mengenal perbedaan sibi dan bisindo untuk indonesia lebih inklusif - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Perbedaan SIBI dan Bisindo Untuk Indonesia Lebih Inklusif

Mengenal Perbedaan SIBI dan Bisindo Untuk Indonesia Lebih Inklusif
images info

Kawan GNFI, ternyata di Indonesia terdapat dua jenis bahasa isyarat utama yaitu SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia).

Kedua bahasa isyarat ini memiliki perbedaan satu sama lain, termasuk peran masing-masing dalam membantu komunitas tuli berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu, apa saja perbedaan antara SIBI dan Bisindo? Berikut penjelasannya, ya, Kawan GNFI!

SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia)

SIBI adalah sistem isyarat yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia sebagai standar bagi penyandang tuli. SIBI mengadopsi konsep dari Bahasa Indonesia secara manual dan mulai diperkenalkan pada tahun 1981.

Tujuan utama pembuatan SIBI adalah untuk mendukung pendidikan yang lebih inklusif di Indonesia, sehingga para siswa dapat memahami kurikulum nasional dengan baik, terutama di lingkungan sekolah.

Dalam struktur bahasanya, SIBI mengikuti tata bahasa Indonesia dan ditampilkan melalui gerakan tangan serta ekspresi wajah yang dirancang sesuai susunan kata dan pola kalimat dalam Bahasa Indonesia.

Namun, dalam penggunaannya, SIBI cenderung digunakan untuk hal-hal formal atau acara resmi. Hal ini membuat SIBI terasa kurang alami bagi komunitas tuli dalam komunikasi sehari-hari yang spontan.

Baca juga: Bahasa Isyarat Akan Masuk Kurikulum Nasional, Bagaimana dengan Negara Lain?

Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia)

Bisindo adalah bahasa isyarat yang berkembang secara alami di kalangan komunitas tuli Indonesia. Perbedaan utama antara Bisindo dan SIBI adalah dalam struktur penulisan isyarat, yaitu Bisindo menggunakan kedua tangan dengan struktur yang lebih sederhana dan tidak melibatkan imbuhan.

Bisindo mencerminkan kebutuhan dan budaya komunitas tuli Indonesia. Kosakata dalam Bisindo lebih mudah dipahami karena lebih banyak menggunakan gerakan tangan dan ekspresi wajah, sehingga lebih fleksibel dan dinamis digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa visual dari Bisindo terasa intuitif bagi penggunanya karena tidak mengikuti tata bahasa Indonesia. Variasi Bisindo ini berbeda-beda tergantung lokasi geografis dan budaya masyarakat tuli, sehingga memiliki variasi regional yang berbeda sesuai daerahnya.

Penggunaan Bahasa Isyarat di Indonesia

Bahasa isyarat berbeda jauh dari bahasa lisan. Bahasa isyarat spesial karena dibuat untuk menggantikan suara dengan menggunakan simbol-simbol visual yang lebih mudah dipahami.

Cara berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat biasanya melalui gerakan tangan, ekspresi wajah, serta bahasa tubuh. Bahasa isyarat ini tidak hanya berupa gerakan, tetapi juga memiliki kosa kata, tata bahasa, dan struktur yang lengkap.

Bahasa isyarat memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan penuh empati.

Antara SIBI dan Bisindo, keduanya berbeda dalam penggunaannya. Bisindo lebih sering digunakan oleh orang-orang kalangan Tuli dan kaya akan nuansa budaya, sehingga komunikasinya terasa lebih alami dan fleksibel.

Sementara itu, SIBI memiliki peran besar dalam memfasilitasi komunikasi antar komunitas yang lebih luas, seperti dalam pendidikan, pelatihan, dan interaksi antara orang kalangan Tuli dan kalangan non-Tuli.

SIBI juga banyak digunakan oleh orang yang baru belajar bahasa isyarat karena strukturnya lebih mirip dengan kalimat Bahasa Indonesia.

Dalam artikel ini, istilah "komunitas Tuli" digunakan, bukan "tunarungu". Istilah "Tuli" dipilih oleh kebanyakan Teman Tuli. Teman Tuli adalah bentuk sapaan yang digunakan oleh sesama yang mengalami disabilitas rungu.

Bagi Teman Tuli, kata "tuna" memiliki makna lain, sehingga mereka lebih menginginkan istilah yang lebih positif yakni Teman Tuli.

Teman Tuli menganggap bahasa isyarat sebagai bagian dari identitas mereka. Karena bahasa isyarat digambarkan melalui gerakan tangan dan ekspresi wajah yang bisa dilihat oleh indra penglihatan.

Baca juga: Menuju Komunikasi Inklusif, Bahasa Isyarat Akan Masuk Kurikulum Nasional

Penggunaan SIBI dan Bisindo menunjukkan langkah nyata bahwa Indonesia semakin inklusif. Karena setiap individu, tanpa terkecuali, memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat.

SIBI dan Bisindo ini menjadi penghubung dalam konteks keseharian khususnya untuk Teman Tuli.

Inspiratif sekali, ya, Kawan GNFI!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.