garam dan madu sakit dadaku ekspresi rasa ingin dicintai yang tercipta sekaligus simbol keterbukaan budaya indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Lagu "Garam dan Madu (Sakit Dadaku)", Ekspresi Rasa Ingin Dicintai Sekaligus Simbol Keterbukaan Budaya Indonesia

Lagu "Garam dan Madu (Sakit Dadaku)", Ekspresi Rasa Ingin Dicintai Sekaligus Simbol Keterbukaan Budaya Indonesia
images info

"Garam dan Madu (Sakit Dadaku)" sungguh unik. Tak hanya dari liriknya yang berisi pesan cinta khas anak muda, musiknya juga menggambarkan bagaimana Indonesia memiliki kebudayaan yang begitu terbuka.

Pencinta musik masa kini tentu tidak asing dengan lagu "Garam dan Madu (Sakit Dadaku)". Lagu tersebut dibawakan oleh Tenxi, Jemsii, dan Naykilla.

Lagu "Garam dan Madu" tergolong unik. Sebab, liriknya mengandung Bahasa Indonesia, Jawa, dan Inggris. Musiknya pun kombinasi antara hip-hop dan dangdut, yang kerap disebut "hipdut".

Makna lagu "Garam dan Madu", pernah menjadi objek kajian akademis. Salah satunya hasil garapan Muhammad Ryan dan Dwi Wahyu Candra Dewi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeristas Lambung Mangkurat. Dalam publikasi ilmiahnya di Semantik: Jurnal Riset Ilmu Pendidikan, Bahasa dan Budaya, keduanya menelaah lirik lagu tersebut menggunakan teori semiotika yang dirumuskan ilmuwan Prancis, Roland Barthes.

Dari kajian Muhammad Ryan dan Dwi Wahyu Candra Dewi, diketahui bahwa lirik lagu "Garam dan Madu" menggambarkan dengan jelas perasaan seseorang yang sangat ingin dicintai dan butuh kepastian dari pasangannya. Lagu ini menceritakan kerinduan, keinginan untuk memiliki, serta permohonan agar diterima dan diberi komitmen dalam sebuah hubungan. Makna denotasi ini memberikan gambaran yang lugas dan mudah dipahami, menjadi dasar untuk memahami keseluruhan isi lagu.

Tak hanya itu, lagu ini menyampaikan emosi yang jauh lebih dalam dan kompleks. Ada kesan dramatis dan melankolis yang kuat, keraguan yang mendalam, serta harapan agar hubungan bisa langgeng dan penuh kepastian. Liriknya juga menyiratkan rasa takut akan trauma masa lalu dalam menjalin hubungan.

"Dengan menggunakan pendekatan analisis denotasi dan konotasi, lagu ini berhasil menyampaikan pesan yang tidak hanya gamblang, tetapi juga mengajak pendengar untuk merasakan nilai-nilai universal tentang cinta secara emosional dan simbolis." tulis Muhammad Ryan dan Dwi Wahyu Candra Dewi.

Mengintip Kesibukan SBY di Masa Pensiun: Melukis, Bikin Komunitas Seni, hingga Gelar Pameran

"Garam dan Madu", Simbol Keterbukaan Budaya Indonesia

Lagu "Garam dan Madu" ternyata bukan sekadar lagu. Lebih dari itu, lagu tersebut adalah simbol keterbukaan budaya Indonesia. Kok bisa?

Hal itu disampaikan oleh Wakil Menteri Kebudayaan (Wamenbud) Giring Ganesha dalam forum internasional Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025 di Denpasar, Bali, pada Kamis (4/9/2025). Di hadapan delegasi dari 40 negara, ia menjadikan lagu "Garam dan Madu" sebagai contoh karya hasil perpaduan genre yang inovatif.

Menurut Giring, lagu seperti "Garam dan Madu" adalah bukti nyata dari kreativitas generasi muda Indonesia dalam beradaptasi dengan budaya baru.

"Ini bentuk lagi bahwa anak-anak mudanya kita luar biasa, terbuka, toleran, dan bisa menghasilkan ekspresi budaya baru,” kata Giring. 

Giring memamerkan "Garam dan Madu" sebagai bukti bahwa karya hasil perpaduan budaya bisa sukses. Itu tampak dari larisnya lagu tersebut di platform video dan musik digital.

"Ini adalah salah satu lagu unggul di Indonesia, yaitu "Garam dan Madu", di YouTube ditonton 142 juta, di Spotify didengarkan 200 juta, dan ini kalau didengar, ini campuran hip-hop barat dengan musik dangdut," ujarnya.

Saat itu, Giring pun mempersilakan para delegasi untuk mendengarkan langsung lagu tersebut. Sembari mendengarkan alunan musik yang memadukan kendang khas dangdut dengan tempo hip-hop, Giring tak bisa menyembunyikan antusiasmenya. 

"Saya tidak boleh joged-joged soalnya, tapi kaki saya dari tadi goyang sebetulnya, jadi bisa didengar itu gendangnya, gendang dangdut, tapi tempo nyanyinya gaya hip-hop R&B barat,” ungkapnya, yang disambut tawa dan tepuk tangan meriah dari para peserta CHANDI 2025.

Kebetulan pula. perpaduan tradisi dan modernitas yang begitu apik dalam lagu "Garam dan Madu" sejalan dengan tema sesi pleno CHANDI 2025, yaitu "Tradition Meets Modernity: The Power of Culture to Build Bridges Across Nations and Promote Global Cultural Leadership". Melalui contoh lagu ini, Wamenbud Giring Ganesha ingin menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang tidak hanya kaya akan tradisi, tetapi juga kreatif dalam mengolahnya menjadi ekspresi budaya yang relevan dan diterima secara global.

Mengenang Acil Bimbo: Musisi, Intelektual, Sekaligus Aktivis Kebudayaan yang Melegenda

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aulli Atmam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aulli Atmam.

AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.