Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) tidak serta merta lahir dari lima bapak pendirinya. Ternyata, sebelum organisasi regional ini berdiri, ada dua organisasi pendahulu yang menghimpun beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
Adalah The Association of Southeast Asia (ASA) dan persekutuan Malaya, Filipina, dan Indonesia (MAPHILINDO). Sayangnya, kedua organisasi ini tidak bertahan lama. Meskipun demikian, keduanya menjadi cikal bakal terbentuknya asosiasi 10 negara di Asia Tenggara atau ASEAN.
ASA, Awal Mula Kerja Sama Regional
ASA merupakan organisasi regional yang didirikan pada 31 Juli 1961. Pendirinya adalah Thailand, Filipina, dan Malaya (sekarang Malaysia).
Dalam sebuah karya ilmiah tulisan Mohammad Faisol Keling, dkk., yang diterbitkan oleh Canadian Center of Science and Education, ASA dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas kawasan.
Selain itu, ASA juga diharapkan dapat mendorong kerja sama antarnegara di bidang ekonomi, ilmu sosial, dan budaya. Organisasi ini juga menyediakan fasilitas pelatihan dan penelitian bagi anggota yang bermanfaat sepenuhnya untuk semua pihak.
Akan tetapi, kelompok ini gagal bertahan akibat konflik internal antara Malaysia dan Filipina. Masalah ini muncul karena Filipina menolak penggabungan Sabah ke dalam Federasi Malaysia.
Di sisi lain, dalam penjelasan The National Library Board yang dikelola oleh Pemerintah Singapura, ASA gagal menghimpun dukungan dari negara ASEAN lainnya, terutama Indonesia. Indonesia sendiri juga berkonflik dengan Malaysia, hingga meletuslah konfrontasi pada 1963-1966.
MAPHILINDO, Asosiasi yang Gagal akibat Konflik
Setelah kegagalan ASA, muncullah MAPHILINDO yang dibentuk oleh Malaya, Filipina, dan Indonesia pada 1963. Organisasi ini diharapkan menjadi solusi atas perselisihan tiga negara tersebut.
Menariknya, MAPHILINDO berakar dari gagasan Filipina untuk menyatukan rumpun Melayu. Kemudian, Presiden Filipina, Diosdado Macapagal, membentuk organisasi ini sebagai kerja sama regional sekaligus menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara Malaya-Filipina dan Malaya-Indonesia.
Ketiga negara pernah melakukan pertemuan di Filipina. Saat itu, Indonesia diwakili oleh Presiden Soekarno. Ketiga negara ini menyepakati terbentuknya MAPHILINDO.
Kawan, organisasi yang seharusnya menjadi forum konsultasi terkait masalah yang dihadapi tiga negara justru melempem. MAPHILINDO seakan menjadi alat bagi Indonesia dan Filipina untuk menentang pembentukan Malaysia.
Konflik Indonesia dan Malaysia saat itu semakin meruncing saat Soekarno yang menolak pembentukan Malaysia melakukan konfrontasi lewat slogan ‘Ganyang Malaysia’. Soekarno menganggap pembentukan Federasi Malaysia saat itu sebagai proyek neo-kolonialisme Inggris.
Pada akhirnya, MAPHILINDO gagal. Ketiga anggotanya lebih mementingkan kepentingan nasionalnya sendiri alih-alih bekerja sama.
Terbentuknya ASEAN
Dalam sebuah buku elektronik bertajuk ASEAN 50: Regional Security Cooperation through Selected Documents, ASEAN yang lahir pada 8 Agustus 1967 adalah upaya terbaru dari rangkaian percobaan kerja sama regional yang dibentuk oleh beberapa negara pada tahun 1960-an, termasuk ASA dan MAPHILINDO.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia mulai mereda saat kursi kepresidenan berganti. Di masa ini, Malaysia dan Indonesia sepakat untuk memperbaiki hubungan.
Saat itu, Adam Malik dan Tun Abdul Razak bertemu di Bangkok untuk mengakhiri konflik. Akhirnya, hubungan kedua negara pulih berkat diplomasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait.
Setelah semua pihak saling berekonsiliasi, dikemukakanlah gagasan untuk membentuk organisasi kawasan regional. Saat itu, Thanat Khoman dari Thailand mengajak Adam Malik yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) untuk membentuk ASEAN.
Tak hanya Adam Malik, ia juga mengundang Menlu Malaysia dan Filipina selaku mantan anggota ASA di pertemuan yang dilakukan di Bangkok. Singapura juga bergabung di pertemuan tersebut.
Dari pertemuan lima Menlu itu, lahirlah ASEAN. Kini, ASEAN menjelma menjadi salah satu organisasi regional terkemuka dan terbesar di dunia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News