5 contoh fenomena sosiologi perkotaan dalam kehidupan sehari hari - News | Good News From Indonesia 2025

5 Contoh Fenomena Sosiologi Perkotaan dalam Kehidupan Sehari-hari

5 Contoh Fenomena Sosiologi Perkotaan dalam Kehidupan Sehari-hari
images info

5 Contoh Fenomena Sosiologi Perkotaan dalam Kehidupan Sehari-hari


Kehidupan kota lekat dengan gedung tinggi, kemacetan, dan gaya hidup modern. Lebih dari itu, kota adalah ruang yang penuh keberagaman interaksi sosial, dinamika masyarakat yang menarik untuk ditelusuri.

Berangkat dari fenomena tersebut, sosiologi perkotaan hadir untuk mendalami kehidupan perkotaan yang identik dengan hiruk-pikuk kota. Sederhananya, sosiologi perkotaan adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari perilaku, interaksi, hubungan, hingga masalah yang ada di tengah-tengah masyarakat perkotaan.

Melihat dinamika kota melalui kacamata sosiologi perkotaan, Kawan GNFI dapat memahami fenomena seperti urbanisasi, kesenjangan, serta budaya yang melekat pada masing-masing kota.

baca juga

Lalu, bagaimana kita melihat fenomena sosiologi perkotaan dalam kehidupan sehari-hari? Inilah lima contoh fenomena yang bisa ditemukan dan dikaji melalui kajian sosiologi perkotaan.

Kepadatan Penduduk dan Urbanisasi

Fenomena urbanisasi menjadi salah satu persoalan utama di wilayah perkotaan. Perpindahan penduduk dari desa ke kota menyebabkan kepadatan di area urban.

Hal ini menjadi sorotan karena jumlah penduduk yang berpindah dari suatu tempat ke tempat lain tidak diimbangi dengan kesediaan hunian dan tempat tinggal yang memadai.

Menggunakan kacamata sosiologi perkotaan, fenomena ini menunjukkan ketimpangan akses terhadap hunian masyarakat. Alhasil, sebagian masyarakat terpaksa untuk memilih tempat tinggal di permukiman yang kurang memadai dan tidak layak.

Masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut tak jarang kesulitan dalam memperoleh air bersih, sanitasi, bahkan layanan kesehatan.

Pemerintah kota dalam melihat fenomena ini mengambil sikap dengan menata ulang tata letak permukiman. Konsep perencanaan ini memungkinkan masyarakat dapat mendapat hunian yang lebih layak, seperti membuat rumah susun dan memindahkan hunian ke tempat yang masih tersedia.

Kemacetan dan Mobilitas Masyarakat

Kemacetan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat perkotaan. Jumlah penduduk yang meningkat tajam, peningkatan jumlah kendaraan pribadi, hingga keterbatasan infrastruktur menjadi persoalan.

Sosiologi perkotaan melihat fenomena tersebut bukan hanya sebatas permasalahan lalu lintas semata, tetapi juga tentang kualitas hidup masyarakat yang merasakannya.

Waktu yang terbuang di jalan, stres menghadapi kemacetan setiap hari, hingga dinamika lalu lintas yang terjadi bisa menjadi persoalan yang serius.

Menghadapi masalah serius, lahir kebijakan dari pemerintah setempat untuk menanggulangi persoalan kemacetan, seperti pembangunan transportasi yang masif dan penerapan sistem ganjil-genap. Hal ini menunjukkan bahwa masalah sosial dapat mempengaruhi kebijakan publik dan perilaku masyarakat kota.

Kriminalitas

Kota dengan identitas modernnya sering dijadikan ruang dalam segala bentuk kriminalitas. Kepadatan penduduk dan kontrol sosial yang lemah membuat aksi kriminal mudah melebur dan terjadi di wilayah perkotaan dibandingkan wilayah pedesaan.

Kriminalitas bukan hanya persoalan hukum, tetapi juga fenomena sosial yang dipengaruhi faktor struktural dan kultural. Persoalan seperti pengangguran, kesenjangan ekonomi, kurangnya ruang publik yang aman, hingga lemahnya pengawasan dapat mendorong seseorang melakukan tindak kriminal.

Dalam kajian sosiologi perkotaan, kriminalitas dipandang bukan sekadar kejahatan, melainkan tentang kompleksitas kota. Kejahatan menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur sosial masyarakat yang berhubungan dengan strata sosial, ekonomi, dan budaya perkotaan.

baca juga

Pengangguran dan Ketimpangan Ekonomi

Kota selalu dianggap sebagai tempat untuk mengadu nasib dan pusat peluang kerja. Setiap tahunnya ribuan orang berdatangan membawa harapan kehidupan yang lebih baik.

Realitas yang terjadi, urbanisasi yang cenderung tinggi membuat keterbatasan lapangan kerja. Hal ini menjadi persoalan wilayah perkotaan dari tahun ke tahun.

Dalam perspektif sosiologi perkotaan, fenomena pengangguran bukanlah persoalan individu, melainkan fenomena sosial yang merangkum masyarakat luas. Tingginya angka pengangguran dapat memicu kemiskinan, kriminalitas, hingga ketimpangan ekonomi.

Fenomena pengangguran ini juga berkaitan dengan ketimpangan ekonomi. Di satu sisi, kita melihat kawasan elit dengan hunian mewah dan gaya hidup mewah. Namun, berjarak tidak jauh dari tempat tersebut terdapat permukiman padat yang penuh dengan keterbatasan, mulai dari akses pendidikan, kesehatan, hingga hunian.

Dalam hal ini, sosiologi perkotaan menganalisis fenomena pengangguran dan ketimpangan ekonomi dari persoalan struktural dan stabilitas sosial masyarakat.

Budaya dan Identitas

Wilayah perkotaan atau urban selalu menjadi wadah pertemuan budaya dari berbagai daerah. Hal ini melahirkan identitas berupa gaya hidup dan subkultur.

Belakangan ini kita melihat fenomena nongkrong di kafe, musik indie, hingga street art ada di berbagai sudut kota besar.

Melalui sudut pandang sosiologi perkotaan, kota tidak hanya didefinisikan sebagai tempat perputaran ekonomi, melainkan sebagai ruang alternatif dan inovasi budaya.

Kebudayaan menjadi salah satu cara masyarakat kota dalam mengekspresikan diri sekaligus membangun identitas baru yang cenderung berbeda.

baca juga

Itulah 5 contoh fenomena sosiologi perkotaan dalam kehidupan sehari-hari. Melihat fenomena kota melalui kacamata sosiologi perkotaan membuat Kawan GNFI lebih peka terhadap dinamika sosial yang ada di masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Adithitra Ramadhan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Adithitra Ramadhan.

AR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.