Indonesia memiliki batang sungai sekitar 70 ribu buah, sayangnya data dari BPS menunjukan 46% batang sungai itu tercemar berat. Begitu juga di Yogyakarta, data dari Dinas Lingkungan Hidup menunjukan sampah menjadi faktor besar tercemarnya air sungai. Akibat dari pencemaran air sungai tentu mengganggu lingkungan bagi makhluk hidup, bukan hanya manusia yang tinggal di sana saja, melainkan juga populasi ikan lokal.
Ikan lokal di Indonesia jumlahnya mencapai 4 ribu jenis menurut data dari Dinas Perikanan dan Kelautan. Namun, sungai tercemar membuat habitat alami ikan-ikan ini rusak, akibatnya jumlah mereka semakin berkurang. Kondisi memprihatinkan inilah yang menjadi dorongan bagi Suryanto untuk membudidayakan ikan-ikan lokal. Ia mendirikan Surya Fish Farm Education (SFF Edu) sejak 2015.
Memulai Gerakan dari Satu langkah kecil
SFF Edu gerakan sosial peduli lingkungan berada di Kulonprogo. Berawal dari hobi memelihara ikan, Suryanto mengembangkan hobi jadi bisnis ikan hias. Lama kelamaan ia juga turut mengedukasi masyarakat soal ikan yang dibeli. Tujuannya agar ikan-ikan itu dapat dipelihara dengan baik kemudian berkembang biak, sehingga populasi ikan-ikan itu tidak punah.
Awal gerakan Suryanto sederhana, hanya mengedukasi pembeli soal ikan yang dibeli. Justru dari gerakan sederhana itu yang menggerakkan pikiran Suryanto untuk memperluas pengetahuan soal ikan. Sebab ikan merupakan ekosistem dari sungai yang juga turut menjaga kelestarian alam.
“Saat itu saya mulai berfikir, saya punya ilmu budidaya ikan, tapi tidak disebarkan, tidak dibagi. Mindset saya berubah. Saya bisa jualan sambil edukasi, bagaimana pembeli tidak hanya sekedar membeli, tapi tahu bagaimana cara merawat, memelihara sampai membudidayakan ikan yang dibeli” kata Suryanto dalam Podcast Radio.
Dari gerakan sederhana pada para pembeli ikan, Suryanto kemudian bergerak mempengaruhi penjual ikan lain untuk turut mengedukasi pembelinya. Semakin lama sembari berjualan, Suryanto mengembangbiakkan ikan-ikan lokal di Kulonprogo. Mulai dari situ ia mendirikan gerakan bernama Surya Fish Fram Edu.
Saat ini sudah ada 4 jenis ikan lokal yang Suryanto budidayakan yaitu Wader Pari, Wader Cakul, Wader Derbang, Ikan Betta Picta (Cupang). Sedangkan untuk display dan edukasi masyarakat di SFF Edu sudah mencapai 16 jenis wader. Wader yang dikembangkan Suryanto merupakan wader lokal yang ada di Kulonprogo.
Wader merupakan ikan asli dari perairan di Indonesia yang tersebar di beberapa daerah. Menurut Jurnal Metana, ikan wader memiliki kandungan protein yang tinggi dan dapat dikembangkan jadi bisnis. Sebab ikan wader merupakan ikan air tawar yang mudah dikembangbiakkan.
Gerakan dari SFF Edu awalnya pengenalan jenis-jenis ikan pada anak-anak TK dan SD. Kemudian di tingkat masyarakat umum diperkenalkan cara mengembangbiakkan wader dan melestarikan sungai sebagai habitat asli wader. Suryanto memulai SFF Edu dengan gerakan sederhana dan kepada orang-orang terdekatnya dulu.
Setelah SFF Edu bergerak hampir 8 tahun, tepatnya pada 2023 lalu Dinas Kelautan dan Perikanan dengan Dinas Pendidikan merilis buku bersama Suryanto berjudul Jaga Kaliku. Buku dibagikan ke sekolah sebagai media perkenalan ikan-ikan local pada anak-anak. Selain itu ada juga perubahan kebijakan dari Kantor Urusan Agama (KUA) Kulonprogo, bahwa setiap pasangan yang menikah harus merilis ikan lokal.
Dari gerakan sederhana Suryanto ternyata dapat mengubah kebijakan yang berdampak pada alam dan lingkungan. Berkat SFF Edu ini Suryanto mendapat penghargaan Kalpataru kategori Perintis Lingkungan tingkat DIY tahun 2021. Tahun berikutnya Suryanto mendapat penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards.
Kesadaran pada lingkungan sekitar
Suryanto memulai gerakan ini karena kesadaran akan alam. Alam dan lingkungan saat ini sangat berbeda dengan dulu. Jika dulu Suryanto masih dapat bermain air dan memancing di sungai-sungai karena air sungai jernih dan bebas dari sampah. Sedangkan hari ini sungai penuh dengan limbah sampah dan ekosistem sungai banyak yang hancur.
Gerakan SSF Edu tidak hanya sebatas pada pengembangbiakan ikan, sebab ikan juga membutuhkan alam sebagai habitat aslinya. Maka, Gerakan SFF Edu juga menjangkau pada kebersihan air sungai, kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah di sungai, penangkapan liar ikan di sungai dan sebagainya.
Suryanto menyoroti ikan-ikan di sungai ditangkap dengan tidak ramah, seperti diracun atau disetrum. Hal itu berdampak pada alam, sebab populasi ikan wader yang berkurang berdampak pada keseimbangan ekosistem air tawar dan kebersihan air sungai.
Ikan wader berguna menjaga kebersihan air sungai. Sebab ikan wader menjadi predator bagi makhluk lain seperti serangga kecil dan lumut di sungai. Dengan adanya SFF Edu ikan wader dikembangbiakkan dan dijaga populasinya.
Saat ini kondisi di batang-batang sungai Kulonprogo, khususnya di Kecamatan Lendah sudah terlihat bersih. Masyarakat kini semakin banyak yang menyadari pentingnya menjaga alam sekitar. Buktinya di Lendah ada kelompok pengawas bernama Pelestari Alam dan Satwa yang bertugas sebagai kepolisian sungai, menebarkan ikan dan restocking ikan local.
“Untuk menjaga ketersediaan air, kita sarankan juga menanam tanaman pengikat air seperti Gayam. Orang yang mencari rangrang juga kita ingatkan supaya tidak habis karena ada keterkaitan dengan gayam,” jelas Suryanto.
Selain kelompok pengawas, masyarakat saat ini membuat pos ronda, jimpitan dan setiap bulan kerja bakti di sungai. Suryanto senang dengan kemajuan masyarakat sekitarnya hari ini. Ia berharap semoga kedepan masyarakat di daerah lain memiliki kesadaran yang sama untuk melestarikan alam. Selain itu ia juga berharap dapat membangun sekolah alam untuk mengedukasi anak-anak lebih banyak soal alam dimana tempat mereka tinggal.
“Mulai dari lingkungan sendiri saja” pungkas Suryanto.
Gerakan sederhana yang kita lakukan ternyata bisa berdampak besar bagi alam dam lingkungan. Jadi mari kita semangat bergerak, kecil tapi pasti, perlahan tapi tapi tetap berjalan demi alam lebih baik. Semangat Kawan GNFI!!
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News