menyalakan cahaya inklusi kisah fany efrita penerima satu indonesia awards 2024 bidang pendidikan - News | Good News From Indonesia 2025

Menyalakan Cahaya Inklusi: Kisah Fany Efrita, Penerima SATU Indonesia Awards 2024 Bidang Pendidikan

Menyalakan Cahaya Inklusi: Kisah Fany Efrita, Penerima SATU Indonesia Awards 2024 Bidang Pendidikan
images info

Menyalakan Cahaya Inklusi: Kisah Fany Efrita, Penerima SATU Indonesia Awards 2024 Bidang Pendidikan


Di tengah dunia digital yang serba cepat dan kompetitif, tak semua orang mendapat kesempatan yang sama untuk didengar. Namun, di balik layar-layar kecil yang kita genggam setiap hari, ada sosok-sosok yang memperjuangkan akses dan kesetaraan agar ruang digital menjadi tempat bagi semua. Salah satunya adalah Fany Efrita, perempuan penyandang disabilitas asal Banten yang membuktikan bahwa keterbatasan bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari perubahan.

Fany Efrita
info gambar

Foto: Instagram/@fanyefrita


Dari Keterbatasan Menjadi Kekuatan

Fany Efrita lahir dengan kondisi disabilitas daksa, makro distrofi lipomatosa, yang menyebabkan salah satu kakinya membesar tidak proporsional. Sejak kecil, ia telah terbiasa menghadapi tatapan iba dan keterbatasan akses. Namun di balik itu, ia memiliki tekad besar: untuk mandiri, berdaya, dan menginspirasi.

Ia menempuh pendidikan di Universitas Tanjungpura, Kalimantan Barat, dan mulai aktif di berbagai kegiatan sosial. Namun ketika terjun ke dunia kerja, Fany mendapati kenyataan pahit: penyandang disabilitas masih sering dipandang sebelah mata. Alih-alih menyerah, ia memilih menciptakan jalannya sendiri- membangun usaha sosial dan membuka ruang bagi sesama disabilitas untuk berkembang.

baca juga

Membangun Ekosistem Kreatif bagi Disabilitas

Dari pengalaman pribadi itulah, Fany mendirikan platform Setara Berdaya Group / Alunjiva, sebuah ruang yang berfokus pada pengembangan keahlian content creator disabilitas. Ia ingin agar teman-teman difabel tak hanya menjadi objek empati, tetapi juga subjek yang mampu berkarya dan menghasilkan.

Lebih dari sekadar pelatihan teknis, kegiatan ini menjadi ruang pemulihan psikologis. Di sana, para peserta bisa saling berbagi pengalaman, membangun rasa percaya diri, dan menumbuhkan keberanian untuk tampil di ruang publik. “Bagi saya, content creation adalah sarana ekspresi diri. Ia memberi suara bagi mereka yang lama tak terdengar,” tutur Fany dalam sebuah wawancara.

Pengakuan dari SATU Indonesia Awards 2024

Perjalanan panjang dan konsistensinya membuahkan hasil. Pada tahun 2024, Fany Efrita dinobatkan sebagai Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Nasional dan Provinsi 2024 bidang Pendidikan, atas inisiatifnya dalam pengembangan keahlian content creator disabilitas di Indonesia.

Ajang bergengsi yang digelar oleh Astra International ini menyoroti kontribusi anak muda di lima bidang utama, Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, yang memberi dampak nyata bagi masyarakat. Dari Banten, Fany menjadi salah satu sosok yang mencuri perhatian karena keberhasilannya menciptakan model pembelajaran digital yang inklusif, relevan, dan berkelanjutan.

Selain mendapatkan apresiasi nasional, Fany juga menerima dukungan pembinaan, jaringan kemitraan, serta bantuan dana pengembangan program. Semua ini membantunya memperluas jangkauan pelatihan hingga ke daerah lain di Indonesia.

Mengubah Paradigma: Disabilitas Bukan Keterbatasan

Di tangan Fany, teknologi bukan sekadar alat hiburan, melainkan jembatan menuju kemandirian. Ia percaya bahwa dengan akses dan dukungan yang tepat, setiap individu, terlepas dari kondisi fisiknya, dapat menjadi bagian dari industri kreatif digital.

Melalui programnya, ia telah melatih puluhan content creator difabel untuk membuat karya video, menulis naskah konten, hingga membangun personal branding yang kuat. Beberapa alumninya kini berhasil berkolaborasi dengan brand lokal dan menjadi pembicara dalam forum komunitas.

Lebih dari sekadar dampak ekonomi, Fany juga berfokus pada pemulihan makna diri di tengah stigma sosial yang masih kuat. “Ketika seseorang dengan disabilitas bisa menghasilkan karya digital yang dilihat dan diapresiasi, itu bukan hanya soal prestasi, tapi soal keberadaan, bahwa kita ada, kita mampu, dan kita layak,” ucapnya.

Inspirasi untuk Generasi Digital Inklusif

Kisah Fany Efrita menjadi pengingat bahwa inklusi bukanlah konsep yang rumit. Ia lahir dari empati, kemauan belajar, dan keberanian memberi ruang bagi orang lain. Di tengah tren digital yang sering mengedepankan popularitas, Fany menghadirkan nilai yang lebih dalam: kemanusiaan.

Dengan pendekatan yang hangat dan realistis, ia memadukan teknologi, pendidikan, dan empati menjadi satu gerakan sosial yang menular. SATU Indonesia Awards 2024 menjadi saksi bahwa perubahan tidak selalu dimulai dari panggung besar, kadang ia tumbuh dari seseorang yang berani bermimpi di ruang kecil, lalu menyalakan cahaya bagi banyak orang lainnya.

baca juga

Harapan yang Terus Menyala

Ke depan, Fany berencana mengembangkan modul pembelajaran inklusif online agar pelatihan bisa diakses oleh penyandang disabilitas dari berbagai wilayah Indonesia. Ia juga tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa lembaga untuk menciptakan creative hub inklusif yang menyediakan fasilitas produksi dan mentoring berkelanjutan.

Melalui langkah-langkah kecil yang konsisten, Fany Efrita membuktikan bahwa kesetaraan bukan utopia. Ia sedang mewujudkannya, satu konten, satu kreator, satu kesempatan pada satu waktu.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.