Akhir-akhir ini, linimasa media sosial ramai dengan keluhan warganet perihal gejala batuk dan pilek yang tak kunjung mereda. Maraknya keluhan ini selaras dengan tren peningkatan kasus penyakit pernapasan yang juga sudah terkonfirmasi oleh otoritas kesehatan.
Angka kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan gejala batuk pilek melonjak drastis, terutama di wilayah perkotaan padat seperti Jakarta dan sekitarnya.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat lonjakan kasus ISPA hingga mencapai 1,9 juta kasus sepanjang Januari hingga Oktober 2025. Jumlah ini mengindikasikan bahwa penyakit pernapasan ini harus diberi perhatian serius, terutama di tengah kondisi lingkungan yang kurang menentu. Lantas, apa saja faktor utama yang memicu lonjakan kasus "musiman" ini?
Perubahan Cuaca Ekstrem dan Mobilitas Tinggi
Menurut laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, lonjakan penyakit serupa influenza merupakan bagian dari pola musiman yang juga dialami negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, mengonfirmasi bahwa pola penyakit serupa influenza bersifat fluktuatif namun cenderung meningkat, dipicu oleh faktor cuaca.
Dilansir dari Metro TV, Kemenkes menyebut faktor cuaca menjadi salah satu pemicu utama, ditambah dengan tingginya mobilitas masyarakat. Virus influenza dapat dengan sangat mudah tersebar melalui droplet atau percikan air liur, terutama di area ramai dan tertutup.
Pola perubahan cuaca yang ekstrem juga berperan dalam melemahkan daya tahan tubuh Kawan GNFI, sehingga tubuh jadi lebih rentan terhadap serangan virus, termasuk virus influenza dan virus lain penyebab batuk pilek.
Polusi Udara yang Memperburuk Kondisi Paru-paru

Polusi Udara Jadi Salah Satu Penyebab Batuk Pilek dan ISPA | Sumber Gambar: Freepik (jcomp)
Selain faktor cuaca, polusi udara, khususnya di wilayah Jabodetabek, disebut sebagai "biang keladi" yang memperparah kondisi ISPA. Kualitas udara yang buruk mengandung partikel halus (PM2.5) dan polutan lain yang secara langsung menyerang saluran pernapasan. Tidak hanya menyebabkan batuk, polusi udara juga meningkatkan risiko infeksi pernapasan yang lebih serius.
Dikutip dari News-Medical, sebuah studi memberikan bukti kuat bahwa paparan polusi udara jangka panjang dapat meningkatkan risiko rawat inap terkait Infeksi Saluran Pernapasan Bawah (Low Respiratory Infections/LRI) pada orang dewasa. Studi tersebut menjelaskan bahwa polusi udara bekerja dengan dua cara.
Pertama, paparan polusi melemahkan pertahanan tubuh. Polusi mengganggu kemampuan makrofag alveolar, yaitu sel penting dalam paru-paru, untuk membersihkan organisme infeksius.
Kemudian, polutan dalam polusi tersebut akanĀ memicu inflamasi. Polusi memicu respons kekebalan inflamasi di paru-paru, yang pada dasarnya membuka jalan bagi patogen untuk masuk. Partikel polutan inilah yang membuat saluran pernapasan Kawan GNFI jadi lebih sensitif dan rentan terhadap infeksi virus musiman seperti batuk pilek dan influenza.
Upaya Pencegahan dan Imbauan Kemenkes
Meskipun angka lonjakan kasus penyakit pernapasan ini terlihat signifikan, Kawan GNFI tidak perlu panik. Ada beberapa langkah pencegahan dari Kemenkes yang bisa Kawan GNFI lakukan.
Pertama, Kemenkes sangat merekomendasikan pemberian vaksin influenza tahunan. Vaksin ini sangat pentingĀ terutama bagi kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak, meskipun vaksin ini belum menjadi bagian dari program imunisasi nasional.
Lalu, terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Mulai dari mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, memakai masker saat beraktivitas di luar ruangan dengan kualitas udara buruk (terutama di Jakarta), hingga menerapkan etika batuk serta bersin yang benar.
Jika gejala batuk pilek dirasakan semakin memberat, Kemenkes menyarankan Kawan GNFI untuk segera mendatangi dokter atau fasilitas kesehatan terdekat agar mendapat penanganan lebih lanjut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News