menulis untuk terhubung makna di balik powerful writing versi firdarainy nuril izzah - News | Good News From Indonesia 2025

Menulis untuk Terhubung: Makna di Balik Powerful Writing versi Firdarainy Nuril Izzah

Menulis untuk Terhubung: Makna di Balik Powerful Writing versi Firdarainy Nuril Izzah
images info

Menulis untuk Terhubung: Makna di Balik Powerful Writing versi Firdarainy Nuril Izzah


Menulis tidak hanya soal merangkai kata, tetapi juga bagaimana menghadirkan gagasan dengan cara yang menarik dan berkarakter. Hal itu menjadi sorotan dalam sesi pertama webinar Good Movement bertajuk “Powerful Writing: Strategi Meningkatkan Kreativitas dan Gaya Bahasa dalam Menulis – Sharing Session Awanio, Navigator Jaringan Jarak Jauh Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award” yang diselenggarakan oleh Good News From Indonesia (GNFI) pada Jumat (10/10/2025). Sesi ini menghadirkan Firdarainy Nuril Izzah, jurnalis GNFI, yang berbagi pengalaman dan pandangannya tentang pentingnya kreativitas serta gaya bahasa dalam menulis. 

Dalam sesi tersebut, Firdarainy membagikan pengalamannya selama menulis di GNFI dan bagaimana ia menemukan gaya penulisan yang sesuai dengan karakter tulisannya. Ia menekankan bahwa menulis yang “kuat” bukan berarti harus rumit, melainkan bagaimana seorang penulis mampu menyampaikan pesan dengan jujur, lugas, dan tetap menarik. Melalui berbagai contoh tulisan, Firdarainy juga menunjukkan bagaimana kreativitas bisa tumbuh dari kebiasaan membaca, rasa ingin tahu, dan keberanian untuk mencoba hal baru dalam menulis. 

baca juga

Sesi pertama dimulai dengan satu kalimat yang menempel di benak peserta: “Ternyata menulis itu kegiatan yang sangat dekat dengan kita,” ucap Firdarainy membuka pemaparannya. Ia menyebut bahwa menulis tidak berhenti pada rumus klasik 5W+1H, karena tulisan yang benar secara struktur belum tentu menyentuh sisi manusia pembacanya. Tulisan yang kuat adalah tulisan yang membuat orang berpikir, tergerak, atau bahkan teringat lama setelah membaca. Bagi Firdarainy, tugas penulis bukan hanya menyampaikan fakta, tetapi juga membuat fakta itu menyentuh jiwa.

Dari situ, ia menjabarkan tiga ciri utama tulisan yang powerful. Pertama, berkesan. Tulisan yang baik seharusnya menimbulkan gema di kepala pembaca, bahkan setelah halaman ditutup. Kedua, mudah diingat. Biasanya muncul dari anekdot kecil, metafora sederhana, atau kutipan yang “nempel” di pikiran. Dan yang ketiga, berdampak. Tulisan yang mampu membuka wawasan, menggerakkan opini, atau bahkan mendorong perubahan nyata, baik di kalangan pembaca maupun pengambil kebijakan.

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi
info gambar

Foto: Zoom Webinar Good Movement 2025 | Olivia Ruth Sharonia


Teknik Powerful Writing: Membangun Gaya Bahasa

Setelah menjelaskan konsep powerful writing, Firdarainy melanjutkan sesi dengan membagikan beberapa teknik yang bisa diterapkan oleh siapa pun yang ingin menulis dengan lebih bermakna. Menurutnya, kekuatan tulisan bukan muncul dari kata yang indah, melainkan dari kemampuan penulis menerjemahkan ide besar menjadi sesuatu yang sederhana, terasa, dan mudah dipahami.

Teknik pertama adalah menggunakan analogi. Analogi membantu penulis menjembatani istilah atau konsep yang rumit agar mudah dicerna pembaca. Ia mencontohkan, alih-alih menulis “Inflasi adalah penurunan nilai uang secara terus-menerus,” penulis bisa menulis “Inflasi itu seperti es krim yang mencair. Dengan uang Rp50.000, dulu kamu bisa beli 5 cup es krim. Sekarang, karena 'mencair', uang yang sama hanya cukup untuk 3 cup. Nilai uang telahmenyusut.” Dengan begitu, pembaca tidak hanya paham, tetapi juga bisa membayangkan.

Teknik kedua, Firdarainy menekankan prinsip klasik: “Show, don’t tell.” Penulis yang kuat tidak sekadar memberi tahu pembaca bahwa seseorang “sedih,” tetapi mengajak mereka melihat kesedihan itu melalui detail kecil. Daripada menulis "Kondisi pengungsi di perbatasan sangat memprihatinkan," lebih baik tulis "Anak-anak dengan mata merah dan baju kusut berbagi sepotong roti di tenda yang bocor. Udara dingin, dan satu-satunya sumber air bersih berasal dari truk tangki yang datang sekali sehari”. Dengan cara itu, pembaca tidak hanya membaca emosi, tetapi juga merasakannya.

baca juga

Masuk ke teknik ketiga, Firdarainy membahas pentingnya kalimat aktif dan variasi ritme dalam menjaga dinamika tulisan. Kalimat aktif memberi energi dan kejelasan, sementara sesekali menyisipkan kalimat pasif membuat alur terasa lebih alami. Ia memberi contoh sederhana:

Kalimat pasif: “Kenaikan BBM diputuskan oleh pemerintah hari ini.”

Kalimat aktif: “Pemerintah memutuskan kenaikan BBM hari ini."

Keduanya benar, tapi jika digunakan bergantian dengan ritme yang tepat, tulisan akan lebih hidup dan tidak monoton.

Di tengah kompleksitas tema yang sering dihadapi penulis, Firdarainy mengingatkan pentingnya menjaga keterbacaan. “Tugas kita sebagai penulis adalah menjadi penerjemah yang andal,” katanya. Bukan hanya menerjemahkan bahasa, tapi juga makna — agar pembaca dari latar belakang apa pun bisa memahami pesan yang ingin disampaikan.

Ia juga menekankan bahwa seorang penulis yang baik adalah mereka yang memahami pembaca. Menghargai pembaca berarti menulis dengan struktur yang jelas, menghadirkan fakta yang valid, dan tidak meremehkan kecerdasan mereka. Salah satu cara untuk mempertahankan perhatian pembaca adalah dengan menciptakan curiosity gap — celah rasa ingin tahu yang membuat mereka terus membaca hingga akhir. Di sisi lain, penulis juga perlu menciptakan cognitive ease, atau kenyamanan membaca, dengan kalimat yang mengalir dan pilihan kata yang tidak memberatkan.

Memasuki akhir sesi, Firdarainy menyoroti tantangan terbesar para penulis di era digital. Ia menyebut bahwa kebiasaan membaca masyarakat kini telah berubah. Berdasarkan riset dari Nielsen Norman Group, lebih dari 79% pembaca online hanya memindai (scan) artikel, dan hanya 16% yang benar-benar membaca halaman web secara menyeluruh. Angka itu menjadi pengingat bahwa perhatian pembaca semakin singkat, sementara informasi terus berlimpah.

Karena itu, menulis di era digital membutuhkan strategi tersendiri. Firdarainy menyarankan agar penulis membuat subjudul yang unik, menebalkan bagian penting, dan menggunakan format listicle untuk membantu pembaca menavigasi isi tulisan. Ia juga menekankan pentingnya menambahkan blockquote untuk menyoroti pernyataan yang menarik atau powerful, agar pesan utama tidak tenggelam di antara paragraf panjang.

Di penghujung sesi, Firdarainy menutup dengan kalimat yang menjadi refleksi bagi seluruh peserta webinar:

“Powerful writing bukanlah soal pujian, tapi tentang tanggung jawab. Tanggung jawab untuk menginformasikan, membuka wawasan, dan mungkin suatu hari nanti—menggerakkan perubahan.”

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

OS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.