Fenomena Joget Sadbor di Desa Bojongkembar, Kabupaten Sukabumi, kini tidak lagi sekadar hiburan semata. Di balik fenomena masyarakat ini, tersimpan makna sosial yang lebih dalam tentang kebersamaan, kreativitas, dan kemandirian ekonomi warga desa.
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Sosial Humaniora berusaha menangkap makna tersebut dalam sebuah penelitian lapangan. Mereka tergabung dalam tim Jogetbor, yang terdiri dari Muhammad Daffa Haikal Zamry, Faidzul Anwar Zumar Widodo, Nasywa Lira Ramasari, Muhamad Fauzan Akbar Maryadi, serta Cameliya Ulya Hidayah. Tim ini dibimbing oleh Ir. Nindyantoro, M.S.P., dosen IPB yang dikenal sebagai ahli di bidang sosial ekonomi pertanian.
Dalam risetnya, tim Jogetbor melakukan wawancara dengan Bapak Masykur Alawi, S.Kep., MKM., selaku Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi. Melalui wawancara tersebut, mereka mencoba melihat bagaimana pemerintah daerah memandang fenomena Joget Sadbor yang belakangan ramai diperbincangkan di media sosial.
Menurut Bapak Masykur, Joget Sadbor merupakan contoh nyata bagaimana kreativitas masyarakat desa dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan sosial. Ia menilai, kegiatan tersebut mampu meningkatkan pendapatan masyarakat serta memperkuat ikatan sosial di antara warga.
“Kalau kita lihat, warga Bojongkembar berhasil menciptakan kegiatan yang bukan hanya menghibur, tapi juga membawa dampak ekonomi. Banyak yang pendapatannya meningkat setelah ikut kegiatan ini,”ujarnya.
Selain peningkatan ekonomi, Dinas Sosial juga melihat bahwa kegiatan ini memperkuat solidaritas warga. Masyarakat menjadi lebih kompak, saling mendukung, dan memiliki ruang untuk berekspresi tanpa meninggalkan akar budaya lokal. “Dari sisi sosial, ini positif. Mereka punya wadah baru untuk menyalurkan energi dan kebersamaan,” tambahnya.
Namun, Bapak Masykur juga mengingatkan bahwa kegiatan semacam ini tetap perlu diatur agar sejalan dengan nilai-nilai sosial dan religius masyarakat Sukabumi. Sebagai daerah yang menjunjung tinggi visi “Religius”, waktu dan cara pelaksanaan Joget Sadbor perlu memperhatikan norma yang berlaku. “Kami tetap mengingatkan agar kegiatan seperti ini tetap memperhatikan norma dan waktu yang tepat. Jangan sampai hiburan justru menimbulkan keresahan,” jelasnya.
Pemerintah daerah, melalui Dinas Sosial, juga menyampaikan dukungannya terhadap kreativitas warga. Menurut Bapak Masykur, dinas siap memberikan pendampingan sosial dan pelatihan pemberdayaan agar kegiatan semacam ini dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberi manfaat lebih luas bagi masyarakat. “Kita bisa bantu lewat pelatihan atau pembinaan supaya kegiatan masyarakat seperti ini bisa berkembang, bahkan mungkin dikembangkan jadi potensi wisata atau ekonomi kreatif,” katanya.
Ia juga menekankan bahwa pemberdayaan masyarakat menjadi fokus utama Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi. Dengan mendukung inisiatif seperti Joget Sadbor, pemerintah berharap masyarakat bisa lebih mandiri dan kreatif dalam meningkatkan taraf hidup tanpa bergantung pada bantuan sosial semata.
Fenomena Joget Sadbor menjadi bukti bahwa perubahan sosial tidak selalu berawal dari kebijakan besar atau proyek pemerintah. Terkadang, perubahan itu tumbuh dari inisiatif warga sendiri yang berubah menjadi panggung kebersamaan dan harapan baru.
Melalui riset ini, tim Jogetbor dari IPB berharap masyarakat dapat melihat Joget Sadbor bukan hanya sebagai hiburan viral, tetapi juga sebagai bentuk inovasi sosial yang memperkuat ekonomi dan solidaritas warga. Mereka juga berharap temuan ini bisa menjadi bahan refleksi bagi pemerintah dan akademisi untuk terus mendukung gerakan-gerakan lokal yang tumbuh dari masyarakat.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kreativitas warga desa juga bisa menjadi bentuk pembangunan sosial,”ujar salah satu anggota tim Jogetbor.
Fenomena seperti Joget Sadbor menunjukkan bahwa kesejahteraan sosial tidak selalu datang dari bantuan, melainkan bisa tumbuh dari kebersamaan, kreativitas, dan rasa syukur masyarakat itu sendiri. Di Bojongkembar, Sukabumi, fenomena ini bukan sekadar hiburan tetapi sebuah simbol perubahan yang lahir dari hati warga desa untuk kehidupan yang lebih baik.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News