Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK) kerap menghadapi persoalan mendasar. Mereka tidak memiliki ruang aman untuk bersuara. Menurut Komnas Perlindungan Anak (2023), satu dari tiga anak yang tumbuh di lingkungan penuh kekerasan menunjukkan gejala stres pascatrauma, seperti kecemasan, ketakutan, hingga kesulitan mengekspresikan diri.
Kondisi itu membuat banyak anak memilih diam, atau meluapkan rasa sakit dengan cara yang kurang tepat. Fenomena ini juga dialami sebagian anak di Panti Darushsholihin, Bogor, yang kerap kesulitan menyalurkan perasaan dan pikiran mereka secara terbuka.
Kini, lewat inisiatif Bright Canvas, mereka mendapatkan ruang baru untuk menyalurkan imajinasi dan suara hati. Ruang itu bukan berupa panggung megah atau kelas formal, melainkan kanvas sederhana yang dipenuhi warna, bentuk, dan simbol khas dunia anak. Dari goresan kecil hingga karya tiga dimensi, setiap aktivitas menjadi sarana bagi anak-anak untuk berani bercerita tentang perasaan, mimpi, bahkan identitas yang selama ini tersimpan rapat.
Bright Canvas, bagian dari PKM-PM yang digagas mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), hadir sebagai terobosan baru dalam pendidikan AMPK. Program ini tidak berhenti pada seni sebagai hiburan, melainkan menjadikannya sarana untuk menguatkan ekspresi diri sekaligus meningkatkan kecerdasan spasial.
Dengan mengadopsi pendekatan Kolb’s Experiential Learning, setiap kegiatan dirancang agar anak belajar dari pengalaman nyata, merefleksikan perasaan, dan perlahan berani menunjukkan karyanya kepada orang lain.
Inovasi Bright Canvas terlihat dari kegiatan khas yang selalu menjadi bagian di setiap fase. Setiap fase selalu diawali dengan mood check-in board, di mana anak-anak menempelkan stiker warna sesuai perasaan mereka. Aktivitas sederhana ini menjadi pintu masuk bagi fasilitator untuk memahami suasana hati sebelum kegiatan dimulai.
Bright Canvas juga mengajak anak-anak bermain dengan game card, kartu truth or dare berisi pertanyaan pemicu cerita dan tantangan spasial yang melatih keberanian bercerita sekaligus berpikir visual.
Di setiap fase, anak juga diajak menggambar dengan tema yang selalu berbeda. Ada kalanya mereka menggambar cita-cita, tempat favorit, rumah impian, atau keluarga. Semua tema dipilih berdasarkan prinsip "Kolb’s Experiential Learning", yakni belajar dari pengalaman nyata yang dekat dengan kehidupan anak.
Tidak berhenti pada gambar, mereka juga menuliskan narasi di balik karyanya, sehingga goresan warna dan garis semakin bermakna karena dilengkapi dengan cerita personal. Goresan sederhana dan pilihan warna pun menjadi cermin perasaan yang sering kali sulit mereka ungkapkan secara verbal.
Selain menggambar, setiap fase juga menyelipkan unsur seni spasial. Anak-anak belajar membentuk clay, membuat miniatur ruang, hingga membuat tie dye. Kegiatan ini tidak hanya mengasah kreativitas, tetapi juga melatih cara mereka memahami ruang, bentuk, pola, dan proporsi.
Dengan cara ini, seni dalam Bright Canvas bukan sekadar hiburan, melainkan jembatan bagi anak-anak untuk mengenal diri, mengelola emosi, dan mengembangkan kecerdasan spasial secara bertahap.
Setiap kegiatan Bright Canvas memiliki tujuan yang jelas. Menggambar tidak hanya melatih kreativitas, tetapi juga menjadi cara anak mengenal dirinya. Membuat miniatur bukan sekadar aktivitas keterampilan, melainkan sarana untuk membangun kecerdasan spasial, yakni kemampuan memahami bentuk, ruang, dan hubungan antarobjek.
Semua fase ini dirancang untuk memperkuat keberanian anak agar tidak takut mengekspresikan identitas dan perasaan mereka.
Ketua tim Bright Canvas, Rajwa Mutiara, menegaskan bahwa program ini sengaja didesain berbeda dari kegiatan seni yang biasa ada di sekolah. “Inovasi kami adalah menggabungkan seni dengan teori experiential learning dan penguatan kecerdasan spasial untuk membantu mereka dalam mengekspresikan diri. Anak-anak tidak hanya menggambar atau membuat miniatur, tetapi juga diajak merefleksikan hasil karyanya. Mereka diminta bercerita tentang makna di balik setiap gambar atau bentuk, lalu menghubungkannya dengan pengalaman pribadi. Dari situ mereka belajar mengenal diri, mengelola emosi, sekaligus melatih kecerdasan spasial mulai dari cara memahami ruang, pola, hingga mengubah bentuk dua dimensi menjadi tiga dimensi. Semua ini penting sebagai bekal mereka dalam berekspresi dan berpikir kreatif untuk memecahkan masalah,” jelasnya.
Hingga kini, program Bright Canvas sudah terlaksana lebih dari setengah tahap program yang direncanakan. Dampaknya mulai terlihat dari perubahan sikap anak-anak. Beberapa anak yang semula pemalu mulai berani menunjukkan karya mereka. Ada yang menggambar rumah impian, ada pula yang membuat simbol kebersamaan.
Saat diminta menjelaskan arti gambarnya, mereka tidak lagi ragu. Proses ini menjadi bukti bahwa ruang aman untuk berekspresi sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Puncak Bright Canvas nantinya adalah pentas seni sekaligus pameran karya.
Lebih dari sekadar ajang apresiasi, momen ini menjadi wujud nyata keberanian anak-anak mengekspresikan perasaan dan identitas mereka.
Rajwa menambahkan bahwa esensi dari Bright Canvas bukanlah hasil karya semata, melainkan keberanian anak untuk menunjukkan siapa mereka. “Kami ingin menunjukkan bahwa seni bisa menjadi inovasi pendidikan yang memberi ruang aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri. Bright Canvas bukan sekadar kegiatan menggambar atau membuat karya, tetapi wadah agar mereka berani bercerita tentang perasaan, mimpi, dan identitasnya. Di sini, ekspresi diri anak menjadi pusat dari seluruh proses belajar, dan kecerdasan spasial menjadi jembatan agar anak mampu menuangkannya dalam bentuk nyata.” tegasnya.
Program Bright Canvas diharapkan dapat menjadi inspirasi dan model inovasi pendidikan yang bisa diterapkan di tempat lain. Panti asuhan, sekolah nonformal, hingga komunitas anak rentan dapat mengadopsi konsep serupa untuk membuka ruang aman bagi anak-anak.
Melalui seni dan penguatan kecerdasan spasial, anak belajar menyampaikan suara hati, mengelola emosi, serta mengasah keterampilan berpikir visual. Dengan begitu, mereka tidak hanya tumbuh cerdas secara akademis, tetapi juga kuat secara emosional, kreatif, dan percaya diri.
Dengan kombinasi seni, kecerdasan spasial, dan pendekatan pembelajaran modern, Bright Canvas membuktikan bahwa inovasi pendidikan bisa lahir dari kepedulian sederhana yang menghadirkan ruang agar anak-anak berani mengekspresikan diri.
Program ini sekaligus menegaskan bahwa setiap anak berhak didengar, dihargai, dan diberi kesempatan untuk tumbuh menjadi pribadi yang utuh.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News