Bayangkan seekor sapi yang sedang beristirahat di kandangnya. Namun, tunggu dulu, alas tidur yang empuk dan kering tempat ia merebahkan diri itu ternyata bukan dari jerami atau serbuk kayu, melainkan hasil olahan dari kotorannya sendiri.
Mungkin kedengarannya jorok. Namun, kenyataannya Kawan GNFI, inilah salah satu terobosan menarik di dunia peternakan modern dengan menggunakan teknologi Bedding Recovery Unit (BRU).
Teknologi ini mampu mengubah limbah kandang menjadi alas tidur sapi yang higiensi, lembut, dan ramah lingkungan. Tidak ada bau menyengat, tidak ada risiko penyakit, bahkan bisa meningkatkan kenyamanan sapi.
Dari Limbah menjadi Alas Tidur
Prinsip kerja Bedding Recovery Unit (BRU) sebenarnya sederhana, tetapi hasilnya bagus. Semua berawal dari kotoran sapi yang baru keluar dari kandang. Limbah ini tidak langsung dibuang, melainkan dialirkan melalui saluran khusus menuju kolam penampungan besar. Air bekas pencucian kandang ikut membantu mendorong kotoran menuju kolam tersebut.
Dari situ, pompa otomatis mengalirkan lumpur hasil endapan ke mesin utama yang disebut screw press separator, yaitu alat berbentuk tabung panjang yang bekerja seperti pemeras raksasa.
Di tahap inilah kotoran sapi mulai diolah secara sistematis melalui beberapa proses berikut:
- Pemisahan kotoran
Bagian cair akan dimanfaatkan kembali, biasanya untuk pupuk cair organik atau bahan baku biogas, sedangkan bagian padat berisi sisa-sisa serat pakan yang belum tercerna, seperti rumput atau silase. Serat inilah yang menjadi bahan dasar alas kandang. - Pengeringan dan pemanasan
Fraksi padat kemudian masuk ke dalam drum stainless steel yang berputar terus-menerus. Di dalamnya, material dipanaskan hingga suhu 65–70°C. Proses ini tak hanya mengeringkan, tapi juga mensterilkan bahan. Suhu tinggi tersebut membunuh bakteri berbahaya, termasuk penyebab mastitis atau radang ambing pada sapi perah. - Hasil akhirnya
Setelah beberapa jam, keluar serat lembut berwarna kecokelatan, kering, aman, dan nyaris tanpa bau. Inilah yang kemudian menjadi alas tidur organik untuk sapi.
Dampak Besar untuk Peternakan
Bagi industri peternakan, teknologi ini membawa dua keuntungan besar: efisiensi biaya dan keberlanjutan lingkungan. Biasanya, untuk kebutuhan alas kandang sapi, harus disediakan serbuk kayu, jerami, atau sekam sebagai alas kandang, yang biayanya bisa membengkak seiring naiknya harga bahan baku.
Dengan BRU, bahan alas kandang bisa tersedia setiap hari dari limbang kandang sendiri, tanpa harus bergantung pada pasokan luar.
Selain itu, sistem ini membantu mengurangi pencemaran air dan tanah akibat limbah padat. Alih-alih dibuang, limbah justru diolah kembali menjadi produk bernilai.
BRU menciptakan siklus ekologis tertutup. Dari sapi, kembali ke sapi, yang membuat peternakan lebih efisien dan ramah lingkungan.
Tak heran jika teknologi ini kini sudah diterapkan di negara-negara maju. Namun, siapa sangka, Indonesia juga sudah punya contohnya sendiri.
Teknologi BRU di Indonesia
Di tanah air, teknologi BRU telah diterapkan oleh PT Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) di Pangalengan, Bandung. Penerapan sistem ini menarik perhatian Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat, yang pada Jumat, 29 Agustus 2025, melakukan kunjungan langsung ke lokasi.

Kunjungan DKPP Jabar dan Tim ke UPBS | instagram @dkpp_jabar
Dalam unggahan di Instagram resmi @dkpp_jabar, terlihat Kepala DKPP Linda Al Amin bersama sejumlah perwakilan lembaga dan industri meninjau langsung bagaimana limbah dari kandang diolah menjadi bedding higienis melalui proses di dalam unit BRU.
Kunjungan itu sekaligus menjadi bukti bahwa inovasi ramah lingkungan dalam dunia peternakan sudah benar-benar berjalan di Indonesia. BRU tak hanya meningkatkan efisiensi dan menghemat biaya, tetapi juga mengubah cara kita memandang limbah. Dari masalah, bisa menjadi bagian dari solusi.
Peternakan Masa Depan
Penerapan teknologi BRU di UPBS menjadi bukti nyata bahwa inovasi ramah lingkungan dalam dunia peternakan bukan lagi sebatas rencana di atas kertas. Indonesia sudah mulai melangkah.
Di tangan industri yang visioner, kotoran sapi yang dulunya dianggap limbah, kini disulap menjadi sumber kenyamanan dan keberlanjutan.
Jika teknologi seperti BRU diterapkan lebih luas, bukan mustahil wajah peternakan Indonesia akan berubah total menjadi lebih efisien, bersih, dan berwawasan ekologis.
Paradigma lama tentang limbah pun bergeser: bukan lagi sesuatu yang harus dibuang, melainkan sumber daya yang bisa dimanfaatkan kembali.
Langkah UPBS ini menunjukkan bahwa peternakan masa depan bukan hanya soal menghasilkan susu, tapi juga tentang menjaga bumi tetap hidup. Karena di era baru ini, sapi bisa tidur nyenyak di atas kotorannya sendiri, dan bumi pun bisa bernapas lebih lega.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News