Salah satu permasalahan yang dihadapi industri fashion adalah menumpuknya kain sisa produksi pakaian atau deadstock fabrics yang terjadi karena beberapa alasan, yaitu tidak lolos quality control dan produksi yang berlebih.
Sebagai upaya mengurangi limbah tekstil yang akan tertimbun di tempat pembuangan akhir, beberapa brand lokal tanah air melihat ini sebagai kesempatan berkreasi dengan sisa tekstil.
Namun, tentunya 'limba' yang dipilih masih memiliki kualitas baik sehingga siap diubah menjadi koleksi yang bernilai jual tinggi.
Beberapa brand lokal yang memaksimalkan kain sisa produksi, di antaranya Soma Moon dan TNF Studio. Kehadiran merek lokal ini menjadi upaya menerapkan zero waste yang diharap bisa terus dilestarikan generasi lain di masa depan.
Salha dari Soma Moon berbagi mengenai perjalanan membangun brand yang terbentuk dari tahun 2018 saat lulus berkuliah di Lasalle College Jakarta. Melihat kain sisa produksi dari sesama teman desainer yang menumpuk, muncul keresahan untuk mengolahnya jadi produk tas dan aksesoris.
Tas dan aksesoris lebih mudah untuk dikreasikan dari fabric scraps lalu memiliki perputaran tren yang lebih lama.
Soma juga menerapkan ethical fashion production, yaitu dengan memakai solar panel untuk listrik di studio saat produksi dan menerapkan jam kerja layak untuk para pekerjanya. Mereka juga merupakan produk slow fashion, karena hanya mengeluarkan koleksi 2 hingga 3 kali dalam setahun.
TNF Studio juga melihat kebutuhan yang sama untuk mengolah kain sisa produksi menjadi koleksi yang stylish. Kelebihan mengubah sisa kain jadi fashionitem adalah menghasilkan produk yang limited edition. TNF Studio memproduksi baju hingga tas dari kain sisa dengan mengaplikasikan beragam teknik dalam desainnya.
TNF bermain dengan tekstur seperti pleats, menambahkan aksen kancing, dan detail jahitan. Mereka juga cenderung menggunakan warna neutral yang sedang jadi tren di industri fashion saat ini.
Pada sebuah event, mereka menyediakan TNF Drop Box untuk menampung pakaian bekas yang bisa diolah lagi. Dengan demikian, bisa membantu menerapkan sustainable fashion dari pemanfaatan baju bekas di lemari.
Menginisiasi gerakan ramah lingkungan dapat dimulai dari kepekaan menjawab permasalahan kecil seperti kain sisa produksi dan baju bekas dari lemari sendiri yang bisa diolah dengan kreativitas sehingga jadi ide bisnis sekaligus mengeliminasi sampah yang menumpuk.
Sampah tekstil memerlukan waktu bertahun-tahun untuk terurai. Maka diperlukan inovasi untuk memanfaatkan sisa potongan tekstil menjadi hasil karya.
Timbunan sisa kain di industri fashion adalah momok bagi para desainer dan merupakan permasalahan global sekaligus menjadi tantangan untuk terus berkomitmen menyeimbangkan kreativitas dalam berkarya dan mengurangi dampak negatif produksi pakaian.
Dengan mendukung penuh merek lokal di Indonesia, akan membantu keberlangsungan mereka untuk terus bertumbuh menghasilkan produk berkualitas hingga meraih sertifikasi global yang berdampak positif terhadap masyarakat dan lingkungan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News