bukan hanya panen strategi agroindustri mengamankan stok pangan dari bencana iklim - News | Good News From Indonesia 2025

Bukan Hanya Panen, Strategi Agroindustri Amankan Stok Pangan dari Bencana Iklim

Bukan Hanya Panen, Strategi Agroindustri Amankan Stok Pangan dari Bencana Iklim
images info

Bukan Hanya Panen, Strategi Agroindustri Amankan Stok Pangan dari Bencana Iklim


Pada zaman sekarang perubahan iklim telah menjadi suatu ancaman nyata. Hal ini dikarenakan aktivitas manusia, terutama peningkatan emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil menyebabkan kenaikan suhu rata-rata global atau biasa disebut dengan pemanasan global. Perubahan iklim juga menjadi utama ancaman utama bagi stabilitas dan kedaulatan pangan nasional.

Nah, Kawan GNFI, mengapa hal ini menjadi ancaman stabilitas dan kedaulatan pangan nasional? Karena sektor pertanian di zaman sekarang sangat sensitif terutama terhadap perubahan cuaca yang dipicu oleh peningkatan suhu global dan ketidakpastian iklim.

Menurut Fadilla dan Pamungkas (2024), ancaman dari perubahan iklim ini dapat dilihat dari penurunan produktivitas dan gagal panen. Contoh lain yang paling banyak ditemukan adalah gangguan pada musim tanam padi.

Petani kini sudah kesulitan untuk memprediksikan awal dan akhir musim hujan akibat ketidakpastian iklim dan pergeseran pola curah hujan. Hal ini menyebabkan petani harus menunda tanam.

baca juga

Jika tetap dipaksakan tanam, mereka akan berisiko mengalami puso atau gagal panen total. Adapun banyak faktor lainnya, seperti fenomena ekstrem El Niño yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan dan La Niña yang memicu banjir lalu membuat lahan terendam dan rusak.

Oleh karena itu, kondisi tersebut harus segera diselesaikan dengan menyusun strategi yang baik agar stok pangan aman dari bencana iklim. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan berfokus bukan hanya semata-mata peningkatan produksi di lahan. Namun, juga menggeser fase selanjutnya, yaitu fase pasca panen sebagai benteng pertahanan terakhir.

Di sini kita akan membahas bagaimana cara implementasi teknologi agroindustri pasca panen yang dapat berfungsi sebagai strategi mitigasi dan adaptasi terhadap iklim untuk menjamin ketersediaan pangan nasional.

Nah Kawan, GNFI, kita harus ingat bahwa isu ketahanan pangan di Indonesia ini sudah dihadapkan pada ancaman ganda yang paling buruk. Selain adanya risiko gagal panen di lahan akibat cuaca ekstrem, sektor pertanian juga terancam oleh tingginya susut hasil.

Susut hasil adalah hilangnya kuantitas dan kualitas hasil pertanian yang terjadi sejak tahap panen hingga produk tersebut siap untuk dikonsumsi ataupun dijual.

Menurut Arif Satria (2024), susut hasil berada di peringkat 2 di dunia dengan kerugian yang terjadi di sektor pertanian diperkirakan mencapai 10%. Kerugian ini disebabkan oleh proses teknik pasca-panen yang masih menggunakan cara tradisional.

Faktor lainnya adalah adanya hujan mendadak saat panen raya. Kondisi tersebut menyebabkan kesulitan untuk melakukan pengeringan tradisional sehingga meningkatkan kelembaban hasil panen dan memicu terjadinya serangan jamur yang menurunkan kualitas dari hasil pertanian tersebut.

Namun, jika cuaca terlalu panas juga akan menyebabkan percepatan pembusukan pada komoditas seperti hortikultura dan mempersingkat waktu simpan alaminya.

Dari masalah-masalah tersebut, peran agroindustri di zaman sekarang bukan hanya sekedar pengolahan, tetapi juga menjadi penstabil stok pangan. Langkah pertama yang dapat diambil untuk masalah ini adalah dengan adaptasi cepat dengan teknologi pengeringan dan pengolahan awal.

Penggunaan teknologi pasca-panen adalah salah satu cara untuk menekan kehilangan hasil panen (Abbas dan Suhaeti, 2016).

baca juga

Seperti saat cuaca tidak menentu, petani dapat menggunakan pengering mekanis untuk menurunkan kadar air gabah atau biji-bijian secara cepat, sehingga menyelamatkan hasil panen dari proses pembusukan.

Kedua petani harus menyiapkan cadangan jangka panjang melalui penyimpanan modern. Penyimpanan modern dapat berupa seperti gudang pendingin untuk komoditas hortikultura. Strategi terakhir adalah diversifikasi produk dan pemanfaatan limbah.

Agroindustri dapat mendorong pengolahan produk yang rentan menjadi olahan yang lebih tahan lama (contoh: ubi yang diubah menjadi tepung). Dengan begitu, umur penyimpanannya lebih panjang dan menjadi sumber daya yang bernilai.

Namun, meskipun strategi ini dapat diimplementasikan, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Tingginya biaya modal untuk peralatan modern (misalnya gudang pendingin dan alat pengering kadar air) dan kurangnya infrastruktur pendukung, seperti akses listrik yang belum stabil di wilayah pedesaan, membuat teknologi sulit dijangkau oleh petani skala kecil.

Untuk itu, diperlukan intervensi kebijakan yang tegas. Contohnya, pemerintah harus memberikan subsidi atau pinjaman lunak untuk pembelian peralatan penyimpanan berbasis komunitas. Juga berinvestasi pada pembangunan infrastruktur lainnya yang dapat mendukung petani di wilayah pedesaan.

Secara keseluruhan, paradigma ketahanan pangan di Indonesia berubah; kini, pangan tidak hanya harus dipanen, tetapi juga harus diselamatkan dan distabilkan.

Agroindustri dapat menjadi peran penting sebagai lokomotif adaptasi iklim atau kekuatan pendorong utama dalam menghadapi iklim yang terjadi sekarang.

Dengan mengatasi hambatan melalui dukungan infrastruktur dan kebijakan yang lebih pro-petani, maka Indonesia dapat menjadikan agroindustri pasca-panen sebagai benteng pertahanan untuk menjaga kedaulatan pangan nasional di tengah ketidakpastian global saat ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.