Kawan GNFI, bayangkan sejenak, secangkir teh berwarna biru tersaji di depanmu. Lalu, ketika beberapa tetes air lemon ditambahkan, warnanya mendadak berubah menjadi ungu. Fenomena ini bukanlah sulap, melainkan bentuk dari kimia pangan yang menakjubkan.
Artikel ini akan membahas secara lengkap bagaimana bunga telang (Clitoria ternatea) menghasilkan pigmen alami yang “berbicara” melalui warna dan bagaimana kondisi sederhana seperti pH mampu mengubah tampilan warna tersebut.
Pesona Si Biru dari Alam
Bunga telang (Clitoria ternatea) adalah tanaman yang mudah dijumpai di pekarangan rumah, ladang, maupun pinggir jalan di Indonesia.
Bunganya berwarna biru keunguan dengan bentuk mirip kupu-kupu, sehingga dalam bahasa Inggris disebut butterfly pea flower.
Sejak dahulu, masyarakat Asia Tenggara telah memanfaatkannya sebagai pewarna alami untuk makanan dan minuman, misalnya nasi biru khas Malaysia, minuman herbal, atau kue tradisional.
Keindahan warna biru bunga telang berasal dari pigmen alami yang disebut antosianin. Menurut Shipp dan Abdel-Aal (dalam Rusdin, 2015), antosianin adalah golongan pigmen larut dalam air dan senyawa yang juga ditemukan pada buah beri, kol ungu, buah naga, teh, bayam merah, dan karamel. Pigmen ini memberi warna oranye, merah, ungu, dan biru pada berbagai tumbuhan.
Namun, yang membuat bunga telang istimewa adalah kandungan ternatin, yaitu jenis antosianin unik yang menyebabkan warnanya begitu kuat dan cantik.
Rahasia Warna yang Bisa Berubah
Salah satu keajaiban teh bunga telang adalah kemampuannya berubah warna. Saat diseduh dengan air panas, teh ini berwarna biru jernih yang memanjakan mata.
Namun, ketika Kawan GNFI menambahkan air lemon ke dalamnya, warnanya seketika berubah menjadi ungu kemerahan, bahkan bisa merah muda tergantung banyaknya asam dari lemon.
Perubahan warna ini sebenarnya dijelaskan oleh sifat pH-sensitif antosianin. Artinya, warna pigmen dapat berubah tergantung pada tingkat keasaman (pH) larutan di sekitarnya. Pada pH netral (sekitar 7), warna teh tampak biru cerah.
Ketika ditambahkan zat asam seperti air lemon (pH sekitar 2–4), warna berubah menjadi ungu atau merah muda. Sebaliknya, dalam lingkungan basa (pH di atas 8), warna dapat bergeser menjadi hijau kebiruan.
Secara kimia, hal ini terjadi karena struktur molekul antosianin berubah bentuk saat pH berubah. Setiap bentuk molekul menyerap cahaya dengan panjang gelombang berbeda, sehingga menampilkan warna berbeda pula.
Inilah sebabnya mengapa satu jenis pigmen bisa menghasilkan warna yang beragam, tergantung pada kondisi lingkungannya.
Fenomena ini menjadikan bunga telang sebagai indikator alami pH. Artinya, bunga telang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah suatu larutan bersifat asam, netral, atau basa hanya dengan melihat warnanya.
Menarik, bukan? Dari dapur rumah pun Kawan GNFI bisa belajar prinsip kimia sederhana.
Pewarna Alami di Dunia Pangan
Kawan GNFI, saat ini dunia industri pangan mulai beralih dari pewarna sintetis menuju pewarna alami. Pewarna sintetis memang memberi warna yang kuat dan stabil, tetapi beberapa di antaranya dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebihan.
Inilah mengapa ada konsumen yang kini memilih bahan alami yang aman dan ramah lingkungan.
