ai untuk disabilitas - News | Good News From Indonesia 2025

AI untuk Disabilitas: Teknologi yang Membuka Jalan Inklusif

AI untuk Disabilitas: Teknologi yang Membuka Jalan Inklusif
images info

AI untuk Disabilitas: Teknologi yang Membuka Jalan Inklusif


Ketika mendengar kata Artificial Intelligence (AI), banyak orang langsung membayangkan chatbot, filter Instagram, atau rekomendasi film di Netflix.

Padahal, AI memiliki potensi jauh lebih besar daripada sekadar hiburan. Salah satu bidang yang mulai terasa dampaknya adalah aksesibilitas untuk penyandang disabilitas.

Di Indonesia, jumlah penyandang disabilitas cukup besar. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 mencatat ada lebih dari 22 juta orang dengan berbagai ragam disabilitas.

Pertanyaannya, apakah AI benar-benar bisa membantu mereka? Jawabannya: iya, bisa sekali.

Bisakah AI Membantu Penyandang Disabilitas?

Jawaban singkatnya: ya, AI bisa menjadi game-changer. AI dirancang untuk mengenali pola, memproses data, dan memberikan solusi otomatis. Kemampuan ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan yang dialami penyandang disabilitas.

Contoh nyata sudah ada di sekitar kita. Untuk tunanetra, terdapat aplikasi berbasis AI yang dapat membaca teks dari kamera ponsel lalu mengubahnya menjadi suara. Dengan begitu, tunanetra bisa “mendengar” isi dokumen, papan petunjuk, atau label makanan.

Untuk tunarungu, teknologi speech-to-text mampu mengubah percakapan langsung menjadi teks di layar sehingga komunikasi sehari-hari menjadi lebih mudah.

Untuk penyandang disabilitas fisik, kursi roda pintar berbasis AI dapat dikendalikan melalui suara atau bahkan gerakan mata.

Semua ini menunjukkan bahwa AI bukan hanya membantu, tetapi juga dapat menjadi alat pemberdayaan yang membuat penyandang disabilitas lebih percaya diri dan mandiri.

Di luar negeri, Microsoft memiliki aplikasi Seeing AI yang dapat mendeskripsikan lingkungan sekitar untuk tunanetra.

Google juga mengembangkan Live Transcribe untuk tunarungu agar dapat mengikuti percakapan secara real-time.

Di Indonesia, inovasi serupa mulai bermunculan. Mahasiswa Telkom University pernah mengembangkan aplikasi Katakan AI yang mampu mengubah bahasa isyarat menjadi teks dan suara.

Ada juga dosen MNC University yang menciptakan sistem AI untuk meningkatkan aksesibilitas tunanetra hingga 40 persen.

Inovasi-inovasi ini membuktikan bahwa anak bangsa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Bagaimana Teknologi Dapat Membantu Penyandang Disabilitas?

Teknologi, khususnya AI, membantu dengan cara menciptakan aksesibilitas baru. Jika dulu penyandang disabilitas harus bergantung penuh pada orang lain, kini mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk melakukan banyak hal secara mandiri.

Pertama, komunikasi menjadi lebih mudah. AI dapat berfungsi sebagai penerjemah instan, misalnya aplikasi yang mengubah bahasa isyarat menjadi teks atau suara.

Hal ini membuat interaksi antara tunarungu dan orang awam menjadi lebih lancar. Bahkan, ada eksperimen AI yang mampu membaca ekspresi wajah lalu mengubahnya menjadi suara sintetis untuk orang dengan keterbatasan bicara.

Kedua, pendidikan lebih inklusif. Buku pelajaran dapat diubah menjadi audio book otomatis, dan AI mampu menyesuaikan materi belajar sesuai kebutuhan siswa dengan disabilitas.

Bayangkan seorang siswa tunanetra dapat mengakses buku pelajaran yang sama dengan teman-temannya melalui aplikasi pembaca layar berbasis AI.

Sementara itu, siswa tunarungu bisa mengikuti kelas daring dengan bantuan auto-caption yang dihasilkan AI secara real-time.

Ketiga, pekerjaan lebih aksesibel. AI dapat membantu mengetik melalui perintah suara, dan ada perangkat lunak yang membantu pekerja tunanetra membaca email atau dokumen kerja.

Beberapa perusahaan global bahkan sudah mulai menggunakan AI untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif, misalnya dengan menyediakan asisten digital yang dapat menyesuaikan kebutuhan karyawan difabel.

Keempat, mobilitas lebih mandiri. Robotika dan AI dapat digunakan untuk membuat alat bantu jalan pintar, sementara navigasi berbasis AI di ponsel pintar dapat memberikan arahan suara untuk tunanetra saat berjalan di jalan raya.

Di Jepang, sudah ada prototipe kacamata pintar yang mampu mendeskripsikan jalanan untuk tunanetra. Jika teknologi ini masuk ke Indonesia, tentu akan sangat membantu mobilitas sehari-hari.

Kelima, kesehatan lebih terpantau. AI dapat membantu dokter mendiagnosis lebih cepat, dan aplikasi kesehatan berbasis AI bisa memantau kondisi pasien disabilitas secara real-time.

Misalnya, AI dapat mendeteksi tanda-tanda awal kelelahan pada pasien dengan disabilitas fisik, lalu memberikan peringatan agar segera beristirahat.

Aksesibilitas Disabilitas: Apa Saja yang Bisa Dibantu AI?

Jika berbicara soal aksesibilitas, ada banyak aspek yang bisa disentuh AI. Dari sisi fisik, ada kursi roda pintar, prostetik berbasis AI, hingga lift dengan sensor suara.

Dari sisi digital, ada situs web ramah disabilitas, auto-caption di video, dan pembaca layar otomatis. Dari sisi pendidikan, materi belajar dapat diubah ke format audio, teks besar, atau bahasa isyarat digital.

Dari sisi sosial, ada aplikasi penerjemah bahasa isyarat dan chatbot ramah disabilitas. Dari sisi kesehatan, AI dapat digunakan untuk deteksi dini penyakit, pemantauan pasien, hingga terapi berbasis virtual.

Di Indonesia, aksesibilitas digital mulai menjadi perhatian. Beberapa perusahaan rintisan di bidang pendidikan sudah menambahkan fitur text-to-speech untuk siswa tunanetra. Ada juga komunitas yang mengembangkan aplikasi sederhana untuk membantu tunarungu memahami percakapan sehari-hari. Walaupun masih tahap awal, langkah-langkah ini menunjukkan arah yang positif. Semoga bermanfaat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.