perjuangan siti salamah memberdayakan pemulung hingga membangun waste solution hub - News | Good News From Indonesia 2025

Perjuangan Siti Salamah Memberdayakan Pemulung, hingga Membangun Waste Solution Hub

Perjuangan Siti Salamah Memberdayakan Pemulung, hingga Membangun Waste Solution Hub
images info

Perjuangan Siti Salamah Memberdayakan Pemulung, hingga Membangun Waste Solution Hub


Penat dan letih seakan menjadi teman setia. Di bawah terik matahari yang menyengat, mereka terus bejuang menahan dahaga, menepis lelah, tanpa henti saat bekerja mengumpulkan sampah.

Berbekal sebuah tongkat besi dan karung di pundak, mereka berjalan dari rumah ke rumah, menyisiri badan jalan, hingga ke sungai untuk memunguti plastik dan barang-barang yang mengotori lingkungan untuk mereka jual demi sesuap nasi.

Kurang lebih seperti itulah Kawan GNFI, gambaran kehidupan seorang pemulung di kota-kota besar yang kerap kali kita jumpai di berbagai tempat. Kehidupan yang keras, ditambah dengan keterbatasan ekonomi membuat banyak keluarga pemulung menjadi termarjinalkan, tidak memiliki kesempatan yang sama dengan orang-orang lain pada umumnya.

Bahkan yang lebih menyedihkan lagi adalah banyak anak di usia sekolah yang terpaksa harus bergulat dengan sampah karena faktor keterbatasan ekonomi mengakibatkan mereka tidak bisa melanjutkan pendidikan.

Sudah banyak orang yang merasa iba dan kasihan melihat anak-anak kecil harus memikul beban berat, mengorbankan pendidikan demi bertahan hidup. Namun, belum banyak yang tergerak untuk melakukan sesuatu demi memperbaiki hidup mereka.

Melihat realita pahit di lingkungan pemulung, Siti Salamah, aktivis asal Lampung dengan kepedulian sosial yang tinggi, tergerak untuk bertindak. Ia hadir di tengah mereka, memberikan edukasi bagi anak-anak pemulung dan memberdayakan keluarga mereka melalui program yang ia dirikan, yakni Waste Solution Hub atau WasteHub.

Bagaimanakah perjuanganya dalam meningkatkan taraf hidup kaum termarjinalkan? Mari simak artikel berikut.

Jiwa Sosial yang Tinggi Sejak Kecil

Sifat suka menolong dan jiwa sosial tinggi yang dimiliki Siti Salamah sudah tertanam dalam dirinya sejak kecil, di mana orang tuanya sendiri sering melakukan kegiatan-kegiatan sosial.

Ayahnya merupakan seorang guru yang mengajar anak-anak secara sukarela di rumahnya. Apa yang dilakukan ayahnya ini meninggalkan jejak mendalam dalam diri Siti, menumbuhkan jiwa sosial dan kepedulian yang kini ia wujudkan melalui aksinya di lapangan.

Sejak masih menjadi seorang mahasiswa, ia seringkali terlibat dalam kegiatan sukarelawan, mulai dari menolong korban bencana alam, bekerja di perusahaan alat bantu pendengaran, hingga menjembatani kegiatan komunitas tuli secara sukarela.

Kegiatan-kegiatan menjadi seorang sukarelawan ini membuat Siti semakin memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Salah satu kegiatan yang cukup berkesan dalam hidupnya adalah ketika ia mengikuti Program Membantu Pemulung Berdaya di lapak Jurang Mangu, Tanggerang Selatan, Banten.

Kegiatan inilah yang justru memantik semangatnya untuk mengajar, meneruskan apa yang sudah diteladani oleh ayahnya dulu.

Sepak Terjang Menanamkan Pendidikan di Lapak Pemulung

Kegiatan yang Siti lakukan di lapak Jurang Mangu membuat hatinya terenyuh ketika melihat banyak anak pemulung yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak pada umumnya. Oleh karena itu, ia bersama beberapa relawan lainnya secara rutin mengajar di lapak Jurang Mangu.

Sejak tahun 2015 Siti mengajari anak-anak lapak Jurang Mangu mengaji melalui kegiatan yang dinamai “Taman Maghrib Mengaji”, yakni kegiatan mengaji yang digelar tiap usai ibadah salat maghrib.

