Bayangkan bayi manusia lahir tanpa bisa makan apa pun selain air susu ibunya. Begitulah kira-kira kondisi pedet (anak sapi) kalau tak mendapatkan kolostrum dari induknya.
Bagi para peternak, kolostrum bukan sekadar “susu pertama”, tetapi cairan penyelamat hidup yang menentukan masa depan pedet sejak jam pertama kelahirannya.
Apa Itu Kolostrum?
Kolostrum adalah cairan kental kekuningan yang keluar dari ambing sapi betina segera setelah melahirkan, biasanya hanya bertahan 1–5 hari. Cairan ini sering dianggap sepele, padahal kolostrum adalah sumber nutrisi paling lengkap yang pernah dihasilkan tubuh seekor sapi.
Di dalamnya terkandung lebih dari 90 komponen penting, mulai dari protein, lemak, laktosa, hingga vitamin, mineral, enzim, hormon pertumbuhan, dan yang paling berharga adalah imunoglobulin (antibodi) yang menjadi sistem kekebalan pertama pedet.
Mengapa Kolostrum Begitu Penting?
Berbeda dengan manusia, anak sapi lahir tanpa perlindungan antibodi dari induknya. Dinding plasenta sapi tidak memungkinkan transfer antibodi selama kebuntingan. Artinya, kolostrum adalah satu-satunya “vaksin alami” bagi pedet di awal kehidupannya.
Jika dalam enam jam pertama setelah lahir pedet tidak mendapatkan kolostrum, peluang hidupnya menurun drastis. Penelitian menunjukkan bahwa kolostrum mampu menurunkan angka kematian pedet, memperkuat daya tahan tubuh, dan mempercepat pertumbuhan.
Tanpa kolostrum, pedet akan lebih mudah terserang diare, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit lain yang bisa berujung fatal.
Kandungan Super di dalam Kolostrum
Selain antibodi, kolostrum juga kaya zat bioaktif seperti laktoperoksidase, laktroferrin, dan lisosim yang merupakan 3 senjata yang bertugas melawan bakteri, virus, dan jamur di tubuh pedet. Kandungan ini berfungsi layaknya antibiotik alami, tanpa efek samping.
Kolostrum juga mengandung hormon pertumbuhan yang membantu pembentukan otot dan organ, serta faktor pertumbuhan IGF-1 (Insulin-like Growth Factor-1) yang berperan dalam perkembangan sistem pencernaan.
Menurut hasil penelitian, pedet yang diberi kolostrum memiliki panjang vili usus lebih baik, artinya kemampuan menyerap nutrisi lebih tinggi dibanding pedet yang tidak mendapatkannya.

Pedet yang Sedang Menyusu ke Induknya | unsplash.com | YvonneHuijbens
Kapan dan Bagaimana Memberikannya?
Waktu adalah kunci. Daya serap usus pedet terhadap antibodi hanya optimal dalam 6 jam pertama kehidupan, dan mulai menurun drastis setelah 12 jam. Karena itu, pedet harus segera diberi kolostrum secepat mungkin setelah lahir.
Dikutip dari DairyNZ, pedet idealnya minum kolostrum sekitar 10% dari bobot tubuhnya (misalnya 3–4 liter untuk pedet 35–40 kg). Cara pemberiannya bisa dengan menyusu langsung dari induk atau menggunakan botol susu jika pedet lemah.
Namun, kolostrum yang diberikan juga harus berkualitas baik, tidak tercemar, tidak basi, dan memiliki kadar antibodi tinggi.
Peternak bisa menggunakan alat pengukur Brix refractometer untuk menilai kualitas kolostrum. Nilai di atas 22% dianggap baik untuk diberikan kepada pedet.
Jangan Asal Simpan atau Buang
Kolostrum yang berlebih sebaiknya tidak dibuang, tapi disimpan di suhu dingin untuk cadangan. Kolostrum beku bisa bertahan hingga satu tahun tanpa kehilangan banyak nilai gizinya.
Jika induk mati saat melahirkan atau kolostrumnya sedikit, cadangan ini bisa menjadi “asuransi hidup” bagi pedet lain di kandang.
Sebaliknya, kolostrum yang terkontaminasi bakteri seperti Salmonella atau Mycoplasma justru bisa berbahaya. Karena itu, kebersihan wadah dan ambing sapi harus dijaga ketat, serta hindari pemberian kolostrum dari sapi yang sedang sakit.
Banyak peternak yang kini mulai tergoda menggantikan kolostrum alami dengan susu pengganti instan. Padahal, tidak ada formula buatan yang benar-benar bisa meniru keajaiban kolostrum alami. Setiap tetesnya mengandung “kode biologis” yang sudah disiapkan alam untuk melindungi pedet dari dunia luar.
Jadi, saat sapi di kandangmu melahirkan, jangan hanya menyiapkan tali dan ember air hangat. Siapkan juga kesadaran bahwa kolostrum bukan sekadar susu pertama, tapi tiket hidup bagi generasi sapi berikutnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News