Di balik gemuruh ombak Samudra Hindia, tersembunyi sebuah kisah tentang cinta pada tanah kelahiran, semangat perbaikan, dan harapan untuk masa depan yang lebih hijau. Kisah itu datang dari Nagari Sungai Pinang, sebuah desa pesisir di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Di sanalah David Hidayat memulai langkahnya yang menginspirasi, menjadi garda terdepan dalam menyelamatkan lingkungan laut melalui program yang ia beri nama Penjaga Laut dari Pesisir Selatan.
David bukanlah seorang pejabat tinggi atau tokoh nasional yang dikenal banyak orang. Ia adalah anak desa biasa, namun dengan kepedulian luar biasa terhadap alam tempat ia tumbuh. Kegelisahannya bermula dari kondisi pesisir kampung halamannya yang makin rusak. Kerusakan ekosistem laut, hancurnya terumbu karang, dan semakin berkurangnya hutan mangrove membuat masyarakat kehilangan banyak potensi alam yang dulu menjadi sumber penghidupan.
Di tengah keterbatasan, David tidak tinggal diam. Ia memutuskan untuk bertindak. Pada tahun 2014, ia menggagas sebuah gerakan yang kemudian dikenal dengan nama ANDESPIN Dee West Sumatera, yang merupakan singkatan dari Anak Desa Sungai Pinang. Gerakan ini bukan sekadar proyek konservasi, tetapi sebuah bentuk cinta yang nyata terhadap alam dan masyarakat. Melalui ANDESPIN, David mengajak warga desa untuk ikut terlibat dalam menanam kembali terumbu karang, melestarikan mangrove, menangkar penyu, hingga membudidayakan rumput laut.
Apa yang dilakukan David bukanlah hal yang mudah. Mengubah pola pikir masyarakat dan mengajak mereka kembali peduli terhadap lingkungan membutuhkan kesabaran dan keteguhan hati. Namun David percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten. Perlahan tapi pasti, kesadaran mulai tumbuh. Warga yang dulu tak peduli kini ikut turun tangan menjaga laut mereka.
Hasilnya mulai tampak. Hingga kini, wilayah yang telah berhasil dikonservasi telah mencapai 70% dari target yang ditetapkan. Ekosistem laut mulai pulih, dan keanekaragaman hayati pun kembali. Kepiting bakau yang sempat menghilang kini dapat kembali ditangkap oleh nelayan setempat, menjadi tanda bahwa laut mereka mulai pulih. Lebih dari itu, masyarakat kembali memiliki harapan.
Tak hanya berhenti di konservasi, pada tahun 2020 David mulai mengembangkan inovasi ekonomi berbasis lingkungan. Ia memanfaatkan mangrove sebagai bahan baku untuk produk batik mangrove dan mengolahnya menjadi kopi mangrove. Inisiatif ini bukan hanya membantu menjaga kelestarian alam, tetapi juga membuka peluang usaha baru bagi masyarakat desa. Inilah bukti bahwa pelestarian lingkungan dan peningkatan ekonomi bisa berjalan seiring.
Apa yang dilakukan David menunjukkan bahwa siapa pun bisa menjadi agen perubahan. Tak perlu menunggu menjadi besar untuk memulai, karena keberanian untuk bertindak jauh lebih berarti. Semangat David menjadi inspirasi bahwa cinta terhadap tanah kelahiran bisa diwujudkan dengan aksi nyata. Alam yang rusak bisa diperbaiki, dan kehidupan masyarakat bisa ditingkatkan — asal ada kemauan dan tekad yang kuat.
Program Penjaga Laut dari Pesisir Selatan bukan sekadar inisiatif lingkungan. Ia adalah gerakan moral, sebuah contoh bahwa masyarakat desa pun mampu bangkit, mandiri, dan menjaga bumi dengan caranya sendiri. Di tengah krisis iklim yang semakin nyata, kisah David Hidayat adalah oase harapan: bahwa perubahan masih mungkin, dan masa depan yang hijau masih bisa kita perjuangkan bersama.
David telah menyalakan api kecil dari Pesisir Selatan. Kini, saatnya kita ikut menjaga nyalanya agar terus menyala, menerangi jalan bagi penjaga-penjaga laut lainnya di seluruh Indonesia.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News