Danau Labuan Cermin di Kalimantan Timur bukan destinasi wisata biasa, melainkan sebuah “laboratorium alam” yang hidup, yang menyajikan fenomena langka.
Terletak di Desa Labuan Kelambu, Kecamatan Biduk-Biduk, Kabupaten Berau, danau dengan luas sekitar 5 hektar ini menawarkan perpaduan sempurna antara sains, mitologi, dan keindahan alam yang masih sangat terjaga.
Asin dan Tawar yang Tak Menyatu
Perjalanan menuju Danau Labuan Cermin merupakan petualangan tersendiri. Dari Kota Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau, perjalanan darat menempuh waktu sekitar enam hingga tujuh jam menuju Kecamatan Biduk-Biduk.
Medan yang berliku dan berbukit terbayar lunas dengan pemandangan hutan hijau yang masih asri. Setiba di Desa Labuan Kelambu, pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan menyusuri sungai kecil menggunakan perahu tradisional sebelum akhirnya tiba di danau yang jernih bak kaca ini.
Nama "Labuan Cermin" sendiri diambil dari kejernihan airnya yang mampu memantulkan bayangan dengan sempurna, seperti sebuah cermin raksasa. Keunikan utama danau ini terletak pada fenomena meromictic lake, di mana dua lapisan air dengan salinitas berbeda tidak bercampur secara sempurna.
Lapisan atas danau adalah air tawar yang berasal dari rembesan air hujan dan mata air daratan, sementara lapisan bawah merupakan air asin yang berasal dari intrusi air laut yang merembes melalui pori-pori batuan kapur di dasar danau.
Sebuah studi dalam Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi karena perbedaan massa jenis (density) yang signifikan antara air tawar dan air asin. Air asin memiliki massa jenis yang lebih berat, sehingga tetap stabil di dasar, sementara air tawar yang lebih ringan mengapung di permukaan.
Stratifikasi atau pelapisan ini begitu stabil, terutama ketika tidak ada gangguan arus yang kuat, sehingga kedua lapisan air tersebut tetap terpisah dan hanya bercampur di zona transisi yang sangat tipis, yang dikenal sebagai chemocline.
Menyelami biota Danau Labuan Cermin
Fenomena unik ini menciptakan dua dunia yang berbeda dalam satu tubuh danau, yang pada akhirnya mendukung keanekaragaman hayati yang khas. Ekosistem danau ini menjadi rumah bagi spesies air tawar dan air payau yang hidup berdampingan secara berlapis.
Di lapisan air tawar bagian atas, pengunjung dapat menemukan ikan-ikan air tawar khas Kalimantan seperti ikan Seluang (Rasbora spp.), yang berenang dalam kelompok besar. Sementara itu, pada lapisan air asin di bawah, kehidupan yang lebih khas lingkungan laut mulai muncul.
Penelitian yang diterbitkan dalam Biodiversitas Journal mencatat keberadaan biota seperti Ubur-ubur (Mastigias spp.) yang biasanya hanya ditemukan di perairan laut terbuka. Keberadaan ubur-ubur di danau ini merupakan bukti adaptasi yang menakjubkan.
Selain itu, terdapat juga ikan-ikan seperti ikan Belanak (Mugil spp.) yang mampu beradaptasi dengan fluktuasi salinitas. Kejernihan air memungkinkan pengunjung untuk menyaksikan langsung kehidupan di kedua lapisan ini, seolah-olah menyelami dua ekosistem sekaligus dalam satu kali pandang.
Mitos dan Legenda yang Menyelimuti
Di balik keunikan ilmiahnya, Danau Labuan Cermin juga diselubungi oleh mitos dan legenda yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang buaya besar penjaga danau.
Masyarakat percaya bahwa danau ini dihuni oleh penunggu atau entitas spiritual yang melindunginya. Mereka meyakini bahwa buaya yang kadang-kadang muncul di permukaan air adalah manifestasi dari penunggu tersebut.
Mitos ini memengaruhi perilaku masyarakat, di mana mereka enggan untuk melakukan tindakan yang dapat merusak atau menodai kesucian danau, seperti membuang sampah sembarangan atau berkata kotor di area sekitar.
Larangan untuk tidak mandi di danau pada malam hari juga sering dikaitkan dengan kepercayaan ini, yang konon dapat mengganggu penghuni gaib danau. Kepercayaan lokal ini, meskipun tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, telah berperan penting dalam melestarikan keaslian dan kebersihan Danau Labuan Cermin secara turun-temurun.
Danau Labuan Cermin adalah bukti nyata dari dinamika geologis dan hidrologis yang kompleks, sekaligus cerminan dari kearifan lokal yang berhasil menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian.
egenda yang menyatu dalam sebuah danau yang memantulkan lebih dari sekadar langit.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News