mengenal tradisi merisik dan maknanya dalam perkawinan adat melayu - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Tradisi Merisik dan Maknanya dalam Perkawinan Adat Melayu

Mengenal Tradisi Merisik dan Maknanya dalam Perkawinan Adat Melayu
images info

Mengenal Tradisi Merisik dan Maknanya dalam Perkawinan Adat Melayu


Dalam perkawinan adat Melayu, merisik menjadi tahap awal yang sangat penting sebelum menuju proses lamaran. Bagi masyarakat Melayu, perkawinan tidak dipandang semata-mata sebagai hubungan pribadi antara laki-laki dan perempuan. Perkawinan adalah urusan keluarga, bahkan urusan sosial, yang menuntut kehati-hatian dan penghormatan terhadap aturan adat. 

Prosesi merisik ini menjadi langkah pertama sebelum masuk ke jenjang lamaran, di mana keluarga calon mempelai laki-laki akan mengutus perwakilan untuk mencari tahu lebih jauh tentang calon mempelai perempuan. Bukan hanya sekadar menanyakan kesiapan, merisik juga menjadi sarana mempererat silaturahmi dan memastikan kesesuaian kedua belah pihak sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai tradisi merisik pada perkawinan adat Melayu.

Pengertian Merisik dalam Adat Melayu

Menurut penjelasan yang dikutip dari laman diskominfo.natunakab.go.id pada Senin (29/9/2025) merisik adalah prosesi menilik dan menengok. Biasanya, orang yang diutus untuk menjalankan merisik adalah mereka yang sebelumnya sudah pernah hadir dalam tahapan awal tersebut, meskipun keluarga juga dapat menunjuk orang lain untuk menggantikan. 

Prosesi ini baru dilakukan setelah keluarga menyepakati pilihan anak laki-laki terhadap calon pasangan yang akan dipinang. Berbeda dengan kunjungan sebelumnya yang hanya diwakili sepasang suami istri, kali ini rombongan dari pihak laki-laki hadir lebih ramai. 

Biasanya, mereka mengutus dua pasang suami istri dari kerabat dekat untuk menyampaikan maksud. Dalam pembicaraan saat prosesi merisik, arah percakapan sudah lebih jelas dan mulai mengerucut pada tujuan utama. 

Tujuannya adalah memastikan apakah gadis yang dituju masih benar-benar belum memiliki ikatan dengan pihak lain. Dengan demikian, prosesi ini berfungsi sebagai langkah pencegahan agar tidak terjadi kesalahpahaman atau perebutan dalam urusan jodoh.

Proses Merisik dalam Perkawinan Adat Melayu

Salah satu ciri khas dalam prosesi merisik adalah adanya tradisi saling berbalas pantun. Utusan dari pihak calon pengantin laki-laki biasanya memulai percakapan dengan pantun pembuka. Kemudian, pihak calon pengantin perempuan membalas pantun tersebut, sering kali melalui Penghulu Telangkai atau seorang wakil keluarga laki-laki yang dipercaya untuk menyampaikan jawaban.

Pantun-pantun yang dilontarkan bukan tanpa maksud atau hanya jadi hiburan semata, melainkan penuh makna kiasan. Pantun berfungsi sebagai bahasa halus untuk menyampaikan niat sekaligus menjaga etika dalam komunikasi antar keluarga.

Apabila dalam pertemuan itu tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak untuk menyatukan pasangan muda tersebut, maka proses berlanjut ke peminangan. Pada tahap ini, penyampaian maksud dilakukan dengan bahasa kiasan, pantun, serta pepatah petitih yang penuh makna, dan biasanya diawali dengan ritual tepak sirih Melayu sebagai lambang penghormatan dan penyatuan keluarga.

Makna atau Nilai di Balik Tradisi Merisik

Makna yang tersimpan dalam tradisi merisik tidak hanya sebatas mencari kepastian tentang status seorang gadis, tetapi juga menjaga keharmonisan hubungan antar keluarga Melayu. Dengan adanya prosesi ini, dihindarkan kemungkinan perselisihan akibat seorang gadis diperebutkan oleh banyak pemuda. Pepatah lama mengatakan, “bunga tak hanya setangkai, kumbang pun bukan seekor,” yang menjadi pengingat bahwa setiap orang memiliki kesempatan dan pilihan masing-masing.

Kedatangan rombongan merisik pun menunjukkan penghormatan, sebab harus disambut langsung oleh orang tua si gadis, bukan oleh perantara. Jika dalam pertemuan terungkap bahwa sang gadis sudah memiliki pilihan lain atau telah terikat, maka pihak laki-laki diajarkan untuk menerima dengan lapang dada dan menghentikan pembicaraan lebih lanjut, sembari tetap menjaga silaturahmi. 

Namun, bila gadis tersebut belum memiliki ikatan, maka perundingan dapat berlanjut pada maksud utama yaitu menyampaikan keinginan menjodohkan anak laki-laki dengan sang gadis. Apabila disetujui, prosesi akan diteruskan ke tahap peminangan serta penyerahan tanda.

Dari seluruh rangkaian ini, jelas terlihat bahwa tradisi merisik memiliki nilai yang sangat mulia dalam perkawinan adat Melayu. Ia bukan hanya untuk mencari kepastian, tetapi juga sebuah langkah untuk menjaga keharmonisan, menghormati orang tua, dan memelihara silaturahmi antar keluarga. Tradisi ini juga mengajarkan pentingnya kesabaran, kerendahan hati, dan keterbukaan dalam urusan jodoh.

Merisik mengingatkan kita bahwa perkawinan bukan sekadar menyatukan dua individu, melainkan juga mempererat hubungan kekerabatan yang lebih dalam. Dengan prosesi yang penuh simbol, pantun, serta penghormatan, merisik tetap menjadi salah satu warisan budaya yang indah, yang layak dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.