Tim peneliti dari Universitas Nasional Singapura, Birdtour Asia Ltd., dan Universitas Queensland telah mendeskripsikan spesies baru burung dari genus Hierococcyx (elang-kukuk) yang berasal dari Kalimantan.
Temuan ini diterbitkan dalam Jurnal Ornitologi Asia pada September 2025. Spesies baru ini menambah jumlah spesies yang diakui dalam genus kecil dalam famili Cuculidae (kukuk) tersebut, yang sebelumnya berjumlah sembilan dan tersebar di Asia Selatan, Tenggara, dan Timur.
Latar Belakang Kompleks Taksonomi
Secara historis, klasifikasi spesies dalam genus Hierococcyx banyak mengandalkan perbedaan bulu, yang pada kenyataannya sangat minim variasinya.
Dua spesies yang telah dikenal, yaitu Hierococcyxsparverioides (elang-kukuk besar) dan Hierococcyx bocki (elang-kukuk gelap), seringkali dianggap sebagai satu spesies atau dua spesies terpisah.
H. sparverioides memiliki persebaran yang sangat luas, sementara H. bocki diketahui menghuni hutan pegunungan di Sundaland.
Perkembangan taksonomi modern, terutama sejak tahun 1990-an, menunjukkan bahwa karakter bioakustik atau suara memegang peran kritis dalam menentukan batas spesies, yang sering kali mengungkap keberadaan "spesies tersembunyi" yang tidak terlihat perbedaannya secara visual.
Gunakan Metode Penelitian Integratif
Untuk menginvestigasi lebih lanjut, tim yang dipimpin oleh Dr. Frank Rheindt menerapkan pendekatan integratif.
Mereka menganalisis 107 rekaman vokalisasi dari kedua spesies yang ada, mengkaji spesimen museum untuk perbedaan morfologi dan bulu, serta melakukan pengukuran morfometrik.
Analisis komprehensif ini berhasil mengungkap populasi unik dari Hierococcyx bocki yang tinggal di Kalimantan.
Namanya Hierococcyxtiganada
Populasi Kalimantan tersebut kemudian dideskripsikan sebagai spesies baru dengan nama Hierococcyx tiganada. Secara visual, spesies baru ini hampir identik dengan H. bocki dari Sumatera dan Semenanjung Malaysia, meski bulu mantelnya cenderung lebih abu-abu.
Perbedaan utama justru terletak pada struktur vokalisasinya. Hierococcyxtiganada memiliki lagu khas yang terdiri dari tiga suku kata, berbeda dengan lagu dua suku kata pada H. bocki. Perbedaan suku kata ini menjadi kunci identifikasi yang paling andal.
Sementara itu, H. sparverioides juga memiliki lagu dua suku kata, tetapi dibedakan oleh ukuran tubuh yang lebih besar, pola warna pada dada, dan corak bulu yang lebih kecokelatan.
Habitat dan Status Konservasi
Hierococcyxtiganada menghuni hutan hujan pegunungan di Kalimantan pada ketinggian di atas 1.000 meter. Meskipun hutan dataran rendah di pulau itu telah banyak mengalami alih fungsi, hutan pegunungan di wilayah utara dan jantung Kalimantan relatif masih terjaga karena aksesnya yang sulit.
Spesies ini tercatat relatif umum di beberapa lokasi di Sabah dan Sarawak, namun sangat sedikit catatannya dari wilayah Kalimantan lainnya. Ketiadaan catatan dari Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan menunjukkan sebarannya yang terbatas di wilayah pegunungan utara.
Para peneliti memperkirakan spesies ini kemungkinan tersebar luas di daerah pegunungan terpencil tersebut, dan minimnya catatan lebih disebabkan oleh terbatasnya survei ornitologi di luar lokasi-lokasi pengamatan burung yang sudah mapan. Dengan demikian, status konservasinya diperkirakan belum terancam.
Hierococcyxtiganada merupakan spesies pertama dalam genusnya yang dideskripsikan pada abad ke-21.
Penemuan ini menegaskan pentingnya penelitian bioakustik dalam mengungkap keanekaragaman hayati tersembunyi, sekaligus menyoroti nilai biogeografis Kalimantan sebagai rumah bagi kekayaan spesies endemik yang masih terus terungkap.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


