Beberapa waktu terakhir, publik dikejutkan oleh kabar dugaan kontaminasi zat radioaktif Cesium-137 pada produk udang beku asal Indonesia. Kasus ini menjadi perhatian serius karena menyangkut keamanan pangan nasional sekaligus citra Indonesia di mata dunia.
Sebagai mahasiswa Teknologi Pangan, penulis memandang bela negara tidak hanya berbicara mengenai upaya mempertahankan kedaulatan melalui kekuatan militer, tetapi juga melalui kontribusi nyata di bidang keilmuan dan profesi masing-masing.
Dalam konteks ini, bela negara dapat diwujudkan melalui peran aktif dalam menjaga keamanan dan ketahanan pangan nasional, terutama di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
Salah satu contoh nyata yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini adalah kasus dugaan kontaminasi zat radioaktif Cesium-137 pada produk udang beku Indonesia.
Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ekspor udang Indonesia pada tahun 2023 mencapai sekitar 240.000 ton dengan nilai lebih dari US$2 miliar.
Amerika Serikat merupakan pasar utama produk udang Indonesia. Angka ini menunjukkan betapa strategisnya sektor perikanan, khususnya komoditas udang, bagi perekonomian nasional dan reputasi ekspor Indonesia.
Kasus ini mencuat setelah pihak Amerika Serikat mendeteksi dugaan kontaminasi radioaktif pada produk udang asal Indonesia. Menindaklanjuti hal tersebut, BAPETEN bersama berbagai instansi terkait melakukan pemeriksaan radiasi pada kontainer ekspor.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, laju radiasi tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan. Namun, investigasi menemukan adanya indikasi sumber kontaminasi di sekitar area pabrik, khususnya di lapak besi bekas yang mengandung Cs-137.
Cesium-137 sendiri merupakan isotop radioaktif hasil reaksi fisi nuklir yang dapat menimbulkan dampak kesehatan serius jika masuk ke rantai makanan. Paparan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan organ dan meningkatkan risiko kanker. Temuan ini menjadi pengingat penting bahwa keamanan pangan bukan hanya soal kebersihan produk, tetapi juga mencakup pengawasan lingkungan dan potensi kontaminan nonbiologis.
Dari sudut pandang bela negara, menjaga keamanan pangan berarti melindungi rakyat dari ancaman yang dapat merugikan kesehatan masyarakat dan mencoreng citra bangsa. Kontaminasi zat radioaktif pada produk ekspor bukan hanya persoalan teknis industri, tetapi juga menyangkut kedaulatan pangan dan reputasi Indonesia di mata dunia.
Jika isu seperti ini tidak ditangani secara serius, dampaknya bisa besar: kepercayaan konsumen menurun, ekspor terganggu, perekonomian terdampak, dan citra Indonesia sebagai negara produsen pangan ikut tercoreng.
Kasus udang tercemar zat radioaktif ini menjadi cerminan bahwa ancaman terhadap bangsa tidak selalu hadir dalam bentuk serangan fisik, tetapi juga melalui kerentanan sistem pangan. Jika produk pangan kita mudah tercemar atau tidak memenuhi standar global, bangsa ini akan rentan terhadap tekanan pasar internasional. Oleh karena itu, penguatan keamanan pangan merupakan bagian dari strategi bela negara yang bersifat nonmiliter.
Sebagai generasi muda dan calon tenaga ahli di bidang pangan, mahasiswa Teknologi Pangan memiliki peran strategis dalam menjaga kedaulatan pangan Indonesia. Melalui penguasaan ilmu, inovasi teknologi, dan kesadaran akan pentingnya keamanan pangan, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang mendorong sistem pangan nasional menjadi lebih tangguh dan berdaya saing global.
Dengan langkah kecil yang konsisten, kita dapat turut serta membela negara melalui jalur keilmuan dan kontribusi nyata di sektor pangan. Peran tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai cara, seperti
- melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya keamanan pangan,
- berpartisipasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi deteksi kontaminan, serta
- mendukung penerapan sistem keamanan pangan di lingkungan produksi skala kecil maupun industri besar.
Mahasiswa juga dapat mengambil bagian dalam kegiatan pengabdian masyarakat, memberikan pelatihan kepada pelaku usaha pangan lokal, atau mengembangkan solusi inovatif untuk meningkatkan standar keamanan pangan.
Upaya-upaya tersebut merupakan bentuk nyata bela negara di bidang teknologi pangan yang tidak kalah penting dibandingkan bentuk pertahanan lainnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News