Setiap tetes nira dari pohon aren menyimpan berbagai cerita dan makna kehidupan. Seperti di Desa Temon yang terletak di Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Olahan dari nira aren ini menjadi produk unggulan yang memiliki nilai jual tinggi.
Gula aren, pemanis makanan dan minuman yang berwarna cokelat. Rasanya lebih halus dibanding gula pasir dari tebu, membuatnya nyaman ketika dirasakan di lidah. Gula ini biasa digunakan untuk makanan tradisional atau jajanan pasar di Indonesia.
Pemanis alami ini bukan hanya sebuah bahan baku untuk memasak. Di dalamnya tersimpan kerja keras dan semangat dari para pengrajin gula. Tak hanya itu, di Desa Temon ini khususnya, gula aren menjadi sumber kehidupan sehari-hari.
Manisnya Gula dari Desa Temon
Di Desa Temon, pohon-pohon aren tumbuh subur di setiap sudut desa. Para warga pun memanfaatkan pohon tersebut untuk diambil niranya dan diolah menjadi pemanis yang biasa dikenal sebagai gula aren. Pembuatannya masih tradisional dengan gulanya yang berupa kepingan dan dijual ke tengkulak.
Tahun 2020, warga Desa Temon, Mega dan suaminya, Heri Suryanto, mempunyai ide untuk mengembangkan produk gula aren melihat melimpahnya pohon aren. Mereka melakukan inovasi untuk menaikkan harga jual dari hasil nira aren ini dan mendirikan sebuah merek dagang bernama Gula Aren Temon.
Berbagai varian gula aren berhasil diproduksi, seperti gula aren semut, gula aren cair, gula aren mini cube, kopi gula aren, dan gula aren rasa jahe merah. Berbagai macam varian ini diharapkan mampu meluaskan segmentasi pasar dan meningkatkan nilai tambah produk.
Mega juga mengajak para petani untuk bersinergi dalam pembuatan produk Gula Aren Temon melalui kelompok tani. Saat ini, ada sekitar 140 petani dan penderes yang tergabung dalam kelompok tani ini.
Tantangan baru tentunya mulai bermunculan, seperti ketersediaan pohon aren sebagai bahan baku produk dan menarik generasi muda untuk tergabung dalam bisnis pembuatan gula aren. Pendampingan, edukasi, dan kolaborasi, menjadi kunci untuk menghadapi tantangan tersebut.
Jadi Produk Ekspor
Siapa sangka gula aren yang sebelumnya hanya dijual di pasar tradisional, menjadi produk ekspor yang menguntungkan. Suksesnya Gula Aren Temon untuk menembus pasar global, tak lepas dari yang namanya pemasaran.
Pemasaran gula aren dilakukan secara digital melalui berbagai media sosial, seperti TikTok, Instagram, Shopee, Facebook, dan website resmi. Mega mengatakan 70% penjualan dilakukan secara online. Hal ini juga yang menjadi faktor Gula Aren Temon bisa mendunia.
Sebagai komitmen untuk menjaga kualitas dan standar internasional, Gula Aren Temon mengantongi berbagai sertifikat, seperti standar keamanan dan sertifikasi halal. Produksi gula ada sekitar 1 hingga 1,5 ton dan jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat.
Saat ini, 60% dari jumlah produksi gula berhasil dipasarkan melalui jalur ekspor. Negara-negara tujuan produk ini ada Kanada, Belanda, dan Cina. Keberhasilan ekspor Gula Aren Temon ini tentunya tidak lepas dari kerja keras, konsistensi, dan inovasi dari para petani, penderes nira, dan pengrajin gula.
Bergabung dalam Desa Sejahtera Astra
Perjalanan Gula Aren Temon tentunya tak berhenti dengan begitu saja. Pada tahun 2025, Gula Aren Temon ikut bergabung dalam program Desa Sejahtera Astra (DSA) yang diprakarsai oleh PT Astra International Tbk.
Melalui program DSA, para warga yang terlibat dalam produksi gula aren akan mendapatkan dukungan dalam bentuk pengembangan usaha, peningkatan kualitas produk, dan akses pasar yang lebih luas.
Program DSA adalah bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang berfokus pada pemberdayaan kewirausahaan yang berbasis potensi dan produk unggulan desa. Astra memiliki misi untuk mengembangkan dan mengenalkan produk lokal untuk dibawa ke panggung dunia.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News