Tak hanya sampai disitu, Ia juga membekali mereka dengan pendidikan karakter dan pembelajaran sekolah dengan harapan meski tanpa pendidikan formal, anak-anak di lapak Jurang Mangu dapat menggali potensi mereka dan tetap memiliki masa depan.

Gagasan inilah yang nantinya melahirkan sebuah komunitas bernama Rumah Pohon yang memiliki jumlah murid yang terbilang banyak dan berasal dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak umur 3 tahun hingga remaja di usia SMA.

Perjalanannya dalam mengedukasi anak-anak pemulung di lapak Jurang Mangu pun bukanlah tanpa hambatan. Siti pernah mengalami berbagai macam permasalahan yang bahkan sempat membuatnya trauma untuk kembali mengajar.

Namun, semangat dan jiwa sosial yang tinggi membuatnya tak patah semangat untuk tetap memberikan harapan dan masa depan bagi anak-anak yang kurang beruntung. Atas konsistensi dan kedekatannya dengan masyarakat di lapak Jurang Mangu, Siti pun kerap dijuluki sebagai “Emak Pemulung”.

Kegigihannya dalam mendidik anak-anak pemulung juga kerap dilirik oleh berbagai Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) yang menawarkan kesempatan bagi peserta didik di komunitas Rumah Pohon untuk dapat mengenyam pendidikan formal.

Melansir dari laman bundatraveler.com, seorang pengurus Home Schooling milik Kak Seto bahkan pernah mendatanginya untuk menawarkan program kejar paket yang jelas membuka peluang besar bagi anak-anak pemulung untuk akhirnya dapat bersekolah dan meraih pendidikan yang layak.

Memberdayakan Pemulung melalui Waste Solution Hub

Selain memberikan pendidikan bagi anak-anak, Siti melalui komunitas Rumah Pohon juga membantu para pemulung, khususnya kaum ibu-ibu untuk dapat berdaya dan lebih mandiri dengan mengajari berbagai macam keterampilan seperti cara mendaur ulang sampah kertas menjadi barang baru yang bernilai jual, hingga bagaimana cara membuat kue.

Dalam perjuangannya untuk memberdayakan pemulung, Siti pernah bertemu dengan Ranitya Nurlita atau yang akrab disapa Lita saat mengikuti program United in Diversity di tahun 2017.

Setelah berbincang panjang lebar, Siti merasa tertarik untuk berkolaborasi dengan Lita karena ia merupakan seseorang yang giat melakukan kegiatan pelestarian lingkungan berbasis sampah, sedangan Siti bergerak di bidang pendidikan dan pemberdayaan pemulung.

Alhasil mereka pun sepakat untuk berkolaborasi membuat sebuah sistem pengelolaan sampah yang juga dapat memperbaiki kondisi sosial dan kehidupan para pemulung. Kolaborasi inilah yang nantinya membentuk sebuah start up yang bernama Waste solution Hub

Waste Solution Hub hadir untuk menjawab berbagai macam persoalan sampah dan kondisi sosial di lingkungan kehidupan para pemulung yang bergerak dalam memberikan layanan pengelolaan sampah (Waste Management Service) usai acara-acara seperti konser, pameran, festival, hingga mengelola sampah domestik dari cluster perumahan.

Tak hanya pengelolaan sampah, Waste Solution Hub juga membantu meningkatkan pendapatan para pemulung dengan cara mempersingkat rantai pengumpulan dan penjualan sampah.

Prinsipnya adalah “memotong proses yang bisa dipersingkat” dari pemulung ke pengepul besar supaya pendapatan dari penjualan sampah dapat masuk lebih banyak ke kantong pemulung.

Melansir dari laman bundatraveler.com, Waste Solution Hub kini telah memberdayakan sekitar lebih dari 1.200 pemulung, serta dipercaya menangani lebih dari 10 proyek, bahkan sampai ke luar Jakarta di mana Waste Solution Hub dipercaya oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Badan Pelaksana Otorita (BPO) Labuan Bajo untuk mengelola sampah wisata di Labuan Bajo

Semangat dan kegigihannya Siti dalam memberdayakan dan memperbaiki hidup para pemulung ini pun membuat ia mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Awards di tahun 2021. Sebuah penghargaan yang cukup mengejutkan bagi Siti karena pada saat itu ia sedang mengalami banyak musibah.

Siti berharap suatu saat nanti Waste Hub Solution dapat menjadi badan usaha agar bisa memberikan lebih banyak kebaikan bagi pemulung dan juga lingkungan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AW
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.