suprianto haseng dan sejumi di pulau sebatik dari jalan berbatu ke panggung satu indonesia awards 2023 - News | Good News From Indonesia 2025

Suprianto Haseng dan Sejumi di Pulau Sebatik, dari Jalan Berbatu ke Panggung SATU Indonesia Awards 2023

Suprianto Haseng dan Sejumi di Pulau Sebatik, dari Jalan Berbatu ke Panggung SATU Indonesia Awards 2023
images info

Bagi program Sejumi, hidup adalah soal bertahan di tengah keterbatasan. Bagi Suprianto Haseng, hidup adalah tentang memberi makna pada setiap langkah kecil. Keduanya tidak berangkat dari panggung megah, melainkan dari kehidupan sederhana yang kerap luput dari pemberitaan. Kawan GNFI, cerita tentang kuatnya perjuangan untuk mengubah masa depan lewat pendidikan ini lahir dari Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. 

Pernah memenangkan SATU Indonesia Awards 2023, Sejumi dan Yanto, panggilan akrabnya, menawarkan bukti bahwa dari tempat yang paling jauh sekalipun, cahaya bisa memancar terang.

“Mimpiku membuka pintu bagi pendidikan yg lebih baik dan memberi harapan bagi anak-anak di perbatasan. Yang paling berarti bagiku adalah melihat mereka tersenyum,” Yanto tersenyum. Matanya menyipit menatap ke langit yang biru cerah.

Kawan GNFI, inilah kisah dari Gerakan Sejuta Mimpi Anak Batas (Sejumi Indonesia).

Gerakan Sejumi Lahir: Hidup Boleh Biasa, Dampak Harus Luar Biasa

Lahir pada di era tahun 1994 di Madai Kunak, Yanto tumbuh dengan kondisi bahwa akses pendidikan di daerah perbatasan sangat timpang. Buku sulit ditemukan dan jaringan internet nyaris tak ada. Tidak sedikit anak daerah yang lebih memilih membantu orang tuanya di kebun sawit daripada bersekolah. Fakta inilah yang menggerakan hatinya.

Menginjak tahun 2017, Yanto bertekad memulai langkah kecil, mengumpulkan buku dari sesama mahasiswa untuk dikirimkan ke Sebatik. Dari situ lahirlah Gerakan Sejuta Mimpi Anak Batas dengan motto “Bergerak Satukan Aksi Wujudkan Mimpi”.

Dari Lebah untuk Negeri: Helena Hia Tukan dan Rumadu Raih SATU Indonesia Awards 2021

Ia kemudian mengajak beberapa teman dekatnya untuk bersama-sama mencari donasi buku dan mendistribusikannya ke perbatasan.

Gerakan ini terus berkembang. Yanto merekrut relawan muda di berbagai daerah, yang mana bertumbuh hingga sekitar 150 relawan. Mereka membantu mengumpulkan dan menyalurkan buku. 

Dari semangat itu pula, lahir Rumah Baca Teras Perbatasan pada 2018. Menjadi sebuah ruang belajar yang bukan hanya menunggu anak-anak datang, melainkan juga aktif mendatangi desa-desa untuk membuka lapak buku.

Belajar Bertahan, Belajar Memberi

sejumi suprianto haseng
info gambar

Gerakan Yanto dan Sejumi bukan hanya soal menyediakan bacaan. Mereka juga membimbing anak-anak dengan materi beragam seperti membaca, menulis, berhitung, menjaga kebersihan lingkungan, dan bahkan belajar jurnalistik sederhana.

Yang menarik, Yanto menyisipkan nilai integritas antikorupsi, kompetensi yang ia peroleh setelah dinyatakan sah sebagai penyuluh antikorupsi bersertifikat oleh LSP KPK pada 2021. Ada juga kunjungan ke instansi-instansi tertentu untuk anak-anak belajar soal profesi.

Bagi Yanto, literasi adalah gerbang membangun karakter. Menurutnya, setiap anak di perbatasan punya mimpi besar dan potensi yang tak kalah dengan mereka yang hidup di kota. Hanya saja, akses untuk bermimpi kerap terkunci oleh keterbatasan.

“Saya sangat yakin bahwa anak-anak perbatasan adalah anak-anak bangsa yang luar biasa yang harus didukung dan selalu dikuatkan dengan motivasi yang tinggi. Mereka juga memiliki mimpi-mimpi besar yang harus diwujudkan. Masa depan Indonesia ada di tangan mereka,” kata Yanto dengan semangat.

