garda pangan merajut asa mengukir kenangan - News | Good News From Indonesia 2025

Garda Pangan: Merajut Asa, Mengukir Kenangan

Garda Pangan: Merajut Asa, Mengukir Kenangan
images info

Garda Pangan: Merajut Asa, Mengukir Kenangan


"Kalau makan dihabiskan ya, nanti nasinya nangis, lo!"

Ungkapan dalam budaya Indonesia dimasa lampau. Seolah menjadikannya konsensus orang tua dan anak untuk menghargai makanan.

Sayangnya kini ungkapan itu tak lagi berlaku, semakin menghilang ditelan zaman. Kurangnya kesadaran dan gaya hidup konsumtif, menjadikan manusia di hari ini cenderung menyia-yiakan makanan.

Economist Intelligence Unit melaporkan 1 orang di Indonesia membuang hingga 300 kg makanan setiap tahunnya (Kompas.id, 2019). Hingga di tahun 2022, Indonesia dinobatkan sebagai penghasil sampah makanan terbesar ke-2 diantara negara-negara G20.

Ironis, kondisi ini terjadi disaat masih ada 19,4 juta orang Indonesia yang berjuang untuk makan setiap hari.

 

Dibuang Sayang…

Caption
info gambar

Caption


 

“Why Bin It if You Can Feed People in Need?”

Wajah sumringah seorang nenek dengan 3 kotak makanan ditangannya. Bingkisan tak terduga dari Garda Pangan. Tak hanya mencukupi asupan raga tapi juga melepas dahaga jiwanya untuk hari itu.

Sebuah memorable slide ditampilkan Kevin Gani Ketua Yayasan Garda Pangan saat membuka paparannya di Talkshow Good Movement, Jumat (26/9/2025).

Sebutir nasi yang terbuang adalah sebuah kesempatan yang hilang untuk memberi makan mereka yang membutuhkan. Kevin mengungkapkan 40% sampah yang terkumpul di TPA berasal dari sisa makanan. Bahkan persentasenya lebih besar dari sampah plastik. Sampah makanan yang berakhir di TPA, hampir tidak mengenal proses pemilahan.

baca juga

Kerugian yang Menggerakan

Bagi Kevin, makanan-makanan yang dibuang itu sebagiannya masih dapat dipulihkan dan dapat memberi makan sekitar 61-125 juta orang. “Yang mana itu adalah 50% dari populasi orang Indonesia.”, paparnya. Kerugian sosial ini menjadi salah satu alasan Kevin mendirikan Garda Pangan.

Tak hanya itu, sampah makanan juga merugikan secara ekonomi. Bahkan nilainya mencapai Rp. 551 T. Setara dengan 4-5% produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

1 piring nasi yang terbuang, terkandung banyak resource berakhir sia-sia. “Ada keringat petani yang ikut terbuang sia-sia juga disitu.”, jelasnya.

Belum lagi, penumpukan sampah di TPA ini adalah bom waktu, yang siap meledak kapanpun. Pemicunya adalah gas methana hasil penumpukan sampah makanan yang tidak tertangani. Pada akhirnya berkontribusi terhadap pemanasan global.

 

Pejuang Makanan, Membawa Harapan

Caption
info gambar

Caption


 

Garda Pangan bergerak dibidang social interprise. Tak hanya berfokus mengurangi sampah makanan di Indonesia, tapi juga meningkatkan kesetaraan akses pangan.

Tahun 2024, Garda Pangan terpilih sebagai penerima apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra di bidang lingkungan.

Mereka bekerja sama dengan industri hospitality seperti hotel, bakery, distributor buah dan supermarket. Ataupun dari event-event besar seperti pernikahan yang berpotensi menyisakan sampah makanan dalam jumlah besar.

Food heroes, begitu mereka dipanggil. Mereka menyelamatkan makanan yang sebenarnya masih layak makan. Standar kualitas mereka yang tinggi menyebabkan makanan-makanan itu hampir terbuang.

Selain jemput bola, food heroes akan menyortir makanan-makanan itu. Untuk memastikan food safety dan higienenya, selanjutnya akan disajikan secara bermartabat.

Proses distribusi yang selalu dinanti oleh mereka-mereka yang termarginalkan dipinggiran Kota Surabaya. Warga dengan antusias membawa piring masing-masing, untuk menyalin makanan dari Garda Pangan. Konsep ini disengaja untuk meminimalisir sampah plastik.

 

Gleaning for Cleaning

Caption
info gambar

Caption


 

Disaat-saat sayur mayur melimpah, disitulah Garda Pangan akan melakukan Gleaning on Farm.Ya, saat panen raya harganya akan sangat anjlok. Petani lebih memilih membiarkan panen mereka, karena seperti buah simalakama dipanen ataupun tidak tetap merugi.

Food heroes akan mendatangi langsung lahan pertanian. Mereka disambut para petani dengan hangat. Membantu memanen, mengemas dan mendistribusikan ke warga sekitar. Proses ini dilakukan dihari yang sama untuk mencegah pembusukan.

Sisa makanan yang tidak layak akan dikelola dengan sistem biokonversi maggot. Sistem ini tidak hanya menghasilkan alternatif pakan ternak tinggi protein. Residunya bahkan dijadikan pupuk untuk kebun komunal yang dikelola Garda Pangan.

Semua kegiatan food rescue adalah langkah awal mewujudkan “be the change don't waste food”.

baca juga

Kemandirian Membawa Kesadaran

Semangat Garda Pangan tak pernah surut, ditengah keterbatasan. Terus berupaya menguatkan kemandirian dengan optimalisasi Business Unit. “Menaikan angka kemandirian agar 100% mandiri. Jadi bisa lebih sustain gerakannya.”, begitu Kevin bertekad.

Semangatini ia tularkan untuk kita semua, untuk lebih sadar dengan isu sampah makanan. Bahwa untuk menghadirkan 1 piring nasi ke meja kita, membutuhkan rangkaian rantai pangan yang panjang. Mari peduli, mulai dari diri sendiri dan sekarang!

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.