bantengan full srudukan kucur djoyo tradisi meriah yang penuh energi dari malang - News | Good News From Indonesia 2025

Bantengan Full Srudukan Kucur Djoyo: Tradisi Meriah yang Penuh Energi dari Malang

Bantengan Full Srudukan Kucur Djoyo: Tradisi Meriah yang Penuh Energi dari Malang
images info

Bantengan Full Srudukan Kucur Djoyo: Tradisi Meriah yang Penuh Energi dari Malang


Seni tradisional Indonesia memang tidak pernah kehilangan daya tariknya.

Di tengah derasnya arus budaya modern, selalu ada tradisi yang tetap bertahan dan menjadi kebanggaan masyarakat.

Salah satu yang kini kembali mencuri perhatian publik adalah Bantengan, pertunjukan khas Jawa Timur yang memadukan kekuatan, semangat, dan unsur mistik dalam satu panggung yang spektakuler.

Bantengan Full Srudukan Kucur Djoyo(Foto:Youtube/Budaya.Indonesia)

Mengenal Lebih Dekat Seni Bantengan

Bantengan merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat yang telah lama hidup di tengah masyarakat Jawa Timur, terutama di wilayah Malang, Batu, hingga Mojokerto.

Seni ini memadukan tarian, musik gamelan, kostum hewan banteng, dan nilai-nilai spiritual yang diwariskan turun-temurun.

Dalam setiap pertunjukan Bantengan, sekelompok pemain mengenakan kostum berbentuk banteng lengkap dengan tanduk dan hiasan kepala besar.

baca juga

Gerakan mereka tidak hanya menggambarkan sosok banteng yang gagah, tetapi juga menyimbolkan semangat perjuangan dan keberanian.

Musik gamelan yang mengiringi pertunjukan menjadi jiwa dari setiap gerakan.

Irama tabuhan kendang dan gong yang cepat serta kuat menciptakan atmosfer tegang sekaligus menggetarkan.

Setiap ketukan gamelan seolah menghidupkan suasana desa, membuat penonton ikut terbawa arus semangat para pemain.

Makna di Balik “Srudukan”

Kawan GNFI, istilah “srudukan” dalam judul video bukan sekadar kata biasa.

Dalam konteks Bantengan, istilah ini menggambarkan momen puncak pertunjukan, yaitu ketika dua kelompok pemain banteng bertemu dan saling berhadapan.

Gerakan saling menyeruduk atau beradu secara simbolis ini bukan pertikaian sungguhan, melainkan representasi kekuatan, keberanian, dan solidaritas.

Adegan srudukan menjadi bagian paling ditunggu-tunggu oleh penonton karena menampilkan emosi, energi, dan ketegangan yang berpadu dengan nilai-nilai persaudaraan.

Momen tersebut juga melambangkan perjuangan hidup manusia yang penuh tantangan.

Dalam filosofi masyarakat Jawa Timur, banteng adalah simbol keteguhan dan semangat pantang menyerah.

Maka tak heran jika setiap srudukan disambut sorak sorai dan tepuk tangan meriah dari penonton yang ikut terbawa suasana.

Suasana Meriah di Kucur Djoyo

Dalam video yang beredar di media sosial, suasana di Kucur Djoyo terlihat sangat ramai dan penuh antusiasme.

Warga setempat datang sejak sore hari, memenuhi jalan dan lapangan tempat pertunjukan digelar.

Anak-anak, remaja, hingga orang tua berkumpul menjadi satu, menanti dimulainya pertunjukan yang telah lama dinanti.

baca juga

Begitu alunan gamelan dimulai, pemain bantengan mulai bergerak dengan penuh semangat.

Kostum berwarna merah, hitam, dan emas mencuri perhatian, memancarkan aura keberanian dan kekuatan.

Gerakan para pemain yang lincah, sesekali mendekati penonton, membuat suasana semakin hidup dan interaktif.

Menariknya, dalam beberapa bagian beberapa pemain memasuki kondisi seperti trance atau kesurupan ringan, hal yang memang kerap terjadi dalam tradisi Bantengan.

Fenomena ini tidak dianggap aneh, melainkan sebagai bagian dari spiritualitas dan penghormatan terhadap kekuatan gaib yang diyakini hadir selama pertunjukan berlangsung.

Nilai Filosofis di Balik Bantengan

Bantengan tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga memiliki makna sosial dan spiritual yang mendalam.

Bagi masyarakat Malang dan sekitarnya, pertunjukan ini adalah sarana untuk menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan alam semesta.

Banteng sebagai simbol utama menggambarkan kekuatan, keberanian, dan perlindungan bagi masyarakat.

Melalui gerakan dan ritual yang dilakukan selama pertunjukan, warga berharap memperoleh semangat baru serta energi positif untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Lebih dari itu, Bantengan juga menjadi wadah kebersamaan.

Kawan GNFI, tradisi ini melibatkan seluruh elemen masyarakat mulai dari anak muda hingga para sesepuh.

Ada yang menjadi pemain, musisi gamelan, penata kostum, hingga penjaga keamanan acara.

Semua berperan aktif untuk memastikan pertunjukan berjalan lancar.

Inilah salah satu alasan mengapa Bantengan tetap bertahan hingga kini: karena tradisi ini tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat.

Eksistensi Bantengan di Era Digital

Di tengah perkembangan dunia digital, Bantengan justru menemukan napas baru.

Media sosial dan platform video seperti YouTube menjadi ruang yang memperluas jangkauan tradisi ini.

baca juga

Banyak netizen yang mengungkapkan rasa kagum dan bangganya terhadap kekayaan budaya lokal yang masih lestari hingga saat ini.

Fenomena ini menunjukkan bahwa tradisi dan teknologi bisa berjalan berdampingan.

Dengan kemasan yang autentik dan penuh semangat, seni Bantengan mampu menembus batas ruang dan waktu.

Kini, semakin banyak komunitas muda yang tertarik untuk mempelajari dan melestarikan Bantengan dengan cara-cara kreatif, tanpa menghilangkan nilai aslinya.

Pertunjukan Bantengan di Kucur Djoyo adalah potret nyata dari semangat masyarakat yang ingin menjaga budaya leluhur tetap hidup.

Suasana meriah, irama gamelan yang menghentak, hingga momen “srudukan” yang menggugah emosi, semuanya mencerminkan kebanggaan terhadap identitas lokal dan semangat kebersamaan yang kuat.

Melalui Bantengan, masyarakat Jawa Timur membuktikan bahwa warisan budaya bukan sekadar masa lalu, melainkan kekuatan yang mampu menghidupkan masa kini.

Semoga semakin banyak Kawan GNFI yang ikut mengenal, mencintai, dan melestarikan kesenian daerah seperti ini karena budaya adalah jati diri bangsa.#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.