Di tengah hamparan hijau persawahan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, sebuah keajaiban alam tak biasa telah menyala tanpa henti selama berabad-abad. Itulah Api Abadi Mrapen!
Sebuah fenomena geologis langka dimana gas alam merembes ke permukaan dan terbakar secara alami, menciptakan nyala api yang tak pernah padam. Tak hanya daya tarik geologis, Mrapen juga menyatu dengan budaya setempat.
Jadi Daya Tarik Wisata
Api Abadi Mrapen terletak di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Lokasi ini berada sekitar 25 kilometer dari Kota Purwodadi, ibu kota kabupaten, dan dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum dalam waktu kurang lebih satu jam perjalanan.
Kawasan ini terbuka untuk umum dan telah dikelola sebagai objek wisata, meskipun tidak semasif destinasi populer lainnya. Pengunjung dapat dengan mudah menemukan kompleks Mrapen yang dilengkapi dengan area parkir dan fasilitas dasar. Suasana di sekitar Mrapen relatif tenang, dikelilingi oleh pepohonan dan kolam-kolam kecil tempat gelembung-gelembung gas muncul.
Bagaimana Api Abadi Mrapen Terbentuk?
Pembentukan Api Abadi Mrapen merupakan hasil dari proses geologis yang kompleks dan memakan waktu jutaan tahun. Menurut kajian dari Badan Geologi Kementerian ESDM, fenomena ini terkait dengan Formasi Kerek, suatu formasi batuan sedimen berumur Miosen yang kaya akan material organik.
Lapisan batuan serpih karbonan dalam formasi ini, ketika terkena tekanan dan panas bumi, mengalami proses pembatubaraan (coalification). Proses ini menghasilkan gas hidrokarbon, terutama metana (CH₄), yang kemudian bermigrasi melalui rekahan dan sesar (patahan) geologi.
Gas ini merembes ke permukaan melalui zona lemah pada kerak bumi. Ketika mencapai permukaan, gas metana yang memiliki sifat sangat mudah terbakar, bertemu dengan sumber penyulut, yang diduga berasal dari aktivitas vulkanik purba atau bahkan sambaran petir di masa lampau.
Sejak pertama kali tersulut, gas yang terus-menerus merembes ini menjaga nyala api tetap hidup. Yang menarik, nyala api di Mrapen dapat berfluktuasi intensitasnya, diduga karena variasi dalam debit rembesan gas yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tekanan bawah permukaan dan curah hujan.
Apakah berbahaya?
Secara ilmiah, rembesan gas metana yang mudah terbakar tentu membawa potensi bahaya, terutama jika konsentrasinya terkumpul di ruang tertutup. Namun, di Mrapen, karena gas langsung terbakar saat mencapai permukaan, risiko ledakan akibat akumulasi gas dapat diminimalisir.
Pengelolaan kawasan sebagai objek wisata yang terbuka juga membantu dalam menghindari konsentrasi gas di satu tempat. Meski demikian, kewaspadaan tetap diperlukan, dan pengunjung dilarang merokok atau membuat api di luar titik nyala yang sudah ditetapkan.
Fungsi terbesar Mrapen justru terletak pada dimensi sosio-kulturalnya. Api dari Mrapen telah ditetapkan sebagai "nyala suci" yang digunakan dalam berbagai acara penting nasional. Api Abadi Mrapen menjadi sumber obor untuk pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) sejak 1981, Asian Games 1962, dan bahkan upacara pembakaran obor Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA Games).
Dalam konteks budaya Jawa, api ini juga kerap digunakan dalam upacara-upacara keraton, seperti Grebeg dan upacara kerajaan lainnya, mengukuhkan posisinya sebagai simbol semangat yang tak pernah padam.
Fenomena Api Abadi di Indonesia
Api Abadi Mrapen bukanlah satu-satunya fenomena sejenis di Indonesia. Kekayaan geologi kepulauan Nusantara menghasilkan beberapa "api abadi" lainnya. Di Desa Larangan, Cirebon, Jawa Barat, terdapat fenomena serupa yang dikenal sebagai Api Abadi Cirebon.
Di Kecamatan Bongan, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, juga terdapat Api Abadi Bongan yang terbentuk akibat rembesan gas dari lapisan batubara di bawahnya. Bahkan, di kawasan gunung berapi seperti Kawah Ijen, kita dapat menemukan fenomena blue fire yang spektakuler, meski proses pembentukannya lebih terkait dengan aktivitas vulkanik aktif.
Namun, yang membedakan Mrapen adalah kombinasi unik antara kelangsungan nyala apinya yang stabil, aksesibilitasnya yang relatif mudah, dan yang terpenting, adalah integrasinya yang mendalam dengan sejarah dan budaya nasional. Statusnya sebagai "sumber api" untuk gelaran olahraga nasional telah mengangkatnya dari sekadar keajaiban geologi menjadi simbol pemersatu dan kebanggaan bangsa.
Warisan yang Harus Dijaga
Keberlanjutan nyala Mrapen bergantung pada pemahaman akan kelestarian lingkungan sekitarnya. Aktivitas manusia yang mengganggu kestabilan geologi lokal, seperti penambangan air tanah yang berlebihan, berpotensi mengganggu sistem rembesan gas ini.
Oleh karena itu, perlindungan dan pengelolaan yang berkelanjutan terhadap kawasan Mrapen mutlak diperlukan, bukan hanya untuk menjaga nyala apinya, tetapi juga untuk melestarikan warisan budaya yang telah menyala selama ratusan tahun bagi generasi mendatang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News