Berada di sebelah utara Pulau Ambon, terdapat sebuah desa yang menyimpan banyak sejarah dan budayanya yang unik. Keindahan alam pantai dengan laut biru dan hijaunya hutan menambah kecantikan dari desa ini.
Desa Negeri Hila namanya Sebuah desa di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Berjarak sekitar 37 km dari pusat kota dan 46 km dari Bandara Internasional Pattimura Ambon, desa ini dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat atau dua. Dari Bandara Internasional Pattimura Ambon butuh sekitar satu jam perjalanan hingga sampai ke tujuan.
Desa ini termasuk dalam desa wisata yang kaya akan peninggalan sejarah dan budaya. Setiap sudut Negeri Hila menghadirkan cerita, tentang masa lalu, tradisi yang masih lestari, dan keramahan warganya yang membuat enggan untuk pergi.
Pesona Negeri Hila
Keindahan alam menjadi salah satu alasan sebuah tempat cocok untuk dijadikan wisata. Di sana orang-orang dapat menghirup udara segar dan meringankan beban pikiran sejenak. Itulah yang didapatkan dari wisata Negeri Hila.
Berada di pesisir pantai, hamparan laut biru sambil memandang horizon merupakan keindahan yang tidak ada duanya. Selain itu, desa ini juga memiliki area hutan yang di dalamnya terdapat air terjun serta gemericik air sungai.
Selain keindahan alamnya, desa ini memiliki situs-situs bersejarah. Ketika wisatawan datang, mereka seolah-olah diajak untuk kembali ke masa lalu. Desa ini menyimpan benteng pertama di Maluku, gereja tertua, serta Al-Qur’an tertua di Maluku.
Benteng Amsterdam, benteng peninggalan masa kolonial Belanda, masih berdiri dengan megah di bibir pantai. Awalnya bangunan ini merupakan gudang untuk rempah-rempah yang dibangun oleh Bangsa Portugis. Setelah masuknya Belanda, bangunan ini diubah menjadi benteng.
Peninggalan ini menjadi saksi pernah ada masa Belanda menduduki Maluku. Benteng ini juga yang pertama kali dibangun oleh Belanda ketika menduduki Maluku.
Tepat berada di samping Benteng Amsterdam, Gereja Tua Immanuel berdiri masih berdiri tegak. Gereja ini dibangun bersamaan dengan benteng karena kebutuhan untuk beribadah oleh bangsa Portugis. Selain itu, Mushaf Al-Qur’an tulis tangan tertua di Maluku yang usianya mencapai 1000 tahun juga dapat dilihat di Negeri Hila.
Pesona Negeri Hila juga dapat dilihat dari budayanya. Pada acara-acara tertentu, seperti acara adat, pernikahan, hingga menyambut tamu, diadakan pertunjukan tarian seperti tarian cakaleleng, sau reka-reka, sawat, dan lenso.
Pendampingan dari Astra
Kemenparekraf bersama dengan mitranya, Astra, mempunyai misi untuk mengembangkan desa dalam segi wisata. Melalui program Desa Sejahtera Astra, pembinaan untuk warga Negeri Hila dilakukan dan desa ini perlahan-lahan berubah lebih baik.
Dari Astra, warga mendapatkan pelatihan pada pengembangan buah pala, hingga memberikan fasilitas untuk homestay. Pembinaan-pembinaan ini dilakukan dengan upaya menyejahterakan warga setempat dan mendorong masyarakat untuk lebih mandiri. Hasilnya, pendapatan masyarakat dari seluruh aspek meningkat sebanyak 30%.
Semangat masyarakatnya yang begitu tinggi, beberapa komunitas pun dibuat. Ada komunitas Zumama, Hila Photography Club, dan Rumah Kita Hila yang bergerak pada seni budaya, Himpunan Kesehatan Hila di bidang sosial dan kesehatan, Hila English Lover Club di bidang pendidikan, dan Palahi Halawang yang berfokus pada bidang pelestarian hidup.
Pada tahun 2022, Negeri Hila berhasil mendapatkan penghargaan dalam kategori 50 desa wisata terbaik pada ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Penghargaan ini diterima dengan melalui berbagai proses uji oleh para juri.
Peningkatan pesat desa wisata Negeri Hila juga tak lepas dari semangat dan antusiasme warga untuk memajukan desa. Pesona alam, budaya, sejarah, makanan, dan kerajinan khas menjadi paket lengkap untuk berlibur.
Di Desa Negeri Hila, setiap sudutnya menyimpan kisah. Kisah yang membuatnya tak lupa akan masa lalu dan akan selalu menatap masa depan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News