Masalah minyak jelantah sering kali luput dari perhatian. Di dapur rumah tangga, minyak goreng bekas kerap digunakan berulang kali dan sisanya dibuang sembarangan. Kebiasaan ini menimbulkan dua masalah sekaligus: risiko kesehatan dan pencemaran lingkungan.
Di Palembang, Sumatera Selatan, seorang akademisi muda bernama Bijak Riyandi Ahadito melihat peluang di balik limbah tersebut. Ia menciptakan SAMANTHA, akronim dari sabun minyak jelantah, produk ramah lingkungan yang meraih penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards 2024 kategori lingkungan.
Bijak Riyandi Ahadito adalah doktor kimia lulusan Osaka University Jepang. Setelah menyelesaikan studi, ia pulang ke Indonesia dan bergabung sebagai dosen di Universitas Sriwijaya. Namun ia tidak hanya ingin mengajar teori.
Bijak bersama istrinya tergerak untuk mengatasi masalah sampah di kota tempat tinggalnya. Pada 2020, ketika masih berada di Jepang, istrinya mendirikan komunitas Zero Waste Palembang, sebuah gerakan edukasi daring yang mengajak warga Sumatera Selatan untuk mengurangi sampah.
Sepulang ke Palembang, Bijak bersama komunitasnya memperluas kegiatan dengan menyelenggarakan workshop pembuatan sabun dari minyak jelantah. Kegiatan pengabdian ini menarik banyak perhatian dan sering diundang oleh Universitas Sriwijaya serta Politeknik Negeri Sriwijaya.
Dua tahun kemudian, pada 2022, Zero Waste Palembang berganti nama menjadi Nirsampah. Rebranding ini memperkuat identitas gerakan, sekaligus meluncurkan program unggulan yang diberi nama SAMANTHA.
Proses Pembuatan SAMANTHA
Samar memang terdengar asing, tetapi dari sisi kimia pembuatan sabun dan minyak jelantah memiliki hubungan erat. Minyak adalah trigliserida yang bila bereaksi dengan basa kuat akan berubah menjadi sabun. Bijak memanfaatkan prinsip sederhana ini. Proses pembuatan SAMANTA dimulai dengan mengumpulkan minyak goreng bekas dari masyarakat.
Minyak yang sudah tidak layak konsumsi dicampur dengan kalium hidroksida (KOH), aquades, dan air rebusan serai. Campuran tersebut diaduk hingga konsisten, lalu didiamkan sampai proses saponifikasi selesai. Hasilnya adalah sabun cair serbaguna yang aman digunakan untuk mencuci piring, mencuci tangan, bahkan mandi.
Untuk menjaga kualitas, minyak jelantah yang diterima harus bersih dari kotoran dan tidak tercampur dengan air. Setiap batch produksi diuji secara sederhana untuk memastikan pH sabun berada dalam kisaran aman. Proses ini dilakukan dengan peralatan rumah tangga, sehingga masyarakat bisa mempelajari dan mempraktikannya sendiri. Bijak menambahkan air rebusan serai agar sabun memiliki aroma segar serta memberi nilai tambah alami.
Inovasi SAMANTHA memberikan manfaat ganda. Dari sisi lingkungan, program ini membantu mengurangi pembuangan minyak jelantah ke selokan dan sungai. Minyak yang dibuang sembarangan bisa menyumbat saluran air dan mencemari badan air.
Penggunaan minyak bekas berulang kali juga menimbulkan radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan. Dengan mengubah minyak jelantah menjadi sabun, risiko ini berkurang. Selain itu, proses saponifikasi menghasilkan gliserin, komponen yang baik untuk kelembapan kulit.
Gerakan Nirsampah memberikan alternatif pengelolaan limbah bagi warga Palembang. Masyarakat tidak lagi bingung hendak membuang minyak sisa, mereka dapat menyetorkannya ke komunitas untuk diolah. Sebagai imbalannya, warga bisa memperoleh sabun cair yang bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari. Biaya rumah tangga pun berkurang karena tidak perlu membeli sabun komersial.
Dari perspektif ekonomi sirkular, program SAMANTHA menunjukkan bagaimana limbah bernilai rendah bisa ditingkatkan menjadi produk dengan nilai jual. Bijak berharap ke depannya sabun ini bisa diproduksi secara massal dan menjadi alternatif produk rumah tangga yang lebih ramah lingkungan.
Pengakuan dan Apresiasi
Konsistensi Bijak dalam mengedukasi masyarakat dan mengembangkan produk berkelanjutan mendapat pengakuan nasional. Pada 2024, program SAMANTHA ditetapkan sebagai salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra untuk kategori lingkungan.
Penghargaan ini diberikan kepada pemuda yang menghasilkan karya nyata bagi masyarakat. Dengan penghargaan tersebut, Bijak semakin bersemangat memperluas jangkauan program dan merintis usaha skala kecil yang memproduksi sabun dari minyak jelantah.
Kisah Bijak Riyandi Ahadito menunjukkan bahwa solusi lingkungan dapat lahir dari ide sederhana yang dipraktikkan dengan tekun. Melalui SAMANTHA, ia mengubah limbah yang dianggap tidak berguna menjadi produk bermanfaat. Gerakan ini melibatkan masyarakat, memperbaiki lingkungan, dan menumbuhkan perekonomian lokal.
Penghargaan nasional yang diterimanya menjadi bukti bahwa upaya kecil namun konsisten dapat memberi dampak besar. Semangat ini diharapkan menular ke kota-kota lain di Indonesia. Dengan kesadaran kolektif, minyak jelantah bukan lagi persoalan, melainkan bahan baku inovasi yang menyejahterakan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News