martti ahtisaari penerima nobel perdamaian yang berjasa damaikan aceh dan pemerintah ri - News | Good News From Indonesia 2025

Martti Ahtisaari, Penerima Nobel Perdamaian yang Berjasa Damaikan Aceh dan Pemerintah RI

Martti Ahtisaari, Penerima Nobel Perdamaian yang Berjasa Damaikan Aceh dan Pemerintah RI
images info

Martti Ahtisaari, Penerima Nobel Perdamaian yang Berjasa Damaikan Aceh dan Pemerintah RI


“Tanpa kesetaraan, kita tidak akan pernah bisa membebaskan dunia dari konflik.” – Martti Ahtisaari

Namanya jelas tak asing bagi siapa pun yang mengikuti kisah perdamaian Aceh dengan pemerintah Indonesia di masa lalu. Ialah Martti Ahtisaari, mantan Presiden Finlandia sekaligus penerima Nobel Perdamaian yang punya peran penting untuk mewujudkan perdamaian di dunia.

Sosok yang dikenal rendah hati itu adalah Presiden Republik Finlandia dari 1994 sampai 2000. Setelah meninggalkan jabatan tersebut, Ahtisaari mengambil berbagai tugas di bidang mediasi perdamaian dan resolusi konflik.

Profil Singkat Martti Ahtisaari

Ahtisaari memiliki karier yang panjang selama hidupnya. Setelah lulus dari Universitas Oulu tahun 1959, ia bekerja di Badan Pembangunan Internasional Swedia.

Kemudian, ia bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Finlandia pada 1965, yang juga menuntunnya dalam karier diplomatiknya. Ia pernah menjadi Duta Besar Finlandia untuk Tanzania, serta Utusan untuk Zambia, Somalia, dan Mozambik.

Lelaki kelahiran 23 Juni 1937 ini getol mendorong upaya perdamaian di seluruh belahan dunia selama lebih dari tiga dekade sepanjang hidupnya. Ahtisaari merupakan kontributor bagi Namibia yang sukses mencapai kemerdekaan di tahun 1989-1990.

Ia juga menjadi arbitrator di Kosovo pada tahun 1999 dan 2005-2007. Tak ketinggalan, dengan kepala dinginnya, Ahtisaari juga sukses membantu mengakhiri konflik berkepanjangan antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di tahun 2005.

Setelah pensiun dari jabatannya sebagai Presiden Finlandia, Sekretaris Jenderal PBB saat itu, Kofi Annan, pernah memintanya untuk menduduki jabatan strategis sebagai Sekretaris Jenderal Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi.

Namun, Ahtisaari merasa jika ia bisa memberi kontribusi yang lebih besar untuk mewujudkan perdamaian dengan menangani akar masalah konflik secara langsung. Demi memenuhi ambisi dan cita-cita mulianya itu, Ahtisaari mendirikan Crisis Management Initiative (CMI) di tahun 2000.

CMI—berubah menjadi CMI-Marrti Ahtisaari Peace Foundation pada 2021—bertujuan untuk membantu masyarakat internasional dalam diplomasi preventif dan pembangunan perdamaian. Salah satu pencapaian besar yang berhasil ditangani Ahtisaari bersama CMI adalah memfasilitasi proses perdamaian antara pemerintah Indonesia dengan GAM.

baca juga

Martti Ahtisaari dan Perdamaian di Aceh

Martti Ahtisaari saat mendamaikan pemerintah Indonesia dan Aceh | WikimediaCommons
info gambar

Martti Ahtisaari saat mendamaikan pemerintah Indonesia dan Aceh | WikimediaCommons-Dokumen Serambi Indonesia


Konflik antara pemerintah Indonesia dengan GAM terjadi selama puluhan tahun, terhitung sejak 4 Desember 1976 sampai 15 Agustus 2005.

Tulisan Hany Nurpratiwi di Jambura History and Culture Journal, buntut konflik tersebut disebabkan oleh banyak hal, salah satunya kekecewaan rakyat Aceh pada pemerintah pusat. Masyarakat merasa pemerintah menjadikan Aceh ‘sapi perah’, sehingga timbullah masalah kemiskinan yang parah.

Konflik ini mengulir begitu lama karena perbedaan pandangan dan kepentingan antara GAM dan pemerintah Indonesia. Bahkan, saking alotnya, penyelesaian konflik tersebut juga melibatkan negara lain.

Melihat masalah yang tak kunjung usai itu, Ahtisaari diminta untuk membantu menyelesaikan konflik. Melansir dari ANTARA, kesediaan Ahtisaari untuk menengahi konflik bermula saat Jusuf Kalla (JK) menghubunginya pada Desember 2004 via telepon.

Ahtisaari pun meminta adanya mandat tertulis yang menyatakan bahwa ia merupakan mediator perundingan Aceh. Saat itu, JK mengirimkan pesan tertulis terkait mandat tersebut.

JK menjanjikan bahwa mandat itu akan segera disampaikan. Namun, karena lupa, mandat resmi tertulis tidak diterima oleh Ahtisaari.

Meskipun demikian, bersama CMI, Ahtisaari memfasilitasi lima putaran perundingan antara pemerintah Indonesia dan GAM. Luar biasanya, hanya perlu waktu kurang lebih delapan bulan bagi Ahtisaari untuk membuat dua pihak menandatangani nota kesepahaman (MoU) Helsinki pada 15 Agustus 2005.

MoU tersebut menjadi penanda perdamaian antara GAM dan pemerintah Indonesia. Kesepakatan itu juga berisikan butir-butir penjanjian antara pemerintah pusat dan Aceh.

Ahtisaari dan CMI masih terus memantau perkembangan proses perdamaian ini hingga Juni 2012. Antara tahun 2010-2012, ada tindak lanjut lewat “Proyek Tindak Lanjut Proses Perdamaian Aceh” yang juga didukung oleh Uni Eropa.

Peraih Nobel Perdamaian

Berkat kontribusi luar biasanya, Ahtisaari diberikan Nobel Perdamaian di tahun 2008. Ia dianggap sangat berjasa dalam membantu perdamaian banyak negara selama hidupnya.

Upaya Ahtisaati dianggap penting untuk membantu mewujudkan perdamaian. Ia juga punya peran penting untuk penyelesaian damai atas konflik di Irak, Irlandia Utara, Asia Tengah, dan Tanduk Afrika.

“Hadiah Nobel Perdamaian 2008 diberikan pada Martti Ahtisaari atas upaya pentingnya di beberapa benua dan selama lebih dari tiga dekade untuk menyelesaikan konflik internasional,” tulis Nobel Prize.

Selain Nobel Perdamaian, ia juga pernah menerima sederet penghargaan prestisius. Puluhan lencana ia kantongi berkat kontribusi apiknya, termasuk penghargaan yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuknya, yakni Bintang Utama pada 18 Agustus 2006.

Ahtisaari wafat pada 16 Oktober 2023. Jasa-jasanya dalam mendamaikan berbagai pihak yang berkonflik akan terus dikenang sepanjang masa.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firda Aulia Rachmasari lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firda Aulia Rachmasari.

FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.