pempek lenggang jejak sejarah dan kearifan kuliner dari tanah palembang - News | Good News From Indonesia 2025

Pempek Lenggang: Jejak Sejarah dan Kearifan Kuliner dari Tanah Palembang

Pempek Lenggang: Jejak Sejarah dan Kearifan Kuliner dari Tanah Palembang
images info

Pempek Lenggang: Jejak Sejarah dan Kearifan Kuliner dari Tanah Palembang


Kawan GNFI, siapa yang tidak kenal pempek? Makanan khas Palembang ini telah menjadi ikon kuliner Sumatera Selatan dan dikenal di seluruh Nusantara.

Namun, di balik popularitas pempek kapal selam atau lenjer, ada satu varian yang memiliki cerita unik dan filosofi mendalam, yakni pempek lenggang.

Jejak Sejarah di Balik Asap Panggang

Pempek lenggang bukan sekadar variasi dari pempek biasa. Ia lahir dari tradisi masyarakat Palembang yang gemar berinovasi tanpa meninggalkan akar budayanya. Dalam sejarahnya, pempek mulai dikenal pada abad ke-16, pada masa Kesultanan Palembang Darussalam.

Saat itu, ikan sungai seperti belida dan gabus sangat melimpah di Sungai Musi. Masyarakat pun mengolahnya menjadi makanan yang tahan lama dan lezat dengan tambahan tepung sagu.

Seiring waktu, lahirlah berbagai varian pempek, termasuk pempek lenggang. Nama lenggang sendiri merujuk pada cara memasaknya yang digoyang-goyang dalam wadah daun pisang di atas bara api, agar adonan tidak menempel dan matang merata.

Proses ini menghasilkan aroma asap yang khas dan rasa gurih yang berbeda dari pempek rebus atau goreng.

Menariknya, pempek lenggang dulu sering disajikan pada acara keluarga besar atau kegiatan adat, terutama saat berkumpul di tepi sungai.

Proses memanggang di atas bara sambil bercengkerama menjadi simbolkehangatan dan kebersamaan masyarakat Palembang. Kini, nilai itu masih terasa ketika seseorang menikmati pempek lenggang di warung sederhana di pinggir jalan.

baca juga

Simbol Kearifan dan Adaptasi Lokal

Pempek lenggang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Palembang dalam mengolah sumber daya alam. Mereka tidak sekadar memasak untuk bertahan hidup, melainkan menciptakan identitas budaya dari bahan-bahan sederhana: ikan, sagu, dan telur. Ketiga bahan ini menggambarkan keseimbangan antaraalam, tenaga manusia, dan cita rasa.

Dalam konteks budaya, filosofi pempek lenggang juga bisa dimaknai sebagai simbol fleksibilitas masyarakat Palembang. Kata “lenggang” sendiri berarti ringan dan lentur, melambangkan kemampuan beradaptasi dalam menghadapi perubahan tanpa kehilangan jati diri.

Seperti adonan yang digoyang di atas bara, masyarakat Palembang tetap kuat di tengah panasnya tantangan zaman.

Selain itu, penggunaan daun pisang dalam proses pemanggangan menunjukkan bagaimana masyarakat memanfaatkan bahan alami tanpa limbah. Nilai ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan yang kini digaungkan di seluruh dunia.

Artinya, jauh sebelum istilah “eco-friendly” populer, masyarakat Palembang telah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Rasa, Aroma, dan Makna

Cita rasa pempek lenggang sangat khas. Teksturnya lembut di dalam, agak renyah di luar, dengan aroma asap yang menggugah selera. Biasanya disajikan bersama kuah cuko yang pedas-manis-asam, melengkapi harmoni rasa yang kompleks namun seimbang.

Namun, lebih dari sekadar rasa, pempek lenggang menyimpan makna mendalam. Ia menjadi wujud nyata bagaimana budaya kuliner bisa menjadi warisan identitas. Di tengah gempuran makanan modern, keberadaan pempek lenggang adalah bukti bahwa tradisi lokal masih relevan dan dihargai.

baca juga

Warisan yang Perlu Dijaga

Sayangnya, tidak semua generasi muda Palembang mengenal pempek lenggang dengan baik. Banyak yang lebih akrab dengan pempek goreng instan atau varian yang lebih modern. Padahal, pempek lenggang menyimpan sejarah panjang dan filosofi hidup masyarakat Palembang.

Menjaga kuliner tradisional seperti pempek lenggang bukan hanya soal melestarikan resep, tetapi juga menjaga identitas dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Pemerintah daerah, pelaku UMKM, dan generasi muda dapat berperan aktif dalam mengenalkan kembali kuliner ini melalui festival makanan, riset budaya, atau konten digital yang menarik.

Kawan GNFI, pempek lenggang bukan sekadar makanan. Ia adalah cerita tentang adaptasi, kebersamaan, dan kebijaksanaan lokal yang tumbuh di tepi Sungai Musi. Di balik aroma asapnya, tersimpan pesan bahwa budaya yang kuat selalu mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan zaman.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.