Selama ini semut mungkin hanya kita anggap sebagai hewan kecil yang suka rebutan gula di dapur. Akan tetapi di dunia ilmiah, semut bukan sekadar serangga pengganggu, tapi mereka adalah makhluk dengan kemampuan biologis yang menakjubkan. Baru-baru ini, para peneliti menemukan fakta mengejutkan: semut ternyata bisa membantu proses fermentasi susu menjadi yogurt.
Penelitian berjudul ”Making yogurt with the ant holobiont uncovers bacteria, acids, and enzymes for food fermentation” yang dipublikasikan di jurnal iScience (2025) terinspirasi dari kebiasaan kuno masyarakat Turki dan Bulgaria. Dulu, orang desa sana punya resep aneh tapi legendaris: mereka menaruh beberapa ekor semut kayu merah hidup ke dalam susu segar, lalu membiarkannya selama beberapa hari. Ajaibnya, susu itu berubah menjadi yogurt, padahal tanpa bahan tambahan apapun.
Resep ini membuat para peneliti penasaran, apakah memang semut bisa melakukan fermentasi? Maka mereka mencoba mengulang resep ini melalui sebuah eksperimen di laboratorium, dan hasilnya sungguh mengejutkan.

Yogurt dari Semut | Sinotte et al. (2025), CC BY 4.0 | via iScience
Semut adalah Pabrik Mikroba Hidup
Ternyata tubuh semut, khususnya semut kayu merah (Formica red wood ants), dipenuhi dengan mikroba baik. Mikroba yang hidup di permukaan kulit dan di dalam tubuhnya. Beberapa di antaranya termasuk bakteri asam laktat dan asam asetat, dua jenis mikroba yang juga digunakan untuk membuat yogurt dan cuka.
Yang paling mengejutkan, peneliti menemukan bakteri bernama Frutilactobacillus sanfranciscensis, yang biasanya hanya ditemukan di adonan roti sourdough. Artinya, semut ternyata membawa starter alami yang bisa membuat susu menggumpal dan menjadi asam, persis seperti cara kerja pembuatan yogurt yang umum dilakukan.
Tubuh Semut Ikut Membantu Fermentasi
Tak berhenti di situ, semut ternyata punya bahan rahasia lain berupa asam format (formic acid). Biasanya, semut menggunakan zat ini untuk bertahan hidup dan melindungi diri dari predator. Tapi ketika bercampur dengan susu, asam format ini membantu menurunkan pH sehingga susu cepat menggumpal.
Jadi proses fermentasi di sini bukan hanya kerja bakteri, tapi juga hasil kolaborasi antara mikroba dan tubuh semut itu sendiri. Kombinasi asam dari semut dan asam laktat dari bakteri menghasilkan yogurt yang benar-benar terbentuk secara alami, tanpa bantuan kultur atau starter buatan.
Enzim Rahasia dari Semut Bikin Yogurt Lebih Lembut
Peneliti juga menemukan bahwa semut menghasilkan enzim protease, semacam “gunting biologis” yang memotong protein susu (kasein).
Akibatnya, yogurt yang dihasilkan memiliki tekstur lebih lembut dan creamy, efek yang biasanya hanya bisa didapat lewat fermentasi pabrikan. Dengan kata lain, semut bukan cuma membawa bakteri fermentasi, tapi juga enzim alami yang memperkaya hasil akhirnya.
Ilmu Baru dari Resep Kuno
Yang paling menarik dari semua ini bukan cuma karena “semut bisa bikin yogurt”, tapi karena penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tradisional sering menyimpan sains besar di baliknya. Ratusan tahun lalu, orang mungkin tidak tahu istilah “bakteri” atau “enzim”, tapi mereka tahu secara naluriah bahwa semut bisa membuat susu berubah.
Sekarang, ilmu pengetahuan modern baru mampu menjelaskan alasannya. Peneliti menyebut fenomena ini sebagai “holobiont”, yaitu kerja sama antara makhluk hidup (semut) dan mikroorganisme yang hidup bersamanya. Mereka saling membantu, layaknya simbiosis alami yang sudah berlangsung ribuan tahun.
Penemuan ini membuka mata bahwa sains modern terkadang hanya menegaskan apa yang sudah lama diketahui alam. Resep kuno yang dulu dianggap tak masuk akal kini terbukti punya dasar ilmiah yang kuat. Semut, yang selama ini kita anggap remeh, ternyata menyimpan sistem biokimia kompleks yang mampu melakukan fermentasi alami.
Yogurt dari semut bukan sekadar cerita aneh dari masa lalu, tapi simbol bagaimana pengetahuan tradisional dan sains bisa saling melengkapi. Di balik tubuh kecilnya, semut memberi pelajaran besar bahwa teknologi paling canggih bisa lahir dari makhluk yang tampak sederhana. Mungkin inilah waktunya manusia belajar kembali dari alam karena siapa sangka, semut bisa menjadi guru kita untuk membuktikan sesuatu secara ilmiah.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News