Indonesia, dengan kekayaan biodiversitasnya, menyimpan potensi besar dalam dunia pengobatan modern. Salah satu mutiara hijau yang mulai mencuat namanya adalah tanaman Ki Sampang atau Melicope denhamii (sebelumnya sering disebut Melicope quercifolia).
Tanaman dari famili Rutaceae ini, yang juga memiliki sebutan seperti Empatung (Jawa) dan memiliki kerabat dekat di berbagai daerah, kini menjadi pusat perhatian para peneliti setelah riset dari Universitas Airlangga (Unair) mengungkap potensinya sebagai alternatif obat kanker, khususnya kanker rahim.
Ki Sampang, si perdu kecil
Ki Sampang (Melicope denhamii)adalah tumbuhan perdu atau pohon kecil yang dapat dikenali dari beberapa ciri morfologinya yang khas. Daunnya majemuk bersusun tiga (trifoliate) dengan bentuk yang cenderung menyerupai daun oak (quercifolia berarti ‘berdaun oak’), meruncing di bagian ujung, dan bertekstur seperti kulit. Batangnya berkayu dan dapat tumbuh hingga beberapa meter.
Secara tradisional, tanaman ini sering ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan tanpa menyadari kandungan senyawa bioaktif yang tersembunyi di dalamnya. Keberadaannya tersebar di berbagai hutan tropis Indonesia, terutama di Jawa Barat, Kalimantan, dan Papua, menunjukkan adaptasinya yang baik terhadap iklim Nusantara.
Perjalanan Ki Sampang Menuju Dunia Medis
Pemanfaatan Ki Sampang dalam pengobatan tradisional sebenarnya telah berlangsung turun-temurun. Masyarakat di beberapa daerah telah menggunakan rebusan daun, kulit batang, dan akarnya untuk mengobati diare, penyakit kulit, dan sebagai campuran kosmetik.
Bahkan, belakangan ini, rebusan kulit batangnya telah dipercaya dan diperjualbelikan dengan harga yang sangat mahal untuk pengobatan kanker stadium awal. Praktik inilah yang memicu ketertarikan dunia ilmiah untuk membuktikan klaim tersebut secara empiris.
Group riset bahan alam Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga memutuskan untuk menguak misteri di balik tanaman ini. Alih-alih hanya menjadi bagian dari industri sintetik, para peneliti melihat potensi Ki Sampang sebagai terobosan herbal untuk penyembuhan penyakit kanker rahim.
Jenis yang diteliti, Melicope quercifolia (sekarang disinonimkan dengan M. denhamii), diperoleh dari Jawa Barat. Penelitian difokuskan pada daun tanaman untuk mengidentifikasi senyawa aktif yang bertanggung jawab atas efek antikankernya.
Punya Senyawa Pacipodol untuk Melawan Kanker
Kanker rahim merupakan salah satu jenis kanker dengan prevalensi yang signifikan di Indonesia. Pengobatan konvensional seperti kemoterapi dan radioterapi, meski efektif, seringkali datang dengan efek samping yang berat dan merugikan sel-sel sehat.
Eksplorasi senyawa alami yang memiliki selektivitas tinggi dalam membunuh sel kanker menjadi sangat krusial. Dalam konteks inilah temuan Unair menjadi sangat berarti.
Tim peneliti berhasil mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif utama dalam Ki Sampang, yaitu sebuah turunan flavonol yang diberi nama Pacipodol. Senyawa inilah yang diyakini sebagai kandidat potensial obat kanker rahim.
Pacipodol dan senyawa flavonoid lainnya dalam tanaman ini bekerja dengan mekanisme yang multidirectional. Senyawa-senyawa tersebut mampu menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker, menghentikan proliferasi (perkembangbiakan) sel abnormal yang tidak terkendali, dan menekan angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru) yang mensuplai nutrisi bagi tumor untuk tumbuh.
Selain itu, aktivitas antioksidan kuat dari senyawa fenolik dalam Ki Sampang berperan dalam melawan stres oksidatif, yang merupakan pemicu awal mutasi sel dan perkembangan kanker.
Harapan Pengobatan Herbal dengan Ki Sampang
Penemuan senyawa Pacipodol dari tumbuhan Melicope denhamii ini telah dipublikasikan dalam Tropical Journal of Natural Product Research pada tahun 2025, membawa angin segar dan harapan baru, khususnya bagi para penderita kanker rahim di Indonesia.
Temuan ini tidak hanya membuktikan keampuhan pengobatan berbasis bahan alam yang lebih aman dan dapat ditoleransi dengan baik, tetapi juga membuka mata masyarakat tentang betapa berharganya kekayaan hayati yang ada di sekitar kita.
Penelitian ini adalah langkah awal yang sangat menjanjikan. Kedepannya, diperlukan studi lebih lanjut yang mendalam, mulai dari uji toksisitas, uji klinis pada manusia, hingga pengembangan metode ekstraksi dan formulasi yang tepat.
Ki Sampang, yang dahulu hanya dianggap sebagai tanaman hias pekarangan, kini telah bertransformasi menjadi simbol potensi besar Indonesia dalam berkontribusi pada dunia kesehatan global, membuktikan bahwa solusi untuk masalah-masalah kompleks seringkali tersembunyi di dalam alam.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News