukah Kawan GNFI bahwa anak-anak yang menjadi korban bencana tidak hanya terluka secara fisik lho. Mereka juga rentan menyimpan luka batin yang sulit diungkapkan. Rasa takut, kehilangan, hingga gangguan kecemasan dapat menimbulkan trauma yang berkepanjangan. Karena itu, trauma healing menjadi langkah penting dalam pemulihan traumatis.
Banyaknya bencana alam yang terjadi di akhir tahun ini, memberi dampak luar biasa terhadap semua aspek kehidupan. Meskipun alam menjadi tempat tinggal sekaligus sumber utama kehidupan, fenomena alam tertentu berpotensi menimbulkan bencana.
Sebagian korban bencana alam adalah anak-anak yang turut merasakan dampak paling berat. Mereka mengalami perasaan takut, kecemasan, depresi, hingga trauma yang dapat memengaruhi tumbuh kembang dalam jangka panjang dan berisiko menimbulkan gangguan kesehatan mental (Kukuh Wurdianto et al., 2022).
Gejala yang kerap muncul antara lain kesulitan berkonsentrasi, peningkatan sensitivitas emosi, perasaan sedih yang muncul tiba-tiba, serta gangguan tidur seperti mimpi buruk.
Oleh sebab itu, trauma healing menjadi metode yang tepat untuk membantu anak pulih dari rasa trauma pascabencana serta membangun kembali kepercayaan diri anak. Menurut (Puspitasari et al., 2024), ada 5 pendekatan trauma healing terhadap anak korban bencana alam:
5 Trauma Healing untuk Anak Korban Bencana Alam
- Terapi Bermain (Play Therapy)
Terapi bermain atau play therapy ini dapat dilakukan menggunakan alat permainan seperti puzzle, tebak-tebakan dengan kartu, bermain boneka, maupun kegiatan fisik seperti senam bersama, jalan sehat, dan berlari.
Play therapy bertujuan untuk membantu mengurangi beban psikologis anak. Melalui pendekatan tersebut, anak dapat mengekspresikan emosinya secara alami sehingga perlahan muncul senyuman dan kegembiraan.
- Terapi Seni (Art Therapy)
Tujuan arth therapy ini untuk memberi anak rasa pencapaian dan kebangaan sehingga meningkatkan rasa percaya diri. Aktivitas seni yang dapat dilakukan adalah melukis, mewarnai, mendengarkan dan menulis lagu, menonton film-film edukasi atau membuat kerajinan tangan dari tanah liat.
- Aktivitas Spiritual dan Relaksasi
Dengan mengadakan kegiatan shalat berjamaah, mengaji, atau storytelling kisah para nabi membantu anak menenangkan pikiran dan menguatkan ketahanan batin dalam menghadapi rasa takut.
- Sister School
Metode sister school juga bisa diterapkan dalam mendampingi proses pemulihan kondisi mental anak. Pendekatan ini bertujuan untuk menjaga kerberlangsungan pendidikan sekaligus mendukung pemulihan psikososial anak pascabencana melalui kerja sama antarsekolah.
Berbagai aktivitas yang dapat dilakukan antara lain penyediaan buku dan alat tulis, penyelenggaraan kelompok belajar, serta kegiatan diskusi yang membantu anak beradaptasi kembali dengan lingkungan belajar yang suportif.
- Konseling dan Dukungan Psikologis
Metode pendekatan ini dapat dilakukan dengan mendengarkan cerita anak tentang rasa takut dan kesedihan mereka, kemudian mengakui perasaan anak, serta memberikan pendampingan atau sosialisasi untuk mengubah pola pikir yang negatif terhadap bencana yang dialami.
Kawan GNFI, penerapan metode trauma healing terhadap anak korban bencana merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan mental anak secara bertahap.
Melalui dukungan penuh dari orang tua, keluarga, dan relawan yang terlibat langsung dalam pendampingan, akan membantu anak membangun kembali harapan untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik di masa yang akan datang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


