Rutler Peregrine Masalamate menjadi salah satu tokoh penting dari pendirian gerakan Komunitas Dinding Manado yang terbentuk pada tahun 2010. Bersama teman-temannya di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Rutler berkecimpung di dunia pendidikan non-formal yang kegiatan utamanya dilaksanakan di lantai tiga Pasar Bersahati Manado, Sulawesi Utara dan Pasar 45.
Komunitas Dinding Manado menyasar anak-anak yang membantu orang tua mereka bekerja di pasar. Rutler menegaskan di unggahan Instagramnya bahwa Komunitas Dinding Manado bukanlah organisasi berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), bukan lembaga masyarakat berbasis agama, ataupun politik. Komunitas Dinding Manado murni gerakan dari orang-orang yang ingin berbagi segala yang mereka punya kepada anak-anak yang membutuhkan pendidikan.
Rutler dan teman-temannya melihat banyak anak-anak yang berdagang asongan di siang hari. Padahal seharusnya mereka bersekolah untuk menuntut ilmu. Karena hal inilah, Rutler bersama teman-temannya membuat Komunitas Dinding Manado.
Dunia Anak-Anak Hanya Selebar Pasar
Di jalan sekitar pasar Rutler kerap menemukan anak-anak usia sekolah yang mengemis, mengamen, dan berjualan. Satu kali ia pernah memberikan uang kepada pengemis yang masih berusia anak-anak sekaligus ia berpikir apakah tindakannya benar dengan memberikan uang?
Momen itu membuat Rutler termenung bahwa ada yang salah dan perlu diperbaiki. Rutler berpikir bahwa harusnya ia memberikan ilmu pengetahuan yang ia punya untuk bekal anak-anak tersebut menjalani kehidupannya bukan memberikan uang.
Rutler semakin mendalami kehidupan anak-anak di pasar, ia jadi tahu bahwa anak-anak ini hidup setiap hari di pasar. Makan, minum, tidur, dan semua kegiatannya berkutat di pasar saja.
"Karena mereka tinggal di pasar mereka berpikir dunia itu (hanya) selebar pasar," ungkapnya saat menjadi bintang tamu acara Hitam Putih Trans7.
Rutler menanyakan cita-cita anak-anak tersebut dan kebanyakan anak-anak itu ingin menjadi supir angkot karena bagi mereka profesi tersebut sudah paling hebat.
Setelah menelusuri kembali, ternyata di usia 12-13 tahun anak-anak ini juga sudah banyak yang menikah dan memiliki anak. Lebih parahnya lagi, anak-anak sudah terbiasa merokok sejak umur empat tahun. Dari melihat kenyataan getir ini, Rutler ingin menjadi agen perubahan bagi anak-anak di pasar tersebut. Tercetuslah Komunitas Dinding Manado yang bertahan sampai saat ini.
15 tahun Gerakan Pendidikan Untuk Anak-Anak Pasar

Kegiatan Belajar Bersama Komunitas Dinding Manado | Foto: Dok. Youtube Komunitas Dinding Manado
Tahun 2010, Rutler bersama teman-teman sekampusnya menjalankan misi untuk mengajak anak-anak di pasar belajar. Berbekal brosur kegiatan, di hari sebelumnya Rutler berkeliling untuk menyebarkan informasi bahwa di hari Sabtu akan diadakan kegiatan belajar. Hari Sabtu tiba dan ternyata sekitar 40 anak pasar datang untuk mengikuti kegiatan belajar.
Dua hal yang ingin dikembangkan dalam diri anak-anak melalui kegiatan Komunitas Dinding Manado adalah pembangunan karakter dan kewirausahaan. Namun, Rutler mengaku bahwa hanya satu hal saja yaitu pembangunan karakter yang dinilai cukup berhasil diterapkan pada anak-anak.
Contohnya adalah anak-anak sudah mulai tahu penggunaan kata terima kasih, tolong, dan maaf. Anak-anak juga mulai berkurang intensitas berkelahi sampai terluka dengan sesama temannya.
Rutler ingat satu anak perempuan yang begitu agresif saat melihat anak-anak lain. Anak perempuan itu tidak segan memukul anak lain tanpa sebab. Setelah mengikuti kegiatan bersama Komunitas Dinding Manado sifatnya kian berubah, ia sudah tidak lagi memukuli anak lain. Ia bahkan dijadikan sebagai penjaga agar teman-temannya tidak berkelahi. Perubahan inilah yang menjadi bukti kesuksesan pembangunan karakter oleh Komunitas Dinding Manado.
Namun, bidang kewirausahaan gagal diterapkan karena sebagian besar anak-anak belum bisa membaca dan menulis. Maka dari itu prioritas utama Komunitas Dinding Manado yaitu kegiatan belajar membaca dan menulis.
Sampai saat ini, Komunitas Dinding Manado masih eksis. Kegiatan terbaru komunitas ini adalah Summer Camp yang diadakan bulan Juli 2025. Kegiatan yang dilaksanakan setiap tahunnya ini memiliki rangkaian acara yang mengajak anak-anak untuk belajar di luar pasar selama 2 hari 1 malam. Anak-anak akan diajak bermain sambil belajar dengan serangkaian kegiatan yang membentuk karakter baik dan pengembangan kreativitas.
Tema yang diusung pada acara Summer Camp tahun ini adalah "Bintang Tidak Lahir di Langit Saja". Dengan tema ini anak-anak yang bergabung belajar di Komunitas Dinding diharapkan dapat menjadi bintang di kehidupan mereka dengan pengetahuan dan pengalamannya selama belajar bersama Komunitas Dinding Manado.
Selain kegiatan tahunan Summer Camp, kegiatan harian yang dilakukan setiap hari Sabtu adalah pembelajaran membaca, menulis, menghitung, dan mengaji. Kegiatan calistung dimulai jam 1 siang sedangkan mengaji di jam 3 sore. Setiap kegiatan didokumentasikan dengan konsisten dan diunggah ke akun Instagram resmi Komunitas Dinding Manado @dinding_mdc.
Melansir Kumparan, jumlah anak-anak yang belajar bersama Komunitas Dinding Manado di tahun 2024 sebanyak 45 anak dengan 8 anak di antaranya belum dapat mengecap pendidikan formal.
Meskipun begitu, ternyata peserta yang bergabung dengan Komunitas Dinding Manado bukan hanya usia anak-anak tetapi juga orang dewasa yang berusia 23 tahun. Melansir detiknews, murid tersebut tuna rungu tetapi semangat belajarnya sangat tinggi. Ia mengikuti kegiatan Komunitas Dinding Manado sejak tahun 2010. Sebelum kegiatan dimulai, ia sudah membantu menyiapkan peralatan seperti tikar dan meja untuk belajar anak-anak.
Rutler bersama Komunitas Dinding Manado telah menjadi pelita bagi kehidupan anak-anak yang terpaksa menggantungkan hidupnya di pasar. Komunitas Dinding Manado tidak menarik anak-anak untuk keluar dari pasar melainkan memboyong pendidikan ke dalam pasar untuk anak-anak demi terwujudnya hak pendidikan untuk semua anak tanpa terkecuali.
Dedikasi Rutler bersama Komunitas Dinding Manado dalam memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak di pasar ini membuahkan penghargaan SATU Indonesia Award kategori pendidikan tingkat provinsi pada tahun 2018. Dengan ini, Indonesia telah mendapatkan satu kabar baik yang berasal dari Sulawesi Utara berkat Komunitas Dinding Manado.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News