Bola itu bundar dan bulat, terkadang ia memberi harapan, di waktu lain dia bisa menaruh kekecewaan. Ia bisa menyajikan pertunjukan yang memukau, tapi di sisi lain memberi kesedihan yang mendalam.
Sepak bola mungkin bagi sebagian orang hanyalah permainan, kalah-menang hal biasa, tetapi bagi orang yg sungguh paham dan mengerti, sepak bola adalah sejarah dan perjuangan di balik kaki-kaki yang berjalan di atas lapangan bukan sekedar hanya sebuah permainan.
Permainan bola memiliki makna yang dalam, pengalaman yang tak terkira, penghiburan yang selalu ada, tawa dan kecewa, ada makna filosofis dari kisah si bola bundar, bahkan memberi arti dari kehidupan manusia
Tidak ada yang menduga sepak bola Indonesia bisa terbang setinggi ini, melewati pertandingan demi pertandingan, melawan para raksasa ASEAN bahkan Asia, bertandang ke stadion-stadion hebat, menyambut para lawan yang tangguh, dengan skuad yang baru diracik di laboratorium oleh Shin Tae-Yong.
Timnas kita tidak membawa garuda Indonesia dengan mudah dan gampang, tapi dimulai dari putaran pertama kualifikasi piala dunia, yang waktu itu menghancurkan Brunei Darussalam dengan agregat (12-0) sistem kadang-tandang. Meskipun timnas kita menang dengan skor besar, tapi belum ada keyakinan kuat bahwa Indonesia bisa lolos ke piala dunia 2026.
Di putaran kedua, bukan Indonesia namanya jika tidak ada perjuangan dan air mata. Skuad garuda kita berhadapan dengan Irak, Vietnam, dan Filipina, semua tim kita bisa lewati, tapi tidak dengan Irak yang membuat Indonesia harus tunduk pada mereka. Karena kemenangan beberapa kali itu, Indonesia masih menjadi runer up group dan berhak lolos ke putaran ketiga.
Kemudian di putaran ketiga, Indonesia masuk di group C yang beranggotakan negara-negara kuat seperti Jepang, Arab Saudi, Australia, China dan Bahrain. Mulai di putaran ketiga inilah, asa untuk menginjakan kaki di piala dunia sudah seperti di depan mata.
Banyak orang berkata bahwa kita akan tampil di piala dunia 2026, karena bisa mengalahkan dan membuat imbang beberapa negara seperti Arab Saudi, China, dan Australia. Namun, timnas kita hanya bisa mencapai peringkat empat dengan 12 poin, sehingga harus lanjut ke putaran keempat.
Di putaran ke empat, keyakinan untuk lolos ke piala dunia masih sangat kuat, pasti bisa mengalahkan Arab Saudi dan Irak. Namun kemudian; kisah, cerita, perjuangan, pertunjukan dan permainan Indonesia harus terhenti di putaran ke empat ini, setelah dibekuk Arab dengan skor 3-2 dan Irak 1-0.
Langit Indonesia mendung seketika setelah peluit panjang dibunyikan tanda akhir pertandingan Indonesia vs Irak, sekaligus juga tanda akhir perjuangan Indonesia di kualifikasi piala dunia 2026.
Kecewa dan tangisan pasti ada di hati para pemain dan seluruh rakyat Indonesia, karena untuk bisa tampil di piala dunia tidak semudah yang dikira. Timnas kita telah tumbuh dengan fondasi yang kuat dalam beberapa tahun ini: mulai dari kepengurusan PSSI hingga para pemain dirancang sedemikian rupa untuk memberikan yang terbaik demi negeri ini.
Tidak ada yang perlu dibenci dan disalahkan untuk kekalahan ini, peluit sudah dibunyikan dan kita sudah kalah. Timnas kita memang sudah kuat, tapi negara-negara lain ternyata tumbuh juga lebih kuat dari timnas kita.
Bahkan, Indonesia tidak lagi dipandang sebagai garuda ASEAN, tapi garuda Asia bahkan dunia. Dahulu kita hanya bertandang ke negara tetangga, tetapi kini kita bertandang ke negara yang lebih jauh seperti Jepang, Austarlia, Arab Saudi.
Siapa yang tidak ingin lolos ke piala dunia, bahkan ibu-ibu penjaga warung ingin melihat negaranya bermain dan melawan negara-negara kelas dunia seperti Brazil, Argentina, Spanyol, Prancis.
Namun, Timnas di bawah asuhan Patrick Kluivert masih belum cukup menggapai impian itu, perlu perjuangan yang lebih keras, perlu ada dukungan dan doa yang lebih besar dan perlu evaluasi yang terus dilakukan untuk semakin memajukan sepak bola Indonesia.
Meskipun gagal lolos ke piala dunia 2026, ada banyak kisah indah sekaligus romantis yang berhasil ditorehkan oleh timnas Indonesia. Kini, untuk sementara, Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang sudah lolos piala Asia 2027.
Kemudian Indonesai juga, satu-satunya negara yang bisa bertahan dari putaran pertama hingga putaran keempat kualifikasi piala dunia. Meskipun sudah menjadi tim yang memiliki kualitas yang mumpuni, tapi timnas kita belum mampu bersaing di kancah Asia. Analisis Sepak Bola, Kesit Budi Handoyo menekankan bahwa butuh proses dan waktu yang panjang untuk mencapainya, “Tidak instan seperti yang dilakukan sekarang,” kata dia, dikutip dari Tempo, Minggu, 12 Oktober 2025.
Menurutnya perlu ada persiapan yang matang untuk menghadapi negara-negara besar di Asia. Timnas Indonesia memang memiliki para pemain diaspora yang bermain di klub-klub Eropa. Tapi, mereka perlu waktu yang lebih sering berkumpul dan bertanding bersama sebagai tim agar padu dan kompak.
Para pencinta dan pengamat sepak bola di negeri ini bak seorang tuan puteri yang terus-menerus merindukan kedatangan pangeran untuk menyelamatkan dia dari kesepian, kehampaan dan kesedihan ini.
Pangeran itu kini hanya tinggal mimpi yang terus-menerus menaungi timnas kita. Mimpi itu tinggal selangkah lagi, tapi kemudian dihapuskan oleh mereka yang memegang kekuasaan: gonta-ganti pelatih seenaknya, memecat sang peracik handal dengan orang yang minim pengalaman, dan memainkan pemain hanya untuk coba-coba.
Sebab, keindahan sepak bola yang sesungguhnya terbit dari kekompakan, ketekuanan dan perjuangan para pemain di atas lapangan hijau, bukan bermain hanya uang uang atau popularitas, tapi dengan keringat yang tumpah demi mengharumkan nama Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News