Banyak dari kita mungkin pernah berpikir, semakin banyak busa saat mencuci pakaian berarti hasilnya semakin bersih. Namun, apakah benar begitu, Kawan GNFI? Apakah busa yang banyak menandakan cucian yang bersih?
Nah, untuk menjawabnya, mari kita lihat dari sisi ilmiah. Apa sih, yang sebenarnya terjadi ketika detergen bekerja?
Bagaimana Detergen Bekerja di Balik Layar?
Detergen adalah bahan pembersih yang bisa kita temukan dalam bentuk bubuk, cair, hingga lembaran. Di dalamnya terdapat zat aktif yang disebut surfaktan.
Molekul surfaktan punya dua sisi: satu sisi menyukai air (hidrofilik), sementara sisi lainnya lebih suka menempel pada minyak atau lemak (hidrofobik).
Menurut Cheng et al. (2020), saat proses mencuci berlangsung, bagian hidrofobik surfaktan akan menempel pada noda berminyak di pakaian, sedangkan bagian hidrofiliknya tetap berinteraksi dengan air.
Ketika air bergerak, molekul-molekul ini membentuk misel, semacam gelembung mikroskopis yang “mengurung” kotoran. Kotoran itu pun terbawa air saat dibilas.
Singkatnya, Kawan GNFI, keberhasilan mencuci pakaian tidak ditentukan oleh banyaknya busa, melainkan oleh kemampuan surfaktan untuk memisahkan kotoran dari kain.
Lalu, dari Mana Asal Busa Itu?
Busa terbentuk saat surfaktan menangkap udara di dalam air dan membentuk lapisan gelembung. Karena terlihat dramatis dan menarik, kita sering menganggap busa sebagai tanda bahwa sabun sedang bekerja maksimal.
Namun, penelitian dari Zocchi (2011) menunjukkan bahwa fungsi utama busa sebenarnya hanyalah membantu menurunkan tegangan permukaan air. Tegangan yang lebih rendah membuat air menyebar lebih mudah dan detergen dapat menjangkau seluruh serat kain.
Artinya, busa lebih tepat dianggap sebagai indikator visual atau sebuah tanda bahwa sabun masih ada di air, bukan bukti bahwa noda telah hilang.
Terlalu Banyak Busa Bisa jadi Masalah
Mungkin terdengar mengejutkan, tapi busa yang terlalu banyak justru bisa mengganggu proses mencuci, Kawan GNFI. Chen et al. (2010) menjelaskan bahwa busa berlebih dapat menghambat gerakan air dan mengurangi gesekan antarkain dalam mesin cuci. Akibatnya, kotoran tidak terlepas dengan baik.
Selain itu, busa yang tidak terbilas sempurna dapat meninggalkan residu pada serat kain. Pakaian bisa terasa kaku, bahkan berbau kurang sedap setelah kering. Jika dibiarkan terus-menerus, residu detergen juga bisa menumpuk di dalam mesin cuci dan mengganggu performanya.
Penelitian lain oleh Lin dan Chang (2023) menegaskan bahwa busa hanyalah hasil surfaktan yang menangkap udara. Bukan bagian dari proses kimia pembersihan.
Justru, mesin cuci modern saat ini dirancang agar bekerja lebih efisien dengan detergen low-foam—detergen dengan busa rendah tetapi daya bersih tetap tinggi.
Kebersihan Lebih Ditentukan oleh Gerakan dan Waktu
Han et al. (2015) menunjukkan bahwa faktor mekanis seperti agitasi (gerakan memutar mesin cuci), waktu pencucian, serta suhu air memiliki pengaruh jauh lebih besar terhadap kebersihan pakaian dibanding jumlah busa.
Jadi, meskipun busa terlihat “meyakinkan”, yang benar-benar bekerja membersihkan adalah kombinasi antara gerakan, air, dan interaksi surfaktan.
Menariknya, semakin efisien mesin cuci dan semakin baik pergerakan air, semakin sedikit busa yang dibutuhkan. Itulah sebabnya banyak detergen modern diformulasikan agar tidak menghasilkan terlalu banyak busa, tetapi tetap efektif membersihkan noda.
Dampak Terlalu Banyak Busa bagi Lingkungan
Proses mencuci jika menggunakan terlalu banyak deterjen menghasilkan busa berlebih dan dapat berdampak negatif pada lingkungan. Penggunaan surfaktan yang tidak dapat terurai secara alami dapat mengakibatkan pencemaran air dan menurunkan kadar oksigen di sungai atau danau. Hal ini berbahaya bagi organisme akuatik yang hidup di dalamnya.
Maka dari itu, penggunaan detergen dalam jumlah berlebihan bukan hanya boros, tapi juga tidak ramah lingkungan. Cukup gunakan detergen sesuai takaran pada kemasan, dan pastikan bilasan air jernih sebelum membuangnya.
Cara Bijak Menggunakan Detergen
Kawan GNFI, saat memilih detergen, perhatikan label pada kemasannya. Pilih produk dengan busa rendah dan formula ramah lingkungan. Jenis ini biasanya lebih hemat air dan tidak meninggalkan residu setelah pembilasan.
Gunakan juga takaran yang dianjurkan. Menambahkan lebih banyak detergen tidak berarti hasil cucian akan lebih bersih.
Sebaliknya, itu bisa merusak pakaian dan memperpendek usia mesin cuci. Bila ingin hasil terbaik, perhatikan pula suhu air, jumlah cucian per putaran, dan durasi pencucian.
Bersih Tidak Selalu tentang Busa
Kini kita tahu, busa hanyalah bagian kecil dari proses kimia yang terjadi saat mencuci. Ia bukan penentu kebersihan, melainkan efek samping dari kerja surfaktan. Jadi, mulai sekarang, jangan terkecoh oleh banyaknya gelembung di ember atau mesin cuci ya, Kawan GNFI.
Hal yang membuat pakaian kita bersih adalah karena detergen bekerja dengan mengangkat kotoran, dibantu oleh air dan gerakan. Setelah memahami hal ini, kita bisa mencuci lebih cerdas, hemat air, hemat energi, dan lebih peduli terhadap lingkungan. Karena pada akhirnya, bersih bukan tentang seberapa banyak busanya, tapi seberapa bijak kita merawat pakaian dan bumi tempat kita tinggal.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News