demi meningkatkan taraf hidup komunitas adat terpencil jein marlinda kembangkan umkm gula semut sebagai sumber ekonomi baru bagi suku lauje - News | Good News From Indonesia 2025

Demi Meningkatkan Taraf Hidup Komunitas Adat Terpencil, Jein Marlinda Kembangkan UMKM Gula Semut Sebagai Sumber Ekonomi Baru bagi Suku Lauje

Demi Meningkatkan Taraf Hidup Komunitas Adat Terpencil, Jein Marlinda Kembangkan UMKM Gula Semut Sebagai Sumber Ekonomi Baru bagi Suku Lauje
images info

Demi Meningkatkan Taraf Hidup Komunitas Adat Terpencil, Jein Marlinda Kembangkan UMKM Gula Semut Sebagai Sumber Ekonomi Baru bagi Suku Lauje


Di pedalaman Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, tepatnya di tengah 
kehidupan komunitas adat terpencil Suku Lauje, muncul sosok perempuan tangguh 
yang membawa angin perubahan bagi masyarakatnya. Ia adalah Jein Marlinda, tokoh 
perempuan yang dikenal karena keteguhan hati dan kepeduliannya terhadap 
kemajuan ekonomi masyarakat adat. Dengan semangat pantang menyerah, Jein 
berupaya membangun kemandirian ekonomi komunitas adat terpencil tersebut 
melalui pengembangan UMKM gula semut, sebuah produk lokal yang kini menjadi 
sumber penghidupan baru bagi banyak keluarga di desa Molomamua.

Suku Lauje merupakan salah satu suku yang mendiami wilayah Kabupaten Parigi 
Moutong, Sulawesi Tengah. Komunitas ini hidup di daerah perbukitan dan 
pegunungan yang masih asri, jauh dari keramaian kota. Letak yang terpencil membuat 
masyarakat Lauje menjalani kehidupan yang sederhana dan sangat bergantung pada 
alam sekitar. Meski begitu, mereka dikenal memiliki semangat gotong royong yang 
tinggi serta menjaga tradisi dan nilai-nilai kearifan lokal yang telah diwariskan turun
temurun. 

baca juga

Sebagian besar masyarakat Suku Lauje berprofesi sebagai petani dan pekebun. 
Tanah di wilayah mereka yang subur dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis 
tanaman seperti padi ladang, jagung, kakao, serta umbi-umbian. Selain itu, hutan di 
sekitar perkampungan juga menjadi sumber penghidupan penting. Dari sana mereka 
memperoleh rotan, damar, hingga hasil alam yang kini menjadi perhatian besar, yaitu 
nira pohon aren.

Pertemuan pertama Jein Marlinda dengan masyarakat adat Suku Lauje menjadi titik 
balik dalam perjalanan hidupnya. Semua bermula ketika ia bergabung sebagai 
relawan dalam program Komunitas Adat Terpencil yang diinisiasi oleh Kementerian 
Sosial Republik Indonesia. Dalam kegiatan tersebut, Jein turun langsung ke lapangan 
dan berinteraksi dengan masyarakat di pedalaman Kabupaten Parigi Moutong, 
Sulawesi Tengah. Dari kedekatan itulah, ia mulai menyadari betapa kerasnya 
perjuangan hidup masyarakat Suku Lauje yang hidup dalam keterbatasan, namun 
tetap menjaga kearifan dan tradisi leluhur mereka. 

Jein melihat sendiri bagaimana sebagian besar keluarga Suku Lauje hanya mampu 
bertahan dengan penghasilan yang sangat minim, berkisar antara Rp500.000 hingga 
Rp700.000 per bulan. Pendapatan itu harus cukup untuk memenuhi kebutuhan 
sehari-hari sekaligus membiayai pendidikan anak-anak mereka. Situasi ini membuat 
banyak anak terpaksa putus sekolah dan membantu orang tua bekerja di ladang. 
Kondisi tersebut menyentuh hati Jein dengan begitu dalam. Ia merasa terpanggil 
untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi turut mengambil peran dalam membawa 
perubahan bagi komunitas tersebut.

Sejak saat itu, Jein mulai menaruh perhatian besar terhadap potensi ekonomi lokal 
yang dimiliki oleh masyarakat Suku Lauje. Ia menyadari bahwa di balik segala 
keterbatasan, tersimpan sumber daya alam yang melimpah dan belum tergarap 
secara maksimal — salah satunya adalah pohon aren yang tumbuh subur di sekitar 
perkampungan. Dari pengamatan itu, Jein terinspirasi untuk mengubah hasil nira aren 
menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Berawal dari rasa ingin tahu dan tekad untuk belajar, Jein mencari berbagai referensi 
tentang cara pengolahan nira menjadi gula semut melalui video-video di YouTube. 
Dengan ketekunan dan kerja keras, ia akhirnya berhasil mempraktikkan proses 
pembuatan gula semut secara mandiri. Keberhasilan tersebut menjadi langkah awal 
bagi Jein untuk berbagi pengetahuan dengan masyarakat di sekitarnya.

baca juga

Jein kemudian mengajak warga Suku Lauje untuk melihat potensi besar yang dimiliki 
pohon aren. Ia menjelaskan bahwa gula aren tradisional yang selama ini hanya dijual 
dalam bentuk cetakan bisa dikembangkan menjadi gula semut, produk yang memiliki 
nilai ekonomi lebih tinggi dan daya jual yang luas.

karena ilmu dan pengetahuan yang dibagikan Jein kepada masyarakat Suku Lauje, 
kini produk gula semut hasil olahan UMKM komunitas adat terpencil tersebut mulai 
dikenal luas, tidak hanya di wilayah Sulawesi Tengah, tetapi juga di berbagai daerah 
di Indonesia. Inovasi yang digagas Jein berhasil membuka peluang ekonomi baru bagi 
masyarakat adat yang selama ini hidup dalam keterbatasan. Dampaknya pun terasa 
nyata. Pendapatan masyarakat Suku Lauje yang sebelumnya hanya berkisar antara 
Rp500.000 hingga Rp700.000 per bulan, kini meningkat signifikan menjadi 
Rp1.000.000 hingga Rp2.000.000 per bulan. Peningkatan ini tidak hanya membawa 
perubahan pada taraf hidup mereka, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri dan 
semangat untuk terus mengembangkan usaha lokal agar semakin mandiri dan 
berkelanjutan. 

Dari hasil

keberhasilannya dalam mengembangkan UMKM komunitas adat terpencil di 
Suku Lauje, Jein Marlinda berhasil meraih penghargaan SATU Indonesia Awards dari 
Astra pada tahun 2023. Penghargaan tersebut menjadi bentuk apresiasi atas dedikasi 
dan kerja keras Jein dalam memberdayakan masyarakat adat melalui inovasi 
pengolahan gula semut yang tidak hanya meningkatkan ekonomi lokal, tetapi juga 
menginspirasi banyak orang untuk turut berkontribusi dalam pembangunan daerah 
terpencil di Indonesia.

Hal ini membuktikan bahwa ilmu, tekad, dan niat yang kuat dapat membawa 
perubahan serta dampak positif bagi banyak orang. Seperti yang dilakukan oleh Jein 
Marlinda, melalui dedikasi dan kepeduliannya, ia berhasil menghadirkan perubahan 
nyata dalam perekonomian masyarakat Komunitas Adat Terpencil Suku Lauje di 
Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Perjuangan Jein menjadi bukti bahwa satu langkah 
kecil yang dilakukan dengan ketulusan dapat menjadi awal dari perubahan besar bagi 
komunitas yang membutuhkan. 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.