Di tengah maraknya fast fashion yang mengorbankan kelestarian lingkungan, isu sampah, hingga etika pekerja, Alfira Oktaviani memunculkan gerakan fashion berbasis eco-friendly di Yogyakarta.
Melalui Semilir Ecoprint, tidak hanya alam yang dilindunginya, tetapi juga budaya dan kewirausahaan. Nah, Kawan GNFI, yuk simak kisah inspiratifnya!
Alfira Oktaviani sebetulnya bukanlah seseorang yang berlatar belakang dekat dengan dunia fesyen. Justru ia mengenyam pendidikan menjadi apoteker di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Kemudian selepas wisuda, ia bekerja di rumah sakit dan apotek, sesuai dengan jurusannya.
Fira memutuskan menjadi ibu rumah tangga ketika menikah dan memiliki anak. Namun, panggilan hatinya membawanya pada jalan yang berbeda. Sebagai seorang ibu, atau yang kini dikenal sebagai mompreneur, ia memulai perjalanan bisnisnya pada tahun 2018.
Semuanya bermula dari keinginannya untuk menghasilkan produk yang tidak hanya indah, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan. Dari sini, lahirlah Semilir Ecoprint.
Dinamainya Semilir, diambil dari kata silir yang berarti angin sejuk. Menurut Fira, harapannya usaha tersebut bisa menjadi angin sejuk bagi pelanggannya lewat produknya yang mengusung misi berkelanjutan.
Baca Juga: SATU Indonesia Awards 2024 untuk I Made Aditiasthana, Perawat Luka Diabetes dari Bali
Salah satu inovasi yang pernah digarap oleh Fira adalah penggunaan kain lantung, sebuah kain warisan yang masuk dalam Budaya takBenda (WBtB) Provinsi Bengkulu pada tahun 2015. Ia terbuat dari kulit kayu. Di tangan kreatifnya bersama tim, kain lantung dihidupkan kembali dengan sentuhan modern melalui teknik ecoprint.
Kain lantung sendiri mempunyai nilai historis yang kuat, loh, Kawan! Disebutkan bahwa lantung dibuat asli dari masyarakat Bengkulu dan telah melindungi mereka semasa penjajahan Jepang. Lantung terlahir dari serat alam, yang mana tentu saja, sejalan dengan misi Semilir Ecoprint, ramah lingkungan.
Kawan GNFI, kombinasi ini tidak hanya menghasilkan produk yang unik, tetapi juga turut serta dalam melestarikan kerajinan tradisional Indonesia.
Dalam perkembangannya, produk Semilir Ecoprint menjadi beragam, mulai dari syal, tas, dompet, hingga kebaya. Setiap helai kainnya lahir dari proses yang cermat dan penuh kesabaran, dimulai dari pemilihan daun, proses mordanting (penguatan warna alami), hingga pengukusan.
Hasilnya adalah produk fashion yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga kaya akan nilai-nilai lingkungan dan budaya.
Lambat laun, Alfira menyadari bahwa keberlanjutan tidak hanya tentang bahan baku, tetapi juga tentang pemberdayaan komunitas. Maka dari itu, dirinya mulai melibatkan para wanita di sekitar lingkungannya untuk ikut serta dalam proses produksi.
Dirinya memberikan mereka pelatihan dan kesempatan untuk mandiri secara ekonomi. Dengan demikian, Semilir Ecoprint tidak hanya menjadi bisnis, tetapi juga wadah untuk pertumbuhan dan kesejahteraan bersama.
Baca Juga: David Hidayat dengan ANDESPIN: SATU Indonesia Awards untuk Penjaga Laut Desa Pinang
Jika Kawan GNFI melihat aktivitas Semilir Ecoprint di sosial medianya, hingga kini Fira dan tim telah melebarkan sayapnya dengan memberikan workshop ecoprint bagi ibu-ibu PKK, anak sekolah, hingga tamu lainnya. Bisnis ramah lingkungan tersebut juga rajin mengikuti pameran dan kolaborasi.
Atas dedikasinya, Alfira dan Semilir Ecoprint dianugerahi SATU Indonesia Awards 2022 di bidang kewirausahaan. Menjadi salah satu kisah nyata di mana menjadi berdaya bukan hanya soal passion ataupun keberuntungan semata.
Namun, juga keberaniannya untuk keluar di zona nyaman dan tentu saja, motivasi untuk menjadi manusia sebaik-baiknya dan semampu-mampunya. Keren sekali ya, Kawan GNFI?
So, siapa bilang jika bisnis dan konservasi tidak bisa berjalan beriringan? Di tangan Alfira Oktaviani, itu sudah dibuktikan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News