Di dataran tinggi Flores, Nusa Tenggara Timur, tersimpan perkebunan kopi yang menjadi salah satu komoditas lokal Kabupaten Ngada. Tanaman kopi ini berada di lereng pegunungan vulkanik di ketinggian 1.000–1.500 m di atas permukaan air laut.
Ada keunikan tersendiri dari kopi khas Bajawa ini. Kopi arabika ini memiliki cita rasa yang khas dan tingkat keasaman yang seimbang. Hal ini yang membuat orang-orang terpikat dan ingin terus meminumnya.
Di balik secangkir kopi dengan cita rasa yang unik ini, terkandung filosofi hidup dan budaya dari orang-orang Bajawa. Hidup masyarakat Bajawa tidak jauh-jauh dari kopi dan inilah yang menjadi tonggak pengembangan potensi daerah.
Pembinaan kepada Petani Kopi
Tren kopi di masyarakat dunia sudah semakin menjamur membuat kopi menjadi komoditas dengan potensi yang tinggi. Produsen kopi dari berbagai negara berlomba-lomba untuk menjual produknya dari pasar lokal hingga luar negeri.
Inilah yang sedang diusahakan di Indonesia. Nusa Tenggara Timur yang menjadi salah satu penghasil kopi terbesar mempunyai peluang yang tinggi untuk meningkatkan pamornya ke panggung dunia.
Untuk mencapai hal tersebut, kualitas kopi dan petaninya pun butuh untuk ditingkatkan. Pembinaan menjadi salah satu cara untuk mengembangkan kopi ini.
PT Astra International Tbk dengan program Desa Sejahtera Astra dan Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) IPB University menjadikan Kecamatan Bajawa, NTT, sebagai daerah binaan. Ada enam desa binaan untuk program ini, yaitu Desa Ngoranale, Wawowae, Mukuvoka, Bolonga, Naru, dan Bowali.
Program ini dilakukan untuk meningkatkan produksi kopi arabika untuk dibawa hingga ke pasar global. Untuk mewujudkannya, Astra berupaya untuk memperkuat kapasitas petani, mendorong regenerasi pelaku usaha tani, serta memperluas akses pasar bagi komoditas unggulan lokal.
Sebanyak 204 masyarakat desa telah terlibat dalam program dengan pencapaian peningkatan pendapatan petani kopi hingga 72%, penyerapan tenaga kerja baru sebanyak 54 orang, serta 100% produk kopi terserap pasar.
Berhasil Ekspor ke Thailand
Program pembinaan ini pada akhirnya menunjukkan tanda-tanda awal dari kesuksesan kopi arabika Bajawa. Atas komitmen dari berbagai pihak, pada Oktober 2025, program Desa Sejahtera Astra bersama dengan IPB University berhasil mengekspor 15 ton kopi arabika Bajawa ke Thailand. Momentum ini merupakan ekspor perdana dari para petani kopi Bajawa.
Pada acara pelepasan ekspor kopi, juga sekaligus meresmikan rumah pengering kopi (greenhouse) yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi kopi Bajawa. Fasilitas ini penting untuk membangun ekosistem bisnis kopi, sekaligus mendorong masyarakat mengembangankan inovasi produk kopi Bajawa.
Sebelumnya para petani memiliki berbagai hambatan dalam produksi kopi. Hambatannya seperti rendahnya kompetensi budi daya, kualitas pascapanen yang belum maksimal, metode penyimpanan tradisional, serta keterbatasan akses pada pemodalan dan pasar.
Melalui berbagai pembinaan dan penyerahan bantuan, kopi Bajawa mampu menarik pasar domestik dan mancanegara. Selain itu, kualitas yang dihasilkan pun sudah layak untuk bersaing di pasar global.
Sebuah Harapan dan Tantangan Petani Kopi Bajawa
Kopi arabika ini menjadi harapan baru untuk warga Bajawa, khususnya para petani kopi. Peluang usaha dan lapangan pekerjaan semakin terbuka lebar untuk menyerap warga yang sudah memasuki usia kerja.
Namun, keberhasilan dari kopi Bajawa ini juga memiliki tantangan tersendiri. Hal-hal seperti menjaga kualitas dan semangat para petani kopi harus selalu dijaga. Apalagi di tengah-tengah perubahan iklim yang dirasakan oleh setiap orang di dunia, termasuk di Bajawa.
Keberhasilan ekspor kopi Bajawa menjadi tonggak sejarah para petani kopi di Kabupaten Ngada. Kesuksesan didapatkan bukan secara instan, perlu adanya komitmen dari pemerintah, IPB University, Astra, dan masyarakat setempat. Suatu proses ada rintangannya dan keberhasilan ekspor ini bisa menjadi titik awal tantangan-tangan baru.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News