Bunga telang menjadi salah satu bintang baru di antara pewarna alami. Warna birunya yang jarang ditemukan pada bahan alami lain menjadikannya bahan yang sangat diminati.
Banyak produsen makanan dan minuman mulai memanfaatkan ekstrak bunga telang untuk memberikan warna biru alami pada produk seperti minuman herbal, kue, es krim, atau bahkan nasi.
Selain sebagai pewarna, antosianin dari bunga telang juga dikembangkan untuk kemasan pintar (smart packaging).
Kemasan ini dapat berubah warna sesuai kondisi makanan di dalamnya, misalnya jika makanan mulai basi, pH di sekitar berubah, dan warna pada kemasan ikut berubah. Hal ini membantu konsumen mengetahui kesegaran produk tanpa harus membukanya.
Kekurangan dalam Penggunaan Pigmen Alami
Walaupun memiliki banyak keunggulan, penggunaan pigmen alami seperti dari bunga telang juga memiliki kekurangan. Salah satunya adalah stabilitas warna. Warna antosianin dapat mudah berubah atau memudar jika terpapar panas, cahaya, atau udara terlalu lama.
Itulah sebabnya produk berbahan pewarna alami biasanya memiliki masa simpan lebih pendek dibanding produk dengan pewarna sintetis.
Selain itu, antosianin juga sensitif terhadap pH lingkungan. Jadi, warna produk bisa berubah jika pH bahan pangan tidak stabil. Misalnya, jika antosianin digunakan untuk minuman dengan tingkat keasaman tinggi, warna birunya bisa berubah menjadi ungu atau merah.
Oleh karena itu, produsen harus cermat dalam menyesuaikan komposisi bahan agar warna tetap menarik selama penyimpanan.
Namun, kekurangan ini justru menarik untuk dicari cara meningkatkan stabilitas pigmen alami, misalnya dengan menambahkan atau mencampurkan dengan bahan penguat warna, seperti asam sitrat dan polifenol lain.
Dari Dapur ke Laboratorium, Pelajaran dari Segelas Teh
Fenomena perubahan warna teh bunga telang saat ditetesi lemon sebenarnya adalah contoh sederhana bagaimana ilmu kimia pangan bekerja di sekitar Kawan GNFI.
Dari segelas teh biru yang berubah menjadi ungu, Kawan GNFI belajar tentang struktur molekul, reaksi asam-basa, dan senyawa alami yang menyehatkan tubuh.
Menariknya, hal ini juga menunjukkan bagaimana pengetahuan tradisional bisa bertemu dengan sains modern. Sebagian masyarakat dulu mungkin tidak tahu istilah “antosianin” atau “indikator pH”, tetapi mereka sudah memanfaatkan bunga telang dengan bijak untuk pewarna makanan alami.
Kini, ilmu pengetahuan membantu Kawan GNFI memahami lebih dalam tentang manfaat dan mekanisme di balik keindahan itu.
Kawan GNFI, teh bunga telang bukan sekadar minuman berwarna cantik yang viral di media sosial. Ia adalah perpaduan antara seni, tradisi, dan sains.
Dari warnanya yang memesona hingga manfaat kesehatannya, bunga telang mengajarkan bahwa alam menyimpan banyak keajaiban yang bisa dikaji dan dimanfaatkan secara bijak.
Ketika Kawan GNFI menyeduh teh biru telang dan melihat warnanya berubah setelah ditetesi lemon, Kawan GNFI sebenarnya sedang menyaksikan “eksperimen kimia mini” yang penuh makna.
Fenomena sederhana ini mengingatkan bahwa ilmu pengetahuan tidak selalu rumit. Kadang, ia hadir dengan cara yang indah dan menenangkan, seperti warna biru yang bertransformasi di dalam cangkir.
Jadi, lain kali saat Kawan GNFI menikmati teh bunga telang, nikmatilah bukan hanya rasanya, tetapi juga kisah sains yang tersembunyi di balik tiap tetes warnanya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News