Nasi goreng adalah salah satu makanan khas Indonesia yang sudah mendunia. Hidangan ini dibuat dengan cara menumis nasi bersama bumbu seperti bawang putih, bawang merah, cabai, kecap, dan berbagai tambahan lain seperti telur, ayam, atau udang.
Nasi goreng sering disebut comfort food karena gampang dibuat, fleksibel dengan berbagai topping, dan punya rasa gurih yang khas.
Namun pernahkah Kawan GNFI heran, kenapa banyak orang bilang nasi kemarin lebih enak buat nasi goreng? Ternyata ada penjelasan ilmiahnya, loh.
Kenapa Nasi Kemarin Lebih Cocok untuk Nasi Goreng
Perbedaan utama nasi baru matang dan nasi kemarin ada di teksturnya. Nasi baru biasanya masih tinggi kadar air, lengket, dan mudah hancur kalau diaduk. Seperti yang pernah diungkapkan Chef Arnold lewat akun pribadinya di X, “Kalo nasi panas dan benyek nggak akan menyerap bumbu, jadinya malah hancur benyek nanti.”
Sebaliknya, nasi kemarin lebih kering dan butirannya terpisah, jadi tetap kokoh saat ditumis. Kok bisa ya? Nah, rahasianya ternyata ada di dalam butiran pati yang menyusun beras itu sendiri.
Pati, Amilosa, dan Amilopektin
Pati adalah karbohidrat utama pada beras yang terdiri dari dua komponen, yaitu amilosa dan amilopektin. Keduanya punya peran penting dalam menentukan tekstur nasi. Amilopektin jumlahnya lebih banyak dan membuat nasi terasa pulen, lembut, dan agak lengket. Sedangkan amilosa yang bentuknya lebih sederhana membuat tekstur nasi lebih padat dan tidak terlalu lengket.
Nah, perbandingan amilosa dan amilopektin inilah yang menjelaskan kenapa beras pera dan beras pulen punya karakter berbeda. Tapi tidak berhenti di situ. Cara kita memasak dan menyimpan nasi juga bisa mengubah struktur pati di dalamnya.
Gelatinisasi Adalah
Saat beras dimasak dengan air panas, butiran pati menyerap air dan mengembang. Proses ini disebut gelatinisasi pati. Pada tahap ini, amilopektin memberi tekstur lembut dan sedikit lengket pada nasi, sementara sebagian amilosa larut ke air, membantu membuat nasi terasa empuk dan pulen.
Akibatnya, nasi yang baru matang terasa hangat, lembut, dan nikmat untuk dimakan langsung. Namun, karena kadar airnya masih tinggi dan struktur patinya belum stabil, nasi jenis ini akan mudah hancur kalau ditumis. Itulah kenapa nasi baru matang kurang cocok dijadikan nasi goreng.
Retrogradasi Adalah
Begitu nasi dibiarkan dingin atau disimpan di kulkas, terjadi proses yang disebut retrogradasi pati. Molekul amilosa yang tadinya larut akan saling berikatan kembali, membentuk struktur yang lebih rapat dan keras. Amilosa lebih cepat membentuk ikatan ini dibandingkan amilopektin, sehingga nasi jadi lebih kering dan padat.
Struktur dalam butiran nasi pun menjadi lebih stabil. Inilah yang membuat nasi kemarin terasa lebih kokoh dan tidak lengket. Saat ditumis, butiran nasinya tetap terpisah, mudah menyerap bumbu, dan tidak berubah jadi lembek. Karena itu, nasi kemarin justru jadi bahan terbaik untuk membuat nasi goreng.
Ada Sains di Balik Kelezatan Nasi Goreng
Jadi Kawan GNFI, kelezatan nasi goreng bukan cuma soal banyaknya bawang putih, kecap, atau topping yang digunakan. Ada sains yang bekerja di balik butiran nasi itu. Proses gelatinisasi dan retrogradasi membuat perubahan nyata pada struktur pati, yang akhirnya memengaruhi rasa dan tekstur nasi goreng yang kita nikmati.
Jadi, kalau Kawan GNFI punya nasi sisa, jangan buru-buru dibuang. Simpan saja di kulkas semalam, lalu jadikan bahan utama untuk nasi goreng keesokan harinya. Dengan sedikit minyak, kecap manis, dan sentuhan bumbu, nasi kemarin bisa berubah jadi nasi goreng lezat ala restoran.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News