dari maresek hingga baralek rangkaian adat pernikahan minangkabau yang menjaga nilai leluhur - News | Good News From Indonesia 2025

Dari Maresek hingga Baralek: Rangkaian Adat Pernikahan Minangkabau yang Menjaga Nilai Leluhur

Dari Maresek hingga Baralek: Rangkaian Adat Pernikahan Minangkabau yang Menjaga Nilai Leluhur
images info

Dari Maresek hingga Baralek: Rangkaian Adat Pernikahan Minangkabau yang Menjaga Nilai Leluhur


Di tanah Minangkabau, adat bukan sekadar warisan, tapi napas kehidupan. Ia menjadi penanda asal-usul, jati diri, dan kebanggaan. Selama anak Minang masih memegang adatnya, di mana pun mereka tinggal, mereka takkan kehilangan akar. Saat ditanya “orang mana?”, mereka bisa menjawab dengan mantap, “orang Minang.”

Salah satu warisan yang paling kuat terasa hingga kini adalah adat pernikahan Minangkabau. Bukan hanya penyatuan dua insan, melainkan juga penyatuan dua keluarga, bahkan dua kaum. Pernikahan adat Minangkabau adalah cermin dari nilai gotong royong dan keharmonisan sosial. Saat satu keluarga menggelar pesta, masyarakat sekitar akan membantu secara bergilir melalui sistem julo-julo, semacam arisan gotong royong yang menjadi wujud nyata solidaritas.

Rangkaian pernikahan adat ini panjang dan penuh makna, dimulai jauh sebelum akad hingga puncak perayaan yang disebut baralek. Tiap tahapnya punya filosofi yang memperlihatkan betapa dalamnya cara orang Minang memandang cinta, keluarga, dan tanggung jawab sosial.

1. Maresek

Tahapan awal pernikahan adat Minangkabau dimulai dari maresek—pertemuan awal antara keluarga perempuan dan keluarga laki-laki. Dalam pertemuan ini, pihak keluarga perempuan datang untuk memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan niat agar kedua pihak dapat dipersatukan dalam pernikahan. Biasanya mereka membawa buah tangan berupa kue-kue atau buah-buahan. Prosesi ini juga dikenal dengan istilah manapiak bandua.

Tradisi maresek menggambarkan sistem matrilineal Minangkabau, di mana pihak perempuan memiliki peran aktif dalam proses perjodohan

2. Manimang dan Batimbang Tando

Setelah pertemuan awal, dilanjutkan dengan maminang, yaitu prosesi meminang yang dilakukan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki. Prosesi ini menjadi simbol bahwa perempuan Minang bukan pihak pasif, melainkan pemilik kehormatan yang menawarkan kekerabatan baru kepada keluarga calon mempelai pria.

Kemudian dilakukan batimbang tando atau batuka tando—pertukaran tanda atau simbol kesepakatan antara dua keluarga. Biasanya berupa cincin atau benda lain yang memiliki makna janji untuk melangsungkan pernikahan. Di tahap ini, tanggal pernikahan bisa ditentukan langsung atau menunggu hasil musyawarah keluarga besar.

3. Memintak Izin dan Mahanta Sirih

Menjelang hari pernikahan, calon mempelai pria akan melakukan mamintak izin kepada para mamak, saudara ayah, dan kerabat yang dihormati. Ia datang membawa selapah berisi daun nipah dan tembakau (sekarang sering diganti rokok). Sedangkan pihak calon mempelai wanita membawa sirih lengkap dan menyampaikan hal serupa kepada keluarga besarnya.

Tradisi ini bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk penghormatan terhadap keluarga dan leluhur, serta ungkapan bahwa pernikahan bukan keputusan individu, melainkan keputusan kaum.

4. Malam Bainai

Malam bainai merupakan salah satu prosesi paling terkenal dalam pernikahan adat Minangkabau. Pada malam ini, kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai (pacar merah) sebagai simbol kasih sayang dan doa restu dari keluarga.

Sebelum malam bainai, beberapa daerah juga mengadakan prosesi mandi-mandi—simbol penyucian diri calon pengantin perempuan. Kini, prosesi ini sering dilakukan secara simbolik, di mana orang tua atau sesepuh keluarga memercikkan air bunga tujuh rupa ke tubuh calon pengantin sebelum prosesi bainai dimulai.

5. Akad Nikah dan Penyambutan Marapulai

Akad nikah biasanya dilakukan di masjid. Namun jika dilakukan di rumah pihak perempuan (anak daro), maka prosesi penyambutan marapulai (pengantin pria) akan digelar dengan meriah. Jalan menuju rumah akan dihiasi marawa-marawa (bendera adat), diiringi tabuhan talempong dan gandang tabuik.

Calon pengantin pria dipayungi dengan payung kebesaran, sementara para gadis berpakaian adat menyuguhkan sirih kepada para ninik mamak dari kedua pihak. Suasana ini menggambarkan kegembiraan dan kehormatan keluarga dalam menyambut anggota baru.

6. Baralek

Tahapan puncak pernikahan adat Minangkabau adalah baralek, yaitu pesta pernikahan besar yang dihadiri keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar. Baralek bukan hanya ajang perayaan, tetapi juga wujud gotong royong masyarakat.

Setiap keluarga akan ikut membantu: dari memasak, menyiapkan tempat, hingga menyambut tamu. Dalam tradisi Minang, pernikahan bukan hanya urusan dua keluarga, tetapi tanggung jawab sosial bersama. Inilah bentuk nyata nilai “duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang” ketika bersama, semua menjadi ringan.

Menjaga Nilai Leluhur Di Tengan Zaman

Pernikahan adat Minangkabau adalah cermin nilai luhur masyarakatnya: kebersamaan, penghormatan terhadap keluarga, dan keseimbangan antara adat dan agama. Di tengah perubahan zaman, prosesi ini terus bertahan, menyesuaikan bentuk tanpa kehilangan makna.

Selama anak-anak Minang masih menjunjung adatnya, identitas itu tidak akan pudar. Seperti pepatah lama, adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah adat berlandaskan syariat, dan syariat berlandaskan Kitabullah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.