Jika cinta pun punya aroma, maka aromanya mirip dengan biji kopi yang tumbuh subur di Desa Rancasalak. Tapi, ini bukan hanya tentang rasa, tapi juga tentang harapan baru yang mulai tumbuh, membawa potensi kesejahteraan yang sejati untuk para petani yang menanamnya.
Desa Rancasalak adalah tempat di mana sekelompok petani lokal bermimpi dan akhirnya berhasil mengubah nasib mereka melalui komoditas kopi. Produk lokal yang dihasilkan dari kopi Rancasalak ini menjadi jalan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.
Dulu, kopi Rancasalak hanyalah komoditas biasa, dan tidak sebanding dengan usaha yang diperlukan, tapi kini segalanya berubah.
Jadi, ini adalah cerita Desa Rancasalak dengan kopi terbaik yang menjadi penggerak kesejahteraan adil bagi setiap petani di sana. Ingin tahu cerita selanjutnya? Simak selengkapnya, ya, Kawan GNFI!
Kopi Jadi Komoditas Andalan Hingga Angkat Kesejahteraan Petani
Awalnya, banyak petani di Desa Rancasalak, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menanam tembakau dan sayuran untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Namun, karena adanya pengembangan lahan perkebunan khusus untuk sayuran dan tembakau, hutan mulai terus berkurang tanpa ada upaya penanaman kembali.
Hal ini menjadi masalah di wilayah Kadungora dan menarik perhatian aktivis lingkungan untuk menyadarkan para petani tentang pentingnya hutan.
“Menanam tembakau dan sayuran itu tidak ada pohon naungannya, yang ada adalah pohon di hutan yang di tebang-tebangin. Fungsi hutan menjadi rusak,” kata Soni dalam Bangkapos.com (21/10/2023).
Situasi ini membuat para aktivis lingkungan Sunda Hejo tergerak untuk melakukan tindakan positif dengan memberikan bantuan bibit pohon agar ditanam kembali menjadi hutan.
Usaha itu awalnya tidak berkembang baik, yang mengharuskan para petani dan Sunda Hejo harus berpikir ulang untuk menjaga kelestarian alam tanpa mengganggu kebutuhan masyarakat.
Dari sini, muncul ide baru dalam mengembangkan tanaman yang cocok untuk ditanam, yaitu dari kebun tembakau dan sayuran berubah menjadi komoditas kopi.
Seiring berjalannya waktu, kebun kopi di daerah Rancasalak mulai tumbuh dan hijau di lahan masing-masing petani. Ini sesuai dengan tujuan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tanpa merusak lingkungan. Meski belum memiliki kopi yang khas, hal ini disebabkan oleh pola penanaman yang masih tergolong konvensional.
Masalah lain yang dihadapi petani kopi Rancasalak adalah penggunaan pupuk yang belum optimal, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pembersihan rumput, serta manajemen penyiangan yang belum teratur, karena keterbatasan kemampuan dalam pengolahan kopi.
Meski demikian, para petani di sana tidak mudah menyerah. Mereka terus belajar dan berusaha berkembang, di bantu oleh mediator dalam pengembangan kopi Rancasalak. Mereka juga terus mencari variasi kopi yang cocok untuk ditanam.
Kemajuan perkebunan kopi mulai menunjukkan hasil positif dan kini kopi menjadi andalan bagi para petani di daerah Rancasalak dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Dilansir dari api.garutkab.go.id, Desa Rancasalak kini mampu menghasilkan pendapatan sekitar Rp70 juta per tahun per keluarga dari kebun kopi.
Keberhasilan ini menjadi contoh dalam penggunaan hutan sosial hingga upaya regenerasi dan pengembangan petani kopi di Desa Rancasalak menjadi kebanggaan bagi desa tersebut.
Kopi Rancasalak inilah yang menjadi andalan hingga menarik perhatian wisatawan dan warga sekitar, mulai dari proses panen, pengeringan, penanaman, hingga penyeduhan kopi tersedia di desa Rancasalak ini. Hal ini menjadikan kopi sebagai ikon khas di daerah ini.
Kopi Rancasalak sangat menguntungkan para petani dalam mengembangkan potensi komoditas kopi sebagai penghasil pendapatan untuk kehidupan sehari-hari. Kopi Rancasalak juga menjadi bukti nyata akan cita rasa premium yang beriringan dengan misi sosial dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan kekuatan komunitas petani lokal secara signifikan.
Kualitas panen kopi yang baik langsung berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Setiap teguk kopi menjadi investasi untuk masa depan mereka dan kopi Rancasalak juga menjadi harapan dan potensi kesejahteraan yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal.
Baca juga: Kampung Tua Bakau Serip, Dari Lahan Eks-Sampah Jadi KBA Berkelanjutan Berbasis Ekowisata Mangrove
Desa Rancasalak Terpilih Jadi Desa Berseri Astra 2022
Melalui pengembangan kopi Rancasalak yang terus berkembang, serta komitmen dalam menjaga kelestarian alam dan mensejahterakan masyarakat, menjadi penginspirasi semangat dalam gotong royong menjaga hutan dan meningkatkan pendapatan desa.
Di sini, PT. Astra International, Tbk hadir untuk membantu dan memberikan bantuan serta edukasi lebih lanjut kepada para petani kopi di Desa Rancasalak. Tujuan Astra adalah mendukung keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Upaya ini juga yang membuat Desa Rancasalak terpilih sebagai Desa Berseri Astra pada tahun 2022.
Melalui program Desa Berseri Astra (DSA) yang dicanangkan oleh PT. Astra International, Tbk, program ini menjadi bukti nyata bahwa desa memiliki potensi besar untuk mendorong pembangunan yang berkelanjutan.
DSA menjadi pusat inovasi, kemandirian ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan sosial. Harapan dari adanya program ini adalah bisa menjadi pencahayaan bagi para petani, memberikan solusi terkait modal kerja, pengemasan, pemasaran, serta penyebaran produk secara lebih luas, dan menjadikan kopi sebagai produk unggulan dari Desa Rancasalak.
Inovasi Unggulan Lainnya Dari Desa Rancasalak
Berdasarkan informasi dari api.garutkab.go.id, selain kopi sebagai komoditas andalan, Desa Rancasalak juga menghasilkan produk lokal lainnya berupa tas lokal. Produk ini menghasilkan pendapatan hingga Rp2.97 miliar per tahun dengan mampu mempekerjakan 216 orang, mulai dari penjahit hingga penjual.
Selain itu, desa ini juga mengembangkan sebuah kegiatan bernama Rumah Amal. Rumah Amal menjadi tempat bagi warga Rancasalak untuk berbagi dengan sasaran keluarga yang kurang mampu, serta bantuan bagi warga yang sakit dan kesulitan mendapatkan jaminan kesehatan, karena belum tercover oleh biaya pemerintah.
Ketiga inovasi tersebut membuat Desa Rancasalak ini juga berhasil masuk dalam tiga besar Lomba Desa Kelurahan (Lomdeskel) tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2024.
Tiga inovasi tersebut adalah pengelolaan sumber daya hutan secara lestari, pengembangan produk lokal berkualitas, serta budaya yang menjadi bukti upaya pemerintah desa dan masyarakat dalam menciptakan pembangunan yang baik, sekaligus menjadi acuan penting dalam menilai kualitas pembangunan desa.
Setiap biji kopi dari Desa Rancasalak mencerminkan perjuangan dan perubahan yang terjadi. Rancasalak melalui kopi dan komoditi lainnya menjadi bukti bagaimana masyarakat menghargai alam dan mendukung produk lokal. Tidak hanya membeli produk, tetapi juga berinvestasi dalam martabat dan masa depan yang lebih cerah bagi seluruh komunitas.
#kabarbaiksatuindonesia
Baca juga: Sinergi KBA Pangrango Dalam Membangun Asa Dari Potensi Alam dan Nilai Budaya
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News