satu buku seribu harapan pemuda asahan nyalakan api literasi dari desa - News | Good News From Indonesia 2025

Satu Buku, Seribu Harapan: Pemuda Asahan Nyalakan Api Literasi dari Desa

Satu Buku, Seribu Harapan: Pemuda Asahan Nyalakan Api Literasi dari Desa
images info

Satu Buku, Seribu Harapan: Pemuda Asahan Nyalakan Api Literasi dari Desa


Tidak semua perubahan dimulai dari ruang rapat besar atau gedung-gedung megah. Terkadang, perubahan justru lahir dari rak buku yang sederhana, halaman-halaman yang terbuka, dan seseorang yang berani bermimpi. Seperti yang dilakukan Muhammad Saufi Ginting di Asahan, Sumatera Utara, lewat Taman Bacaan Masyarakat Azka.

Dalam salah satu tulisannya, Saufi mengenang masa kecilnya yang sulit mendapatkan bahan bacaan. Kondisi ekonomi keluarga membuatnya harus bersepeda ke kota hanya untuk membaca buku bekas di lapak sederhana. Saat itu, di Asahan belum ada perpustakaan.

Namun, dari keterbatasan itu, tumbuh sebuah tekad. Pada tahun 2003, ia menulis sebuah puisi berjudul Renungan Only, yang menggambarkan mimpinya tentang sebuah kota dengan perpustakaan di setiap gang dan jalan.

baca juga

Dua dekade kemudian, mimpi itu bukan lagi sekadar puisi. Ia berhasil mewujudkannya melalui Taman Bacaan Masyarakat Azka, sebuah rumah baca sederhana yang kini menjadi ruang belajar dan berbagi bagi masyarakat.

Dikutip dari blog pribadinya, taman bacaan ini berdiri sejak awal 2012, bermula dari koleksi pribadi Saufi dan istrinya. Seiring berjalannya waktu, TBM Azka terus berkembang dengan dukungan berbagai pihak, mulai dari Gerakan Satu Juta Buku (SAJUBU) pada tahun 2014, gerakan 1001 buku pada tahun 2016, hingga program Free Cargo Literacy (FCL) dari pemerintah pada tahun 2017. Melalui program tersebut, TBM Azka rutin menerima kiriman buku dari berbagai instansi dan relawan yang semakin memperkata koleksi buku bagi warga Asahan.

Data UNESCO (2023) menunjukkan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia baru mencapai 65,4%, dan minat baca berada di angka 0.001%. Artinya, dari 1.000 orang, hanya satu yang gemar membaca.

Namun, angka itu tidak menyurutkan lagkah Saufi. Ia justru menjadikan fakta tersebut sebagai panggilan jiwanya untuk bisa berbuat lebih.

Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga cara untuk berpikir kritis, memahami masalah, dan menumbuhkan empati. Nilai-nilai inilah yang menjadi dasar kegiatan TBM Azka.

Melalui membaca dan menulis, anak-anak bisa belajar dalam memahami diri mereka, mengenali lingkungannya, dan menemukan keberaniannya untuk bermimpi.

Saufi percaya bahwa literasi merupakan pondasi utama dalam sebuah kemandirian. Tanpa kemampuan berpikir dan menganalisis, mustahil seseorang bisa berkembang di era modern.

Membaca Tak Mengenyangkan Perut? Mari Kita Renungkan Kembali

Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa membaca buku tak memberi manfaat langsung, terutama secara ekonomi. Namun, terdapat studi yang menunjukkan sebaliknya.

Studi "Literacy as a Catalyst for Socio-Economic Development" membuktikan bahwa literasi berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup. Maka, meski membaca tak mengenyangkan perut, literasi justru menghidupi pikiran dan membuka jalan menuju masa depan yang mandiri dan berdaya.

Kini, TBM Azka menjadi simbol harapan. Di ruangan sederhana yang diisi oleh buku-buku itu tumbuh mimpi-mimpi kecil yang terus disemai. Anak-anak belajar mengenal dunia lewat buku, orang dewasa menemukan inspirasi baru, dan masyarakat sadar bahwa perubahan besar bermula dari langkah kecil.

Kawan GNFI, di tengah hiruk pikuk dunia digital yang serba cepat, kisah ini mengingatkan kita bahwa peradaban sejati tidak dibangun oleh teknologi, tapi oleh pikiran yang mau terus belajar.

Perjalanan TBM Azka membuktikan bahwa literasi adalah bentuk cinta paling nyata. Cinta pada ilmu, pada masa depan, dan pada peradaban manusia. Saufi telah menunjukkan bahwa dari buku bisa melahirkan banyak harapan dan menjadi langkah kecil untuk mengubah masa depan suatu desa.

#kabarbaiksatuindonesia

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EP
KG
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.