terapi seni bantu pulihkan masalah psikis - News | Good News From Indonesia 2025

Terapi Seni Bantu Pulihkan Masalah Psikis

Terapi Seni Bantu Pulihkan Masalah Psikis
images info

Terapi Seni Bantu Pulihkan Masalah Psikis


Apakah kamu pernah melihat seseorang yang memiliki kepribadian tertutup, murung, atau sulit percaya kepada orang lain? Pernahkah Kawn bertanya-tanya apa penyebab seseorang bisa memiliki kepribadian seperti itu?

Bisa jadi, itu karena mereka tidak mampu mengutarakan emosi dan perasaan yang sedang dialaminya. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperi pola asuh orang tua yang kurang tepat, trauma, lingkungan yang tak mendukung, hingga kondisi sosial seperti bullying yang membuat mereka sulit menyampaikan perasaannya.

Jika terus-terusan dibiarkan, ini berpotensi fatal. Seseorang akan merasa kesepian dan merasa tidak memiliki tempat untuk berkeluh-kesah, sehingga menyalurkannya lewat hal-hal negatif seperti narkoba, mabuk-mabukkan, hingga menyakiti dirinya sendiri.

Emosi yang lama terpendam juga dapat menyebabkan masalah psikis lain yang lebih parah, sehingga dapat menurunkan harapan hidup dan seseorang bisa dengan mudah berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Lalu, bagaimana peran terapi seni sebagai alternatif penyembuhan yang dapat membantu masalah psikis banyak orang diberbagai kalangan?

Terapi Seni Gambar Bantu Anak yang Memiliki Trauma

Dalam beberapa tahun terakhir, terapi seni dianggap sebagai terapi yang efektif dalam mengelola emosi anak, salah satunya adalah terapi menggambar dan melukis (Koolaee dkk., 2016, dalam Putri dkk., 2024).

Dengan menggunakan media seperti kanvas atau kertas, lalu cat, spidol, atau krayon. anak-anak bisa dengan mudah menyalurkan emosi yang sedang mereka rasakan melalui simbol dan garis yang situangkan di atas media gambar.

Menurut teori catharsis, teori yang diungkapkan oleh Aristoteles, ekspresi emosi melalui simbol visual menjadi bentuk pelepasan psikologis yang membantu individu mencapai ketenangan batin. Anak-anak akan mampu mengekspresikan perasaan dan pengalaman emosional yang sulit diungkapkan secara langsung melalui gambar atau lukisannya (Aslafuna & Di, 2025).

Dengan begini, mereka akan sadar bahwa mereka tidak sendirian, dan sudah punya tempat untuk bebas berekspresi, sehingga lama-kelamaan kepercayaan diri akan mulai kembali terbentuk dan anak-anak bisa kembali ceria.

Ditambah, keterlibatan aspek lingkungan sosial yang mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dan juga mendukung anak-anak.

Selain itu, terapi seni dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk melihat potensi anak-anak dibidang seni, walaupun ini sebenarnya bukan ajang untuk menghasilkan karya yang paling baik.

Terapi Seni Bantu Pasien Gangguan Jiwa

Selain pada anak-anak, terapi seni juga ternyata ampuh untuk menangani pasien dengan gangguan jiwa.

Seseorang yang mengalami gangguan jiwa kebanyakan sulit untuk berkomunikasi secara langsung, biasanya terjadi pada pasien skizofrenia dan pasien dengan depresi berat. Di sinilah terapi seni itu berperan, yakni sebagai wadah untuk menyalurkan ekspresi dan emosi melalui media non-verbal (tidak secara langsung) atau secara simbolik.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa aktivitas seni dapat menurunkan kadar hormon kortisol, yaitu hormon yang berhubungan dengan stres, sehingga pasien merasa lebih tenang dan mampu mengekspresikan perasaan dengan lebih terbuka (Kaimal dkk., 2016, dalam Zaenal & Rosida, 2025).

Dilansir dari penelitian yang dilakukan Hidayah dkk., salah satu yang pernah dilakukan pada pasien yang memiliki kecemasan dan skizofrenia adalah terapi seni mandala. Mandala adalah lingkaran yang tersusun atas simbol dan bentuk-bentuk geometris yang memiliki pola dan berpusat di satu titik.

Image by Alesia Kozik from pexels.com
info gambar

https://images.pexels.com/photos/7182081/pexels-photo-7182081.jpeg


Proses pewarnaan bentuk-bentuk dan pola rumit ini yang nantinya akan membuat pasien fokus, membawanya pada keadaan seperti meditasi sehingga dapat mengurangi kecemasan. Kondisi inilah yang nantinya akan menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman. 

Pernyataan tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Diahputri, Dewi, dan Adiputra pada tahun 2017, bahwa ketika tubuh dalam kondisi rileks maka tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin, enkefalin, dan serotonin yang akan menimbulkan perasaan tenang, rileks, serta bahagia dan sejahtera (Soedjarwadi dkk., 2024).

Pada akhirnya, meskipun seni sebagai media berekspresi memang terbukti ampuh dalam mengatasi berbagai masalah psikis seseorang, seni juga dapat dinikmati bukan hanya sebagai metode terapi. Dengan catatan, apabila kamu mampu menyalurkan pikiran dan emosimu tanpa harus memendamnya terlalu lama.

Melalui seni, seseorang dapat fokus sejenak, berpaling dari masalahnya, dan menemukan ketenangannya melalui elemen seperti gambar, gerak, maupun bunyi yang bersifat simbolis.

Tidak hanya itu, seni juga dapat membantu seseorang dalam memahami dirinya sendiri dengan lebih baik.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.