Hambatan Memang Ada, tetapi Selalu Ada Harapan

Ditanya soal hambatannya selama menjalankan Sejumi, Yanto mengaku kesulitan mencari relawan yang mau bergerak tanpa pamrih. Terlebih lagi, program ini adalah program sosial murni tanpa bayaran. Hal lain yang ditemuinya adalah proses mengirim buku ke Sebatik yang membutuhkan biaya besar. Perlu melewati jalur darat, laut, hingga udara.

Di sisi lain, banyak orang tua lebih mementingkan anaknya bekerja ketimbang sekolah. Ia dan para relawan harus terus berupaya untuk mengedukasi keluarga bahwa pendidikan adalah jalan baik untuk mengubah masa depan. Terlepas dari segala kerikil ini, Yanto mendapatkan banyak dukungan dari mereka yang peduli dan turut berjuang bersamanya.

Alfira Oktaviani dan Semilir Ecoprint, Berdaya bagi Masyarakat lewat Fashion dan Alam

Ia menyontohkan, ada beberapa bantuan yang pernah diterima, di antaranya berupa bantuan bahan bacaan gratis buku-buku kurang lebih 1000 eksemplar dari lembaga penerbit yang disalurkan melalui Perpustakaan DKI Jakarta (tahun 2018). Kemudian, ada bantuan pengiriman paket gratis dari Kantor Pos Indonesia tiap bulan di tahun 2017—2019.

Selain itu, ada juga kiriman buku 500 eksemplar dari Perpustakaan Nasional pada tahun 2024 yang didapatkan melalui arahan dari Kemenko PMK dan bantuan dari masyarakat Indonesia insan peduli pendidikan di perbatasan.

“Saya merasa sangat bersalah karena masih banyak permintaan dari anak-anak di berbagai daerah terpencil yang belum dapat dipenuhi. Saya berharap suatu saat nanti kegiatan Gerakan Sejuta Mimpi Anak Batas akan memiliki donatur tetap berupa yang bersedia mendanai gerakan ini,” tutur Yanto sembari membetulkan letak kacamatanya. 

Sejumi Menangkan SATU Indonesia Awards 2023 hingga Program Berkelanjutan

Meski penuh rintangan, gerakan ini telah melahirkan dampak nyata. Rumah Baca Teras Perbatasan kini menjadi program pemberdayaan pendidikan yang makin luas, terbuka untuk anak-anak TK hingga SMA di beberapa desa di Sebatik Tengah dan Sebatik Utara.

Orang tua peserta menyambut dengan positif adanya Sejumi dengan berbagai aktivitasnya. Bahkan, antusiasme makin tinggi setelah salah satu ‘murid’ mereka terpilih sebagai Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan mewakili Kalimantan Utara ke tingkat nasional pada 2023.

"Pesan semacam ‘terima kasih, Kak, sudah mengirimkan buku-buku ini, kini kami memiliki buku untuk belajar,’ datang dari berbagai penjuru negeri. Semua itu memberi semangat terus.” terang Yanto dalam catatan perjalanannya kepada GNFI. Hal ini membuat Sejumi dan tim semakin terpacu untuk berbuat baik lebih banyak.

Jejak Yanto juga tercatat di panggung lebih besar. Ia pernah menerima Literacy Promoter Award (2018), dinobatkan sebagai Penyuluh Antikorupsi Teraktif oleh KPK (2022), hingga meraih Satu Indonesia Awards 2023 bidang pendidikan.

Prestasi-prestasi di atas memanglah podium yang megah, tetapi lebih megah lagi adalah apa yang berhasil dilahirkan pemuda berusia 31 tahun ini.

Tak mau berhenti, Yanto kini sedang menggarap Frontier Youth Leadership Initiative Program, sebuah wadah untuk melatih kepemimpinan anak muda di perbatasan. Harapannya, anak muda tidak hanya berperan sebagai penerima manfaat, tetapi juga penggerak bagi pembangunan daerahnya.

Ke depan, ia ingin Sejuta Mimpi Anak Batas bisa meningkat menjadi berbadan hukum agar lebih mudah menjangkau dukungan pendanaan dan menciptakan dampak yang lebih luas. Bahkan, Yanto berkomitmen bahwa 85% waktunya akan diberikan untuk terus menjalankan program ini.

“Pesan saya untuk adik-adik di perbatasan, jangan pernah kehilangan semangat meskipun kondisi yang ada mungkin sulit. Walaupun kalian tinggal di daerah yang terpencil dan serba terbatas, jangan biarkan itu menghalangi impian kalian. Teruslah semangat belajar! Kita mungkin berada di wilayah pelosok, tetapi semangat untuk berprestasi tidak mengenal batas. Teruslah berusaha dan raih mimpi kalian!” tutupnya mengakhiri cerita.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AJ
FS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.