Di tangan Asep, tanaman hanjeli dapat menjadi pendongkrak perekonomian, dengan membuka lapangan pekerjaan baru bagi Kelompok Wanita Tani di daerahnya.
Hanjeli dengan nama latin Coix lacryma-jobi merupakan tanaman dari keluarga padi-padian. Yang biasa diambil dari bijinya untuk dijadikan bahan makanan, serta dapat digunakan untuk merangkai kerajinan tangan. Tumbuh subur di daerah Jawa Barat menjadikan hanjeli banyak dibudidayakan, salah satunya oleh Asep.
Asep Hidayat Mustopa (47) merupakan mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bersal dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Ia memiliki tekad untuk memutarkan perekonomian dan sedikit mengubah tatanan hidup masyarakat di Sukabumi.
Keresahan Asep melihat Sukabumi sebagai salah satu penyumbang TKW (Tenaga Kerja Wanita) tertinggi ke Timur Tengah menjadi pendorongnya untuk membangun Desa Wisata Hanjeli.
Melibatkan Kelompok Wanita Tani untuk mengambangkan hanjeli menjadi panganan lokal yang diminati menjadi jalan Asep untuk memberikan para wanita untuk tetap berada di daerahnya, dan tidak menjadi TKW.
Ia tertarik membudidayakan hanjeli, karena kaya akan kandungan gizi yang luar biasa untuk disematkan sebagai makanan lokal.
Perjalanan Karir Asep Hidayat Mustopa dari PMI hingga menjadi penggagas budidaya hanjeli
Pada tahun 2007, Asep pernah menjadi Pekerja Migran Indonesia ke Timur Tengah, tepatnya di Arab Saudi dalam kurun waktu 2 tahun. Bekerja di salah satu perusahaan di kota Zulfi, yang bergerak di bidang seni atau kaligrafi arab.
Asep kembali ke Indonesia pada tahun 2009. Ia kembali mengasah kemampuannya dalam bidang kaligrafi, mengajar di sekolah, bahkan berkuliah di Universtas Terbuka tetapi hanya sampai 4 semester. Memiliki inisiatif untuk terjuan ke dunia Expedisi Indonesia bermodalkan dana yang sudah dikumpulkan. Namun hanya sampai pada Expedisi Sukabumi, karena keluarga Asep ada yang sakit.
Ambisi Asep tidak berhenti begitu saja. Dilansir dari Tribunpringan.com, bahwa ia sempat berjualan beras merah, beras hitam, madu, dan panganan lokal lainnya.
Pada akhirnya Asep menemukan tanaman hanjeli yang memiliki beragam manfaat. Sampai sekarang perkebunan tanaman hanjeli semakin meluas, dan banyak wisatawan yang berdatangan. Seperti melihat bagaimana proses hanjeli diolah menjadi bahan makanan, mulai dari panen hanjeli, lalu hanjeli ditumbuk di atas lisung, selanjutnya nampi hanjeli menggunakan tampah untuk menyisakan biji hanjeli yang sudah halus. Dimana nantinya dapat diolah ke dalam bentuk nasi, dodol, maupun rengginang.
Desa wisata hanjeli berinovasi untuk menyajikan yang terbaik setiap tahunnya. Oleh karena itu, Asep menerima beberapa penghargaan maupun apresiasi sebagai penggagas budidaya tanaman hanjeli di Sukabumi.
Meraih Apresiasi SATU Indonesia 2021, yang diselenggarakan oleh PT Astra International Tbk menjadi batu loncatan bagi Asep untuk memperluas kiprah hanjeli di kancah nasional maupun internasional. Ia memberikan dampak positif dan berkelanjutan dalam bidang kewirausahaan.
Asep kemudian meraih Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Menyusul pada tahun selanjutnya Asep masuk kategori perintis lingkungan, dan meraih penghargaan Kalpataru dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2023.
Kepak sayap Asep sebagai penggagas Desa Wisata Hanjeli tidak sampai disitu, dimana Desa Wisata Hanjeli meraih Gold Award Responsible Tourism Asia Tenggara di Serawak, Malaysia.
Asep turut menerima Svarna Bhumi Award 2025 sebagai Pahlawan Pangan Nasional. Diberikan dalam program Kick Andy Metro TV bersama PT Pupuk Indonesia di Studio Grand Metro TV, Jakarta Barat.
Hanjeli bukan hanya sekadar tanaman biasa, tetapi hidup yang harus dipertanggung jawabkan untuk mengangkat sebuah keadaan. Dengan adanya Desa Wisata Hanjeli, bisa terus memperkenalkan pangan lokal kepada dunia. Mari bangga dengan panganan lokal!
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News