Kakao merupakan komoditas unggulan di Desa Bloro, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Adanya kakao di Desa Bloro menjadi perajut asa hidup untuk masyarakat setempat.
Banyak masyarakat di Desa Bloro yang bermata pencaharian sebagai petani kakao. Dari potensi kakao inilah, roda ekonomi masyarakat dapat terus berputar.
Selain itu, potensi kakao mengantarkan Desa Bloro menjadi salah satu penerima program Desa Sejahtera Astra (DSA). Oleh sebab itu, artikel ini akan membahas mengenai potensi kakao yang menjadi komoditas unggulan perajut asa hidup masyarakat Desa Bloro.
Potensi Kakao di Desa Bloro
Melansir dari laman PelakuBisnis.com, Desa Bloro terletak di Kabupaten Sikka yang merupakan penghasil kakao terbesar di Pulau Flores. Petani kakao di daerah ini rata-rata memiliki pengalaman bertani selama lebih dari 15 tahun.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Sikka tahun 2024, Kabupaten Sikka memiliki luas area perkebunan yang terdiri dari 7.816 hektar tanaman kakao belum menghasilkan, 12.210 hektar yang telah menghasilkan, dan 2.422 hektar tanaman tua atau rusak.
Melansir dari penelitian Umar (2023), Desa Bloro menjadi salah satu desa penghasil kakao terbanyak di Kabupaten Sikka. Tanaman kakao menjadi sektor unggulan pembangunan ekonomi masyarakat di Kabupaten Sikka sekaligus menjadi komoditas unggulan penyumbang pendapatan utama masyarakat di Kabupaten Sikka.
Potensi kakao di Desa Bloro sangat melimpah dengan adanya kebun-kebun kakao milik masyarakat setempat. Salah satu kebun kakao di Desa Bloro adalah milik Gondolfus Faustinus dengan luas 3,8 hektar. Di kebun inilah, Gondo merajut asa hidup melalui kakao.
Perjuangan Membudidayakan Kakao di Desa Bloro
Budidaya kakao perlu dilakukan dalam beberapa tahap seperti persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, hingga pasca panen. Tahapan tersebut perlu dilakukan dengan baik, terutama pada tahap pemeliharaan (pengendalian hama dan penyakit).
Melansir dari laman Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan menggunakan teknik khusus agar tidak terancam gagal panen. Ini karena hama dan penyakit sangat berpengaruh terhadap biji kakao. Apabila hama menyerang pohon kakao, maka kualitas buahnya akan tidak bagus, buahnya kecil-kecil.
Perjuangan budidaya kakao dilakukan oleh Petani Kakao Desa Bloro, Gondolfus Faustinus. Ia berjuang dan terus berinovasi agar kakao yang ditanam di kebunnya bisa menghasilkan buah dengan kualitas yang bagus. Gondo memulai perjuangannya menanam kakao pada tahun 2.000.
"Pada tahun 2.000 itu saya mulai menetap di sini sehingga saya berpikir apa yang saya harus berbuat sehingga saya memilih untuk menanam tanaman kakao tapi saya tidak punya ilmu tentang bagaimana membudidayakan kakao," terang Gondo melansir dari laman TribunFlores.com, (26/6/2025).
Gondo terus berinovasi dengan cara melakukan pembibitan generatif, belajar teknik bertani kakao di Sulawesi, mengembangkan pembibitan vegetatif, menerapkan P3S (pemangkasan, pemupukan, panen sering, dan sanitasi), melakukan pemupukan, menggunakan pestisida nabati, melakukan teknik agroforestri, hingga melakukan fermentasi biji kakao.
Dengan inovasi ini Gondo dapat menghasilkan kualitas kakao yang bagus. Ketekunan Gondo kakao menjadi inspirasi masyarakat lain untuk produktif melalui budidaya kakao.
"Masyarakat mulai sadar bahwa kakao ini menghasilkan uang sehingga mereka mulai rajin tanam kakao dari kebun ke kebun dengan pola tradisional. Dalam hal ini ada yang bergerak dalam kelompok dan ada yang sendiri seperti bapak Gondo," terang Kepala Desa Bloro, Daniel Desa, (30/6/2025).
Kakao Menjadi Komoditas Unggulan Perajut Asa Hidup Masyarakat Desa Bloro
Kakao di Desa Bloro menjadi komoditas unggulan untuk masyarakat. Kakao bisa diolah menjadi produk seperti kakao butter hingga cokelat.
Harga biji kakao pun telah mencapai Rp140.000 per kilogram pada tahun 2025 untuk biji kakao nonorganik. Sementara, biji kakao yang sudah tersertifikasi organik biasanya harganya meningkat sekitar 50 persen dari harga nonorganik.
Ini membuka peluang pendapatan yang menjanjikan untuk masyarakat Desa Bloro. Dari hal inilah, kakao memang menjadi komoditas perajut asa hidup masyarakat Desa Bloro dengan menghadirkan pendapatan yang menjanjikan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News