bertahan di tengah tekanan menjelang utbk snbt 2026 - News | Good News From Indonesia 2025

Bertahan di Tengah Tekanan Menjelang UTBK SNBT 2026

Bertahan di Tengah Tekanan Menjelang UTBK SNBT 2026
images info

Bertahan di Tengah Tekanan Menjelang UTBK SNBT 2026


UTBK–SNBT 2026 semakin dekat. Pendaftaran ujian dibuka pada 25 Maret hingga 7 April, sementara pelaksanaan UTBK dijadwalkan berlangsung pada 21–30 April 2026. Tanggal-tanggal di kalender kini bukan lagi sekadar informasi, melainkan pengingat bahwa waktu persiapan terus menyusut. 

Di Indonesia, SNBT kerap dipandang sebagai gerbang penentu masa depan seseorang. Lulus atau tidaknya ujian ini sering dikaitkan dengan harga diri, kebanggaan keluarga, dan pengakuan sosial.

Tak heran jika tekanan yang muncul terasa jauh lebih berat daripada sekadar soal materi pelajaran.

baca juga

Mengapa SNBT Mudah Memicu Kecemasan?

SNBT mudah memicu kecemasan karena membawa banyak makna sekaligus. Ia bukan hanya soal kemampuan, tetapi juga soal harapan, perbandingan dengan orang lain, dan ketakutan akan kegagalan. Ketika semua itu bertumpuk, rasa panik kerap muncul bahkan sebelum hari ujian tiba.

Penelitian menunjukkan bahwa banyak peserta SNBT mengalami kecemasan pada tingkat sedang hingga tinggi, mulai dari sulit fokus, gelisah, hingga kelelahan mental (Lacosta & Sarajar, 2024).

Dalam kondisi seperti ini, belajar sering kali tidak lagi terasa menenangkan. Ia berubah menjadi upaya meredam rasa takut gagal, bukan proses memahami.

Masalahnya, kecemasan jarang muncul karena kurang belajar. Ia lebih sering lahir dari cara kita memaknai SNBT sebagai penentu segalanya. Semakin besar makna itu, semakin berat pula beban psikologis yang harus ditanggung.

Self-Efficacy dan Ketahanan Mental Menjelang SNBT

Salah satu hal penting yang sering luput dibicarakan adalah keyakinan terhadap diri sendiri. Dalam psikologi, ini disebut self-efficacy, yaitu kepercayaan bahwa kita mampu menghadapi situasi sulit. Penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan self-efficacy yang lebih baik cenderung memiliki kecemasan yang lebih rendah saat menghadapi SNBT (Lacosta & Sarajar, 2024).

Self-efficacy bukan berarti yakin pasti akan lolos. Ia lebih tentang rasa percaya bahwa diri sendiri sanggup menjalani proses, meski hasilnya belum tentu sesuai harapan. Dengan keyakinan ini, rasa cemas tidak sepenuhnya hilang, tetapi tidak sampai mengganggu proses belajar.

Sebaliknya, ketika seseorang terus meragukan kemampuannya sendiri, tekanan terasa berlipat ganda. Setiap kesalahan kecil bisa memicu panik, dan setiap perbandingan dengan orang lain terasa menyakitkan. Dalam situasi seperti ini, belajar menjadi semakin berat secara emosional.

baca juga

Bertahan Tanpa Burnout: Konsistensi dari Perspektif Psikologi

Menjelang SNBT, banyak siswa merasa harus terus belajar tanpa henti. Jam belajar panjang sering dianggap sebagai bukti kesungguhan, meskipun tubuh dan pikiran sudah kelelahan. Pola seperti ini justru membuat banyak siswa jatuh pada kondisi academic burnout.

Penelitian tentang alumni SMA yang menjalani gap year menunjukkan bahwa tuntutan belajar yang terlalu ketat, ditambah tekanan sosial dan stigma, dapat memicu kelelahan emosional, sikap sinis terhadap belajar, serta perasaan tidak kompeten (Debby, 2025). 

Dalam kondisi burnout, belajar terasa kosong dan melelahkan. Fokus menurun, motivasi hilang, dan rasa bersalah muncul saat mencoba beristirahat.

Psikologi menunjukkan bahwa salah satu penyangga penting agar seseorang tidak tenggelam dalam burnout adalah grit, yakni kegigihan untuk bertahan pada tujuan jangka panjang meski menghadapi tekanan dan kegagalan (Debby, 2025).

Grit membantu individu menjaga konsistensi tanpa harus memaksa diri secara berlebihan. Bertahan sampai hari ujian bukan soal siapa yang paling keras memforsir diri, tetapi siapa yang paling mampu menjaga konsistensi dan kesehatan mentalnya.

Menghadapi SNBT bukan hanya soal seberapa siap kita secara akademik, tetapi juga seberapa mampu kita menghadapi tekanan dalam prosesnya. Penelitian menunjukkan bahwa keyakinan terhadap diri sendiri dan kegigihan dalam bertahan berperan penting dalam menekan kecemasan dan mencegah burnout (Lacosta & Sarajar, 2024; Debby, 2025). 

Di tengah kecemasan yang wajar menjelang ujian, memilih untuk tetap tenang, konsisten, dan tidak memaksakan diri bisa menjadi bentuk persiapan diri agar tetap utuh hingga hari ujian tiba